<p>Ilustrasi: Pengungsi Suriah/UNICEF</p>
Nasional & Dunia

Inilah 10 Negara Yang Menghadapi Krisis Kemanusiaan Terbesar Pada 2020

  • JAKARTA- Tahun 2020 masih akan diwarnai dengan krisis kemanusiaan di berbagai belahan dunia. International Rescue Committee (IRC) setiap tahun membuat daftar sepuluh negara yang menghadapi krisis kemanusiaan terburuk. Pembuatan daftar ini sebagai upaya untuk menyoroti sejumlah besar pekerjaan yang harus dilakukan oleh para pemimpin dunia dan pekerja bantuan. IRC mencatat, negara-negara ini jika digabungkan sebenarnya […]

Nasional & Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Tahun 2020 masih akan diwarnai dengan krisis kemanusiaan di berbagai belahan dunia. International Rescue Committee (IRC) setiap tahun membuat daftar sepuluh negara yang menghadapi krisis kemanusiaan terburuk.

Pembuatan daftar ini sebagai upaya untuk menyoroti sejumlah besar pekerjaan yang harus dilakukan oleh para pemimpin dunia dan pekerja bantuan.

IRC mencatat, negara-negara ini jika digabungkan sebenarnya hanya menjadi rumah bagi kurang dari 6% populasi global, tetapi menghasilkan 74% dari pengungsi dunia.

Krisis yang mereka hadapi – yang sebagian besar mencakup konflik bersenjata, epidemi penyakit, dan bencana alam hanya sedikit berubah sejak tahun lalu yang menunjukkan berlarut-larutnya banyak krisis ini dan kegagalan kolektif masyarakat internasional untuk menyelesaikan akar permasalahan mereka.

Berikut 10 negara dengan krisis kemanusiaan terbesar dalam daftar IRC.

Berikut 10 negara dengan krisis kemanusiaan terbesar dalam daftar IRC.

1.Yaman

Perang saudara yang mematikan, didukung oleh koalisi yang dipimpin Saudi, telah berkecamuk di Yaman sejak 2015 tanpa akhir yang terlihat.

Warga sipil berjuang melawan serangan udara dan serangan darat terhadap infrastruktur dasar seperti rumah sakit, sekolah, dan sistem sanitasi. Banyak pelabuhan telah ditutup, membuat negara yang bergantung pada impor sangat membutuhkan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

Sejak 2015, sekitar 250.000 orang telah tewas akibat perang, dengan 100.000 karena pertempuran dan sisanya karena masalah seperti kurangnya makanan dan kesehatan. Negara ini juga telah bertempur dengan endemik kolera selama tiga tahun terakhir.

Menurut PBB, lebih dari 24 juta orang Yaman – atau 80% dari populasi – juga membutuhkan bantuan kemanusiaan. Meskipun pihak-pihak yang bertikai sepakat pada Desember 2018 untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang terus meningkat, kemajuan masih lambat.

2.Republik Demokratik Kongo

Republik Demokratik Kongo adalah rumah bagi lebih dari 100 kelompok bersenjata, dan sedang berjuang menghadapi wabah Ebola dan campak yang sedang berlangsung.

Konflik bersenjata dan krisis kesehatan adalah akibat dari kurangnya pembangunan dan infrastruktur yang lemah selama beberapa dekade. Populasi juga sebagian besar bergantung pada pertanian subsisten, membuatnya rentan terhadap bencana alam dan konflik, kata IRC.

Hampir 16 juta warga Kongo membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan sekitar lima juta orang di negara itu kehilangan tempat tinggal  menjadikan negara itu rumah bagi populasi pengungsi internal terbesar di Afrika.

3.Suriah

Perang saudara Suriah telah berkobar sejak 2013, dengan banyak kekuatan dunia menggunakan negara itu sebagai medan pertempuran untuk perang proksi mereka.

Pertempuran dan serangan udara yang terus-menerus telah merusak sejumlah besar infrastruktur sipil, membuat kurang dari setengah dari fasilitas kesehatan negara itu tetap berfungsi penuh, dan lebih dari satu dari tiga sekolah rusak, kata PBB pada Maret 2019.

IRC mencatat, konflik juga telah menghasilkan lebih dari 6 juta orang yang telantar secara internal dan 5,7 juta pengungsi, menjadikan ini krisis pengungsi terbesar di dunia. Pada saat yang sama beberapa negara Eropa menutup pintu mereka terhadap para migran ini.

4.Nigeria

Nigeria menghadapi pemberontakan selama satu dekade di timur laut dan meningkatnya ketegangan di barat laut, menyebabkan ketidakstabilan regional dan menghasilkan sekitar 540.000 orang yang terlantar di wilayah utara.

Menurut IRC, sebagian besar wilayah timur laut secara efektif berada di bawah kendali kelompok bersenjata, membuat sekitar 1,2 juta penduduk tidak dapat mengakses fasilitas vital seperti makanan.

Situasi diperparah dengan risiko kekeringan yang terus-menerus, banjir selama musim hujan, dan penyebaran kolera. Wilayah ini juga memiliki infrastruktur dan fasilitas kesehatan yang buruk untuk membantu melawan fenomena ini. Kemiskinan relatif dan infrastruktur yang buruk sangat berbeda dari kota-kota besar selatan, seperti Lagos dan ibu kota Abuja.

5.Venezuela

Negara ini telah mengalami krisis ekonomi yang telah menyebabkan hiperinflasi mencapai 10.000.000%, kekurangan makanan dan obat-obatan serta eksodus orang yang berkelanjutan. Menurut data Kementerian Luar Negeri Amerika tahun 2018, krisis membuat 94% rumah tangga berada dalam kemiskinan dan 90% rumah sakit melaporkan kekurangan pasokan.

