<p>New Year’s Eve, salah satu film rekomendasi yang bisa ditonton untuk merayakan pergantian tahun baru 2021. / Pinterest</p>
Gaya Hidup

Ini Alasan Kenapa Resolusi Awal Tahun Selalu Gagal

  • Psikoterapis Sue T Cohen menjelaskan, kegagalan itu selalu bermula dari mimpi yang tidak terjangkau. Dalamkata lain, nyaris mustahil tercapai.

Gaya Hidup
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Setiap merayakan tahun baruan, jutaan orang kerap membuat resolusi baru. Misalnya, berjanji untuk memperbanyak olahraga, menjadi lebih baik kepada orang lain atau diet.

Berdasarkan studi Finder, sekitar 141,1 juta orang setara 55,31% orang dewasa di Amerika Serikat (AS) meyakini bahwa mereka bakal berhasil mencapai resolusi itu.

Jumlah itu merupakan hasil penyaringan dari sekitar 188,9 juta orang atau 74,02% total populasi AS yang telah menentukan resolusinya untuk 2021. Dari segi usia, 58,7 milenial mengaku telah menentukan resolusinya untuk 2021. Sementara untuk gen Z, jumlahnya mencapai 91,85% dari total kesulurahan gen Z di AS.

Namun demikian, jumlah para ‘resoluters‘ ini sedikit menurun seiring bertambahnya usia. Terbukti secara persentase, jumlah gen X yang menentukan resolusi ternyata hanya 78,61%, lalu baby boomers 60,91%, sementara generasi sunyi hanya 46,86%.

Pertanyaannya sekarang, apa sebetulnya yang menjadi resolusi mereka? Khusus generasi milenial dan gen Z, enam hal utama yang menjadi resolusi masih berkaitan erat dengan keuangan, kesehatan, karier, perbaikan diri, keluarga, dan cinta.

Sedangkan mayoritas atau 54,12% generasi X, boomers, dan generasi sunyi fokus pada urusan kesehatan. Sisanya, fokus pada urusan finansial.

Penyebab Kegagalan

Namun terlepas dari banyaknya orang yang membuat resolusi itu, ternyata kebanyakan resolusi mereka selalu gagal. Mengutip Forbes, sekitar 23,1 juta orang AS atau 12,25% orang yang menentapkan resolusi tidak yakin bahwa mereka dapat mencapai target resolusinya.

Di sisi lain, sebanyak 141,4 juta orang atau 74,725 orang optimis bahwa mereka mampu mencapai resolusinya. Sekitar 77,51% percaya bahwa mereka bakal mencapai impiannya, sementara wanita 72,21%.

Masalahnya, tidak satupun dari mereka yang menulis resolusi itu secara jelas. Walau tidak banyak juga di antara mereka yang mau mengakui bahwa mereka bakal gagal dalam mencapai resolusi itu.

Hanya 7,1% gen Z, 9,715 milenial, 15,29% gen x, 14,93% boomers, dan 12,2% generasi sunyi yang mau mengakui hal tersebut. Ini membuktikan bahwa semakin bertambah usia maka semakin realistis mereka dalam mengejar cita-citanya.

Lantas pertanyaannya, mengapa orang kerap gagal mencapai resolusinya? Psikoterapis Sue T Cohen menjelaskan, kegagalan itu selalu bermula dari mimpi yang tidak terjangkau. Dalamkata lain, nyaris mustahil tercapai.

Contohnya, mereka ingin mendaki Gunung Everest, namun mereka tidak pernah sekalipun mendaki gunung. Itu mustahil.

“Namun jika resolusi itu lebih realistis, bukan mustahil juga bahwa mimpi itu bisa menjadi realita,” tutup Cohen.