Ini Yang Tesla Lakukan di Indonesia
JAKARTA- Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi telah menerima proposal investasi dari Tesla, Kamis 4 Februari 2021. Selanjutnya pemerintah akan menggelar pertemuan secara virtual pada pekan depan untuk mendapatkan penjelasan secara resmi dari perusahaan kendaraan listrik asal Amerika Serikat itu. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi (Marinves) Septian Hario […]
BisnisAsia
JAKARTA- Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi telah menerima proposal investasi dari Tesla, Kamis 4 Februari 2021. Selanjutnya pemerintah akan menggelar pertemuan secara virtual pada pekan depan untuk mendapatkan penjelasan secara resmi dari perusahaan kendaraan listrik asal Amerika Serikat itu.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi (Marinves) Septian Hario Seto mengungkapkan rencana investasi Tesla Inc di bidang Energy Storage System (ESS) atau sistem penyimpanan energi dengan daya besar.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Dengan Tesla ini ada satu lagi kerja sama di bidang ESS. Ini mirip baterai atau powerbank dengan kapasitas besar, bisa puluhan MegaWatt (MW), bahkan sampai 100 MW juga bisa,” katanya dalam jumpa pers virtual, Jumat 5 Februari 2021.
Menurut Seto, ESS akan menggantikan pembangkit yang permintaan listriknya dalam satu waktu melebihi penggunaan rata-ratanya. Dengan demikian, dibandingkan membangun pembangkit listrik baru, “baterai” tersebut bisa diisi saat permintaan rendah.
Tesla sendiri, lanjut Seto, telah membangun sistem tersebut di Australia dan mengkombinasikannya dengan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
“Ini sedang dipelajari secara internal, tapi mereka (Tesla) memang mencontohkan kesuksesan mereka di Australia,” kata Seto dilansir dari Antara
Seto menuturkan Tesla sangat ingin bekerja sama dengan Indonesia walaupun permintaan akan sistem tersebut cukup tinggi dari berbagai negara. Pasalnya, kondisi Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan potensi EBT yang melimpah menjadi pertimbangan utama kerja sama tersebut.
“Jadi suplainya dari sisi mereka pun, ESS ini tidak banyak, tapi mereka ingin sekali bekerja sama dengan Indonesia karena mereka lihat Indonesia negara kepulauan dan punya potensi renewable energy, mereka bisa mengkombinasikan teknologi mereka dan beri manfaat maksimal,” kata Seto.