Sekitar 7 juta orang – atau sekitar satu dari empat populasi – juga membutuhkan bantuan kemanusiaan, kata PBB.

Sekitar 4,6 juta warga Venezuela lainnya telah meninggalkan negara itu pada November 2019, dan jumlahnya meningkat, kata IRC. Banyak dari mereka telah pergi ke negara-negara tetangga seperti Kolombia dan Brasil, yang pada gilirannya memperketat perbatasan mereka.

6.Afghanistan

Afghanistan masih menghadapi ketidakstabilan politik setelah invasi pimpinan Amerika tahun 2001, yang masih berlangsung dan menelan biaya pembayar pajak Amerika US$ 1 triliun. Bentrokan antara kelompok-kelompok bersenjata  berlanjut dengan pemerintah.

Menurut PBB, konflik telah menghasilkan hampir 2,5 juta pengungsi di luar negeri. Negara ini terus menghadapi risiko kekeringan, tanah longsor, dan aktivitas seismik, yang diperburuk oleh infrastruktur yang buruk. IRC juga menyoroti risiko tinggi terorisme dan pelanggaran HAM.

Amerika telah terlibat dalam pembicaraan damai dengan Taliban, yang berhenti dan dimulai pada 2019. Presiden Donald Trump telah berjanji untuk mengeluarkan Amerika dari “perang abadi” seperti Afghanistan, tetapi sejauh ini belum memenuhi janji tersebut.

Dokumen rahasia yang diperoleh The Washington Post, yang diterbitkan awal Desember, menunjukkan bahwa para pejabat Amerika terus-menerus menyesatkan publik Amerika tentang perang itu dan berjuang untuk mendefinisikan bahwa misi mereka berhasil.

7.Sudan Selatan

Kekerasan sipil telah menimpa Sudan Selatan sejak 2013, dua tahun setelah berdirinya, yang terjadi setelah perang saudara selama puluhan tahun di Sudan. Menurut PBB, pertempuran sejak 2013 telah menghasilkan 2,2 juta pengungsi dan 1,5 juta orang terlantar secara internal.

Risiko kerawanan pangan semakin tinggi, yang diperparah oleh korupsi dan  kekeringan dan serta badai. Banjir musiman yang parah pada 2019 juga menyebabkan meningkatnya jumlah orang yang menderita masalah kesehatan seperti malaria dan diare.

Akses ke Sudan Selatan juga sulit karena konflik dan birokrasi pemerintah serta kelompok-kelompok bersenjata. Menurut IRC. Lusinan pekerja kemanusiaan juga telah tewas sejak 2012.

8.Burkina Faso

Ancaman kemanusiaan telah tumbuh secara dramatis dalam satu tahun terakhir di Burkina Faso, yang merupakan rumah bagi konflik bersenjata yang dilakukan oleh kelompok-kelompok militan. Kelompok-kelompok bersenjata itu juga memaksa warga sipil untuk bergabung dengan gerakan mereka.

Menurut IRC jumlah pengungsi menggelembung dari di bawah 9.000 pada awal 2018, menjadi 47.000 pada awal 2019,  dan menjadi 56.000 pada akhir 2019.

Kekerasan itu juga telah memaksa hampir 2.000 sekolah dan 91 fasilitas kesehatan ditutup, meninggalkan 270.000 anak-anak tanpa pendidikan formal dan lebih dari 1,2 juta orang tanpa akses ke perawatan kesehatan.

Pada tahun 2018 negara tersebut dinobatkan sebagai salah satu negara termiskin di dunia oleh Dana Moneter Internasional, yang mencatat bahwa rata-rata orang di sana hidup dengan kurang dari US$ 1.000 per tahun.

9.Somalia

Somalia telah menyaksikan konflik yang terus-menerus sejak 1990-an membuat banyak orang mengungsi baik di dalam negeri maupun ke negara-negara tetangga.

Kekeringan di wilayah Tanduk Afrika telah mendorong migrasi dan membuat penduduk menghadapi risiko tidak memiliki makanan lagi. Negara ini juga menghadapi kekerasan dari kelompok-kelompok termasuk al-Shabab, yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda, dan afiliasi ISIS setempat.

10.Republik Afrika Tengah

Koalisi kelompok-kelompok bersenjata yang sebagian besar yang dikenal sebagai Seleka mengambil alih ibukota CAR pada 2013, dan negara itu telah menyaksikan ribuan orang terbunuh di tengah pertempuran yang berakar pada masalah SARA.

Pemerintah dan 14 kelompok bersenjata menandatangani perjanjian damai pada Februari 2019, tetapi hanya sebagian yang berjalan dan konflik berlanjut.

Menurut data PBB, satu dari empat penduduk negara itu telah dipaksa pergi dari rumah dan mengakibatkan 600.000 orang mengungsi di dalam negeri dan 600.000 lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Kamerun, Republik Demokratik Kongo  dan Chad, menurut statistik PBB.

Negara ini juga rentan terhadap banjir yang buruk, dan orang-orang berisiko rawan pangan dan tertular virus Ebola dari Kongo.

Selain 10 negara di atas, IRC juga menyebut sejumlah negara lain yang memiliki potensi krisis kemanusiaan tinggi di tahun 2020 ini. Mereka adalah Burundi, Kamerun, Chad, Ethiopia, Irak, Libya, Malu, Myanmar, Niger, dan Sudan.