Ini Alasan Kenapa Pilgub Jakarta Tetap Panas Meski Takkan Lagi Jadi Ibu Kota
- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta mencapai Rp 3.442,87 triliun atas dasar harga berlaku, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,96%.
Nasional
JAKARTA - Meski tidak akan lagi menjadi Ibu Kota Indonesia, pemilihan Gubernur Jakarta tetap menjadi yang paling panas dibanding daerah lain. Wajar, ini mengingat Jakarta tetap akan memegang peran penting dalam perekonomian nasional.
Sejumlah nama terkenal akan meramaikan Pilkada Jakarta yang akan digelar serempak pada 27 November 2024 mendatang. Mereka di antaranya Anies Baswedan, Ridwan Kamil hingga Sohibul Imam. Bahkan bisa dikatakan Pemilihan Gubernur Jakarta akan selalu bernuansa layaknya Pilpres.
Dalam waktu tidak lama lagi Jakarta memang akan kehilangan status sebagai Daerah Khusus Ibu Kota (DKI), tetapi itu tidak menghilangkan pentingnya daerah tersebut. Terutama dalam sisi ekonomi. Data Badan Pusat Statistik membuktikan wilayah ini akan tetap menjadi magnet ekonomi paling bergeliat di seluruh negeri.
Pada tahun 2023 Jakarta kembali membuktikan perannya sebagai mesin penggerak utama perekonomian nasiona. Meskipun mengalami sedikit perlambatan, kontribusi Jakarta terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tetap signifikan.
Data terbaru BPS terbaru menunjukkan pada triwulan IV 2023, Jakarta menyumbang 16,62% dari total PDB Indonesia.
Angka ini menegaskan posisi Jakarta sebagai penyokong terbesar ekonomi nasional. Ini mengingat luas wilayahnya yang relatif kecil dibandingkan provinsi lain dan ribuan pulau di Indonesia.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta mencapai Rp3.442,87 triliun atas dasar harga berlaku, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,96%.
Meskipun sedikit di bawah pertumbuhan nasional yang mencapai 5,05%, Jakarta tetap menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat di tengah berbagai tantangan global.
- Tengah Limbung, Waskita Karya (WKST) Kembali Lolos Gugatan PKPU
- Soal Harga BBM Juli, Anak Buah Jokowi Belum Bisa Ambil Keputusan
- Gonjang-ganjing Tekstil dan Kegelisahan Soekarno
Diketahui, pada tahun 2023, perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang mengesankan, dengan capaian Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai angka Rp20.892,4 triliun.
Selain itu, PDB per kapita, yang menggambarkan pendapatan rata-rata per individu di Indonesia, juga mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 75,0 juta.
Struktur ekonomi Jakarta didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor, yang menyumbang 17,67% dari total PDRB.
Hal ini menunjukkan bahwa Jakarta tetap menjadi pusat perdagangan dan penyedia sektor jasa utama di Indonesia.
Yang menarik, sektor Transportasi dan Pergudangan di Jakarta mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 14,05 persen pada tahun 2023.
Hal tersebut mencerminkan peran Jakarta sebagai kota bandar dan hub logistik nasional dan internasional yang semakin penting.
Dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa mendominasi dengan proporsi 66,29% dari PDRB Jakarta. Ini mengindikasikan bahwa Jakarta tidak hanya menjadi pusat konsumsi, tetapi juga berperan penting dalam arus perdagangan internasional Indonesia.
- Tengah Limbung, Waskita Karya (WKST) Kembali Lolos Gugatan PKPU
- Soal Harga BBM Juli, Anak Buah Jokowi Belum Bisa Ambil Keputusan
- Gonjang-ganjing Tekstil dan Kegelisahan Soekarno
Pertumbuhan Ekonomi Luar Jawa Tak Kalah Tinggi
Sementara itu pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan variasi yang signifikan antar wilayah.
Kelompok provinsi yang mencatat pertumbuhan tertinggi berada di Maluku dan Papua, Sulawesi, serta Kalimantan. Pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua mencapai 6,94 persen, yang menunjukkan aktivitas ekonomi yang dinamis di wilayah tersebut.
Di Sulawesi, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,37 persen, menandakan peningkatan yang kuat dalam sektor-sektor ekonomi utama di pulau ini.
Sementara itu, Kalimantan mencatat pertumbuhan sebesar 5,43 persen, mencerminkan perkembangan positif di berbagai sektor, termasuk pertambangan dan industri.
Di sisi lain, kelompok provinsi di Pulau Jawa, yang memiliki kontribusi terbesar terhadap ekonomi nasional dengan porsi sebesar 57,05 persen, mencatat pertumbuhan sebesar 4,96 persen.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Jakarta sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya, kinerja ekonomi ibu kota tetap mengesankan mengingat kontribusinya yang besar terhadap ekonomi nasional.
Tantangan ke depan bagi Jakarta adalah mempertahankan momentumnya sambil mendorong pemerataan pertumbuhan ke daerah lain.
Dengan kontribusi yang begitu besar, kinerja ekonomi Jakarta akan terus menjadi barometer kesehatan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.