Zelenskyy.jpg
Dunia

Inilah 5 Poin Rencana Kemenangan Zelenskyy

  • Pidato itu disampaikan saat Ukraina menderita kerugian di sepanjang front timur.

Dunia

Amirudin Zuhri

KYIV- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akhirnya mengungkapkan rencana kemenangan yang telah lama ditunggu-tunggu. Sebuah rencana  yang bertujuan untuk memperkuat posisi negaranya agar dapat mengakhiri perang dengan Rusia.

Zelenskyy menyampaikan rencana tersebut kepada parlemen Ukraina Rabu 16 Oktober 2024. “Rencana ini dapat mengakhiri perang  paling lambat tahun depan,” katanya.

Dalam pidatonya di hadapan anggota parlemen, Zelensky juga mengkritik China, Iran, dan Korea Utara atas dukungan mereka terhadap Rusia. Dia menggambarkan negara-negara ini sebagai koalisi penjahat. 

Zelenskyy juga akan menyampaikan rencana kemenangan tersebut pada pertemuan puncak Uni Eropa pada Kamis 17 Oktober 2024. 

Secara rinci rencana yang diuraikan oleh Zelenskyy terdiri dari lima poin utama. Yang pertama mengundang Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Kedua penguatan pertahanan Ukraina terhadap pasukan Rusia. Ini termasuk memperoleh izin dari sekutu menggunakan senjata jarak jauh mereka di wilayah Rusia, dan kelanjutan operasi militer Ukraina di wilayah Rusia untuk menghindari terciptanya zona penyangga di Ukraina

Ketiga  pengerahan paket pencegahan non-nuklir oleh sekutu di wilayah Ukraina. Keempat perlindungan bersama oleh AS dan Uni Eropa atas sumber daya alam penting Ukraina dan penggunaan bersama potensi ekonominya. Dan kelima pada periode pasca perang,  mengganti beberapa pasukan Amerika yang ditempatkan di seluruh Eropa dengan pasukan Ukraina. Masih ada tiga poin lagi tetapi tetap dirahasiakan. Ketiganya hanya akan dibagikan kepada mitra Ukraina.

Rencana tersebut telah disampaikan kepada Presiden Amerika Joe Biden pada bulan September 2024 lalu. Juga pada kandidat presiden Kamala Harris dan Donald Trump. Sekutu utama seperti Inggris, Prancis, Italia, dan Jerman juga dilaporkan telah diperlihatkan rencana tersebut.

Ambisius

Secara umum persyaratan perdamaian Zelenskyy sangat ambisius. Terlebih di tengah situasi di mana Ukraina mengahadapi tekanan hebat di sejumlah garis depan. Pidato itu disampaikan saat Ukraina menderita kerugian di sepanjang front timur. Sementara pasukan Rusia semakin dekat dengan kemenangan penting yang strategis dalam merebut Pokrovsk . 

Ukraina juga tengah berjuang untuk mengisi kembali pasukannya dengan upaya mobilisasi yang tidak popular. Mereka juga menghadapi , persediaan amunisi yang terbatas, dan dominasi Rusia di langit. Intinya, apa yang disampaikan Zelenskyy bertentangan dengan situasi di sekitarnya.

Di hadapan para anggota parlemen, dia mengakui ada kelelahan yang semakin meningkat di negaranya. Kelelahannya sendiri terukir di wajahnya saat dia mengatakan “Kemenangan telah menjadi kata yang tidak mengenakkan bagi sebagian orang, dan tidak mudah untuk dicapai,” katanya.

Moral nasional menurutnya secara bertahap runtuh di bawah beban jumlah korban tewas yang meningkat. Selain itu juga undang-undang mobilisasi yang kontroversial, dan serangan Rusia yang tiada henti terhadap wilayah Ukraina. Semakin banyak yang menganggap bahwa setiap kesepakatan damai harus melibatkan Ukraina menyerahkan wilayah sebagai imbalan atas jaminan keamanan.

Namun tidak ada tanda-tanda kompromi untuk mengakhiri perang lebih cepat. Sebaliknya, Zelensky semakin ingin memaksa Rusia untuk berunding dan tidak menyerahkan wilayah Ukraina melalui penguatan militernya sendiri.

Di depan umum Zelenskyy tampaknya masih melihat perang ini sebagai sesuatu yang eksistensial. Dia memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk terus memperkuat posisinya. Namun karena tentaranya sangat bergantung pada bantuan Barat, rencana kemenangannya akan memerlukan persetujuan presiden Amerika berikutnya.

Segera setelah Zelenskyy selesai berbicara, Kremlin menolak mentah-mentah rencana perdamaian  tersebut. Juru Bicara Kremlin Dimitry Perskov mengatakan Kyiv perlu sadar diri dengan situasi yang terjadi saat ini. “Satu-satunya cara mengakhiri perang adalah Ukraina menyadari kesia-siaan kebijakan yang ditempuhnya,” tegas Peskov.