Inilah 5 Raja Tambang Batu Bara di Indonesia
- Harga batu bara mengalami lonjakan terus-menerus selama lima hari berturut-turut, mencapai level tertinggi dan mempertahankan posisi puncaknya selama tiga bulan terakhir.
Energi
JAKARTA – Batu bara adalah salah satu sumber energi penting bagi dunia, yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik sebesar hampir 40% di seluruh duni (Anonim, 2005).
Selama berabad-abad, batu bara telah memainkan peran penting tidak hanya membangkitkan listrik, tetapi juga sebagai bahan bakar utama untuk produksi baja, semen, pengolahan alumina, pabrik kertas, serta industri kimia dan farmasi.
Harga batu bara mengalami lonjakan terus-menerus selama lima hari berturut-turut, mencapai level tertinggi dan mempertahankan posisi puncaknya selama tiga bulan terakhir.
- 10 Atlet dengan Gaji Tertinggi di Olimpiade Paris 2024
- Penjualan Batu Bara ADRO Semester I-2024 Nyaris Tembus 35 Juta Ton
- Prabowo Umumkan Kabinet 21 Oktober, Berikut Prediksi Daftar Menterinya
Harga batu bara Newcastle untuk Agustus 2024 turun sebesar US$0,5 menjadi US$145 per ton. Sedangkan, September 2024 naik US$0,4 menjadi US$147,9 per ton. Di sisi lain, Oktober 2024 turun US$0,05 menjadi US$148,95 per ton.
Dilansir dari mining.com, kelompok utama industri batu bara China mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka memperkirakan impor batu bara tahun ini akan mencapai setidaknya 500 juta metrik ton, melampaui rekor tertinggi sebelumnya dan perkiraan oleh para pelaku pasar.
“Impor batu bara pada tahun 2024 akan mencapai level itu jika pengiriman terus tumbuh dengan kecepatan pesat yang terlihat sejauh ini tahun ini,” kata analis Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara (CCTD) Su Huipeng.
Sementara itu, beberapa konglomerat Indonesia masuk dalam daftar orang-orang terkaya berkat bisnis di sektor batu bara. Lalu, siapa sajakah mereka?
1. Low Tuck Kwong
Dato’ Low Tuck dikenal sebagai raja batu bara, ia adalah pendiri PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebuah perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia. BYAN dikenal sebagai emiten batu bara dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa saham domestik mencapai Rp658,33 triliun.
Keberhasilan perusahaan ini tidak terlepas dari kepemimpinan visioner Low Tuck Kwong, yang telah mengarahkan perusahaan menuju pertumbuhan dan profitabilitas yang stabil.
Menurut daftar 50 orang terkaya versi Forbes pada 15 Januari 2024, Low Tuck Kwong memiliki kekayaan sebesar US$27,2 miliar atau sekitar Rp422,79 triliun, menjadikannya sebagai orang terkaya ketiga di Indonesia, setelah keluarga Hartono dan Prajogo Pangestu.
Kekayaannya yang besar mencerminkan keberhasilannya dalam mengelola dan mengembangkan bisnis tambang batu bara di tengah tantangan global dan regional.
2. Keluarga Widjaja
Keluarga Widjaja yang diwarisi oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja adalah pemilik Sinar Mas Group, sebuah konglomerat besar yang berdiri sejak era Orde Baru. Grup Sinar Mas memiliki PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA), yang bergerak di sektor energi dan infrastruktur.
Anak perusahaan DSSA mencakup PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) dan Golden Energy and Resources Ltd. (GEAR). GEAR memiliki tambang tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Australia, dengan akuisisi Stanmore Coal yang memperluas jangkauan internasional.
Franky Oesman Widjaja salah satu putra Eka Tjipta, menjabat sebagai Komisaris Utama DSSA dan memainkan peran kunci dalam memimpin perusahaan menuju pertumbuhan yang berkelanjutan. Adapun, kekayaan keluarga Widjaja dilaporkan mencapai US$10,8 miliar atau sekitar Rp168,3 triliun.
