Maladewa sedang mengembangkan proyek kota terapung di lepas pantainya.
Dunia

Ini Rencana Maladewa yang Membangun Kota Terapung di Tengah Krisis Iklim

  • Sebuah kota terapung yang akan menampung 20.000 orang di Maladewa sedang dalam proses pembangunan.
Dunia
Fadel Surur

Fadel Surur

Author

MALE - Sebuah kota terapung yang akan menampung 20.000 orang di Maladewa sedang dalam proses pembangunan. 

Dirancang dengan pola yang mirip karang otak, kota ini akan terdiri dari 5.000 unit yang seluruhnya mengapung, seperti dikutip dari New York Post

Unit-unit ini akan mencakup rumah, restoran, toko, dan sekolah dengan kanal di antaranya.

Unit pertama dari kota ini akan mulai diperkenalkan bulan ini dan penduduk akan mulai menempati tempat tinggal baru mereka pada tahun 2024. Rencananya, kota ini akan rampung pada tahun 2027 mendatang.

Kota ini memiliki struktur jalanan dan kanal air berbasis alam seperti pada karang otak asli, menurut deskripsi dalam situs Kota Terapung Maladewa.

Real estate terapung ini akan memberikan keamanan dan ruang bangunan untuk penduduk kota-kota yang penuh sesak dan terancam banjir,” ujar Koen Olthuis, pendiri firma arsitektur Waterstudio yang merancang kota itu. 

Ia menambahkan bahwa pengembangan dengan cara itu akan menempatkan real estate melampaui tepi laut. Tata kota itu juga akan terlihat seperti tampilan bangunan-bangunan tinggi berabad-abad lalu. 

Pengembangan kota akan dilakukan oleh Dutch Docklands Maldives yang merupakan kemitraan pemerintah-swasta. 

Kota itu terletak hanya sepuluh menit dari ibukota Male dan bandara internasional menggunakan kapal.

Rumah-rumah di kota itu akan memiliki warna cerah pelangi yang dimaksudkan untuk menarik wisatawan. Balkon luas juga disediakan pada rumah-rumah untuk menikmati pemandangan. Untuk transportasi, penduduk kota dapat memilih kapal, sepeda, skuter listrik atau mobil kecil.  

“Uang yang berbicara dan saat pihak berwenang menyadari bahwa pembangunan ini lebih rendah dibanding biaya penghancuran infrastruktur dan properti laut, maka pengembangan kota semacam ini akan terus bermunculan,” kata Olthuis. 

Ibukota Maladewa, Male, merupakan salah satu kota berpenduduk terpadat di dunia, dengan lebih dari 200.000 orang menempati area seluas sekitar 2.000 hektar.

Harga rata-rata untuk menempati kota ini mulai dari US$150.000 untuk studio atau setara Rp2,2 miliar (asumsi kurs Rp14.870,20 per dolar AS). Sementara itu, harga yang ditentukan untuk rumah keluarga adalah Rp3,7 miliar.

Saat ini unit akan dibangun di galangan kapal lokal, selanjutnya akan diderek ke kota terapung. Setelah sampai, unit-unit itu akan disambungkan ke lambung beton bawah air yang besar. Beton itu disekrupkan ke dasar laut dengan tiang baja teleskopik yang memungkinkannya bergerak dengan lancar mengikuti ombak.

Langkah pembangunan kota dengan metode terapung dianggap sebagai cara baru menghadapi naiknya permukaan laut. 

Sebelumnya, PBB telah mengumumkan pembangunan kota terapung pertama di Korea Selatan bernama Oceanix City yang akan dimulai pada tahun 2023. Kota itu direncanakan mampu menampung 12.000 orang dan akan ditingkatkan menjadi 100.000.