<p>Lanskap bangunan pusat perbelanjaan Lippo Mall Puri, di kawasan Jakarta Barat, Minggu, 6 September 2020. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menjual kepemilikan atas Lippo Mall Puri yang saat ini dikelola oleh anak usahanya PT Mandiri Cipta Gemilang (MCG) kepada penjual yang juga merupakan pihak yang terafiliasi dengannya yakni PT Puri Bintang Terang (PBT). Nilai transaksi pengalihan diperkirakan sebesar total Rp 3,50 triliun, belum termasuk PPN, Rencana transaksi dilaksanakan merupakan bagian dari strategi asset-light yang dijalankan perseroan dan dilakukan untuk meningkatkan likuiditas perseroan dan hasil yang akan diterima oleh perseroan dari pelaksanaan rencana transaksi akan digunakan antara lain untuk membiayai kegiatan operasional perseroan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Korporasi

Ini Deretan Utang Lippo Pasca Buyback dan Tender Offer Obligasi Dolar AS

  • Total pinjaman bank jangka panjang berasal dari Bank Tabungan Negara (BTN) Rp340 miliar dan Bank Mandiri Rp170 miliar
Korporasi
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Pelunasan sebagian obligasi dolar Amerika Serikat (AS) yang telah dilakukan oleh PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR atau Lippo Group) selama kuartal I-2023 tidak lantas mengurangi beban pinjamannya.

Lippo Grup ini hanya mengalihkan pinjamannya dari dolar AS menjadi Rupiah, sehingga risiko terhadap fluktuasi mata uang menjadi berkurang.

Dari laporan keuangan Lippo Group kuartal I-2023 tercatat, total utang bank jangka panjang perseroan mencapai Rp5,33 triliun, melonjak tajam dibandingkan periode 31 Desember 2022 senilai Rp392,18 miliar. Deretan utang jangka panjang itu berasal dari sejumlah bank.

Catatan 23 laporan keuangan LPKR kuartal I-2023 menulis, total pinjaman bank jangka panjang berasal dari Bank Tabungan Negara (BTN) Rp340 miliar dan Bank Mandiri Rp170 miliar. Pinjaman BTN mengalir ke Lippo Cikarang berbunga tetap 6,95% dan jatuh tempo 8 April 2026.

Sementara pinjaman Bank Mandiri mengalir ke LPKR berbunga 8% per tahun dan akan jatuh tempo 13 Juni 2026.

Utang bank jangka panjang LPKR termasuk pinjaman sindikasi ke bank CIMB Niaga dan BNI dengan plafon Rp6 triliun berbunga 8% per tahun dan berakhir pada September 2029. Pada 31 Maret 2023, total pinjaman sindikasi yang telah ditarik sebesar Rp5,23 triliun.

Total utang bank jangka panjang LPKR sejatinya Rp5,63 triliun, tapi setelah dikurangi bagian jangka pendek menjadi Rp5,33 triliun.

Selain utang bank jangka panjang, LPKR juga masih dibebani pinjaman bank jangka pendek. Catatan 21 menyebutkan, total utang tersebut mencapai Rp2,04 triliun. Sumber utangnya juga berasal dari beberapa bank.

Misalnya, pinjaman kepada Bank Mandiri Rp626,86 miliar, Bank Permata Rp500 miliar, Bank BNI Rp470 miliar, dan Bank CIMB Niaga Rp450 miliar. Utang bank jangka pendek BNI mengalir ke LPKR senilai Rp270 miliar dan Siloam Hospital Rp200 miliar. Sedangkan pinjaman Rp450 miliar CIMB Niaga diperuntukkan bagi Lippo Cikarang.

Sementara itu pasca buyback dan tender offer pada bulan Februari dan Maret 2023 obligasi dolar AS LPKR tersisa Rp6,42 triliun, berkurang hampir separuh dibandingkan Desember 2022 sebesar Rp12,75 triliun. Pinjaman obligasi dolar AS itu memberikan bunga dengan kisaran 6,75 % - 8,125% per tahun.

Hingga kuartal I-2023, LPKR berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp1,05 triliun, melonjak dibandingkan dengan rugi bersih Rp495,95 miliar di periode sama 2022.

Membaiknya peruntungan LPKR sejalan dengan tumbuhnya pendapatan perusahaan menjadi Rp3,78 triliun di kuartal I-2023, tumbuh 14,19% daripada kuartal I-2022 sebesar Rp3,31 triliun.

CEO LPKR John Riady mengatakan perseroan telah mengawali tahun dengan pijakan yang kuat. Dari segmen properti, LPKR telah melakukan serah terima sejumlah proyek rumah tapak. Dintaranya adalah 165 unit Cendana Parc North dan 32 unit Cendana Icon Premier yang masing-masing diluncurkan pada September 2021 dan Maret 2021.

"Terlepas dari lingkungan makro yang menantang yang berdampak pada industri real estat, kami dapat mengandalkan bisnis perawatan kesehatan dan gaya hidup kami untuk menghasilkan pendapatan berulang yang stabil, yang terus tumbuh dari tahun ke tahun,” ujarnya dalam keterangan tertulis Kamis (27/4).

Segmen kesehatan, melalui PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mencapai kinerja terbaik sepanjang sejarah dengan pendapatan sebesar Rp2,6 triliun atau naik 19% secara tahunan (YoY).

Sementara itu dari bisnis gaya hidup, LPKR memperoleh peningkatan pendapatan 19% menjadi Rp296 miliar. Ini adalah pendapatan berulang dari hotel dan juga pusat belanja.

"Operasional hotel dan pusat belanja juga meningkat. Rata-rata harga kamar hotel meningkat 16 persen menjadi Rp556.924 dan rata-rata okupansi kamar mencapai 63 persen di kuartal I 2023. Sementara trafik kunjungan pusat belanja meningkat 18 persen menjadi 64 persen pada tiga bulan pertama 2023," ungkapnya.