3. Garibaldi Thohir
Kakak Menteri BUMN Erick Thohir bersama TP Rachmat dan Edwin Soeryadjaya mendirikan emiten raksasa PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Pertama kali melantai di bursa pada tahun 2008, ADRO berhasil memperoleh dana IPO terbesar sepanjang sejarah, meskipun rekor ini belakangan dipecahkan oleh Bukalapak.
Penambangan Adaro terletak di Pulau Sumatra dan Kalimantan, serta memiliki lokasi baru di Australia yang diakuisisi pada tahun 2018. Beberapa perusahaan di bawah Adaro Group mencakup PT Mustika Indah Permai (MIP), PT Bukit Enim Energi (BEE), Adaro Metcoal Companies (AMC), dan PT Bhakti Energi Persada (BEP), dan lainnya.
Akhir 2022, Forbes menempatkan Boy Thohir di urutan ke-15 dalam daftar 50 Orang Terkaya Indonesia dengan kekayaan sebesar US$3,45 miliar atau sekitar Rp54,01 triliun. Pada 2023, kekayaannya tercatat sebesar US$3,3 miliar atau Rp51,29 triliun, menjadikannya sebagai orang terkaya ke-17.
4. Kiki Barki
Kiki Barki adalah pendiri PT Harum Energy Tbk (HRUM), sebuah emiten batu bara yang didirikan pada tahun 1995 dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010. Kiki Barki menguasai 79,79% saham HRUM, menunjukkan kontrol yang signifikan atas perusahaan.
Selain Harum Energy, Kiki juga memiliki tambang batu bara swasta, Tanito Harum. Saat ini, putra sulungnya, Lawrence Barki, menjabat sebagai presiden komisaris Harum Energy, sementara putra bungsunya, Steven Scott Barki, juga terlibat dalam manajemen perusahaan sebagai komisaris.
Tahun 2022, Forbes mencatat kekayaan bersih Kiki sebesar US$1,9 miliar atau sekitar Rp29,6 triliun. Pada tahun berikutnya, kekayaannya tercatat sebesar US$1,41 miliar atau sekitar Rp21,92 triliun, menempatkannya sebagai orang terkaya ke-33 di Indonesia.
5. Edwin Soeryadjaya
Edwin Soeryadjaya atau Tjia Han Pun lahir pada 17 Juli 1949. Ia adalah putra dari William Soeryadjaya, pendiri Astra International, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia. Edwin lahir setelah keluarganya kembali dari Belanda selama masa perang Indonesia-Belanda yang perlahan mereda.
Pada tahun 1997-1998, Edwin bersama Sandiaga Uno mendirikan perusahaan keuangan Saratoga Investama Sedaya, dan Edwin menjadi pemimpin tertinggi setelah krisis moneter melanda Indonesia. Saratoga berkembang menjadi salah satu perusahaan keuangan terkemuka di Indonesia, kemudian memasuki sektor tambang batu bara.
- Kesenjangan Industri: Tambang Disayang, Tekstil Dilupakan
- Badai PHK jadi Sinyal Bahaya Kondisi Industri Tekstil
- Segera Merger, Neraca Keuangan HK dan WSKT Bagaikan Bumi Langit
Setelah tahun 2000, Edwin mulai terlibat dalam bisnis tambang batu bara, mirip dengan sepupunya, Theodore Permadi Rachmat, yang juga aktif di sektor ini melalui Pama Persada.
Pada tahun 2022, Forbes mencatat kekayaan Edwin sebesar US$1,8 miliar atau sekitar Rp28,05 triliun. Pada tahun 2023, kekayaannya tercatat sebesar US$1,24 miliar atau sekitar Rp19,27 triliun, menjadikannya sebagai orang terkaya ke-39 di Indonesia.