<p>Ilustrasi Laut China Selatan</p>
Industri

Inilah Alasan Laut China Selatan Jadi Rebutan

  • JAKARTA – Hubungan internasional China dengan negara-negara ASEAN sedang dipertaruhkan. Pasalnya beberapa tahun belakangan, tensi di Laut China Selatan (LCS) sedang memanas.

Industri

Acep Saepudin

JAKARTA – Hubungan internasional China dengan negara-negara ASEAN sedang dipertaruhkan. Pasalnya beberapa tahun belakangan, tensi di Laut China Selatan (LCS) sedang memanas.

Laut yang diapit wilayah negara China dan negara-negara ASEAN tersebut menjadi perairan dengan jalur perdagangan yang sangat strategis. Perairan tersebut juga menyimpan cadangan minyak bumi yang cukup besar.

Karena kepentingan ekonomi dan geostrategisnya, Laut China Selatan menjadi tempat perselisihan teritorial yang kompleks. Perselisihan tersebut telah menjadi penyebab konflik dan ketegangan politik serta militer di kawasan ini dan di seluruh Indo-Pasifik.

Perairan tersebut menjadi jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia. Menurut the Energy Information Administration (EIA), perairan LCS diperkirakan memiliki cadangan minyak bumi yang tersimpan sebesar 11 miliar barel. Juga memiliki cadangan gas alam yang mencapai 190 triliun kaki kubik.

Menurut sebuah laporan think tank Rand Corporation yang berbasis di Washington, sekitar USD 5,3 triliun nilai pelayaran perdagangan melalui Laut China Selatan setiap tahun. Angka tersebut termasuk dengan USD 1,2 triliun total angka perdagangan dengan Amerika Serikat.

Laut China Selatan juga sering menjadi sasaran over eksploitasi dan penangkapan ikan secara ilegal. Perairan ini diperkirakan memiliki 10% cadangan perikanan dunia, menurut laporan tersebut.

Menurut laporan itu juga, Laut China Selatan memiliki cadangan minyak dan gas yang melimpah yang belum tereksplorasi. Hal ini dapat menjadi faktor yang memperburuk sengketa maritim dan teritorial.

Tidak hanya China dan negara-negara ASEAN, Jepang dan Korea Selatan sangat bergantung pada LCS sebagai jalur ekspor. Juga untuk pengiriman pasokan bahan bakar dan bahan baku dari luar wilayah.

Sebelumnya, terdapat lima kapal penangkap ikan China dikawal kapal penjaga pantai China memasuki perairan Natuna. Hal ini lantas menjadi pemberitaan hangat di Indonesia. Perairan Natuna merupakan wilayah Indonesia yang paling dekat dengan LCS, namun tidak masuk dalam objek sengketa.

Kementerian Luar Negeri telah mengkonfirmasi terjadinya pelanggaran Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia tersebut. Pelanggaran itu termasuk kegiatan illegal, unregulared, unreported (IUU) fishing. Juga pelanggaran kedaulatan oleh coast guard atau penjaga pantai RRT di perairan Natuna.