Inilah Alasan Mantan Bos Bursa Terpikat Saham GOTO di Harga Gocap
- Berbeda dengan investor lain yang antre menjual saham GOTO di level gocap, mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (Indonesia), Hasan Zein Mahmud, justru terlihat semakin agresif membeli saham emiten akomodasi itu.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), emiten di sektor akomodasi terus bertahan di harga gocap atau Rp50 per saham sejak penutupan perdagangan pada Kamis, 27 Juni 2024. Angka tersebut merupakan titik terendah sejak perusahaan tersebut melakukan IPO dua tahun lalu.
Berbeda dengan investor yang antre menjual saham itu di level gocap, mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (Indonesia), Hasan Zein Mahmud, justru terlihat semakin agresif membeli saham GOTO melalui akun media sosialnya saat harganya berada di titik terendah dalam beberapa hari terakhir.
Hasan bilang GOTO didukung oleh deretan pemegang saham besar seperti SVF GT Subco Singapore Pte Ltd dan Taobao China Holding Limited. Selain itu, ada juga pemegang saham seperti INA, ADIA, PT Astra International Tbk (ASII), dan Telkomsel.
- Tantangan dan Upaya Meningkatkan Kinerja Logistik Indonesia di 2024
- Pembukaan LQ45 Hari Ini 03 Juli 2024 Dibuka Naik 3,57 ke 896,29 Poin
- IHSG Hari Ini 03 Juli 2024 Dibuka Naik 27,04 ke 7.152,18 Poin
GOTO, kata Hasan, juga didukung oleh jajaran komisaris dan direksi yang terpercaya. Nama-nama besar seperti Agus Marto dan John Prasetyo berada di jajaran komisaris, sementara dewan direksi dipimpin Patrick Waluyo, yang memiliki visi bisnis yang cemerlang. “Mereka tentu mempertaruhkan reputasi besar mereka di GOTO,” jelasnya dikutip pada Rabu, 3 Juli 2024.
Lalu ia bertanya apa yang dikhawatirkan banyak investor. “Apakah GOTO sebagai perusahaan akan mampu bertahan atau akan hilang dari peredaran? Jawabannya, seperti yang sering saya katakan, hanya perusahaan yang mampu menghasilkan laba secara wajar dari operasi yang wajar yang mampu bertahan,” terangnya.
Fundamental Membaik
Hasan Zein menyatakan bahwa secara fundamental, GOTO saat ini jauh lebih kuat. Segmen e-commerce yang sebelumnya boros dan merugi kini telah berhasil diubah menjadi penyumbang laba bersih, meskipun hal ini harus dibayar dengan kehilangan kendali atas Tokopedia.
Berdasarkan laporan keuangan pada kuartal I-2024, rugi bersih GOTO berada di angka Rp861,91 miliar. Angka ini berhasil turun 77,68% dari Rp3,86 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, biaya dan beban GOTO menyusut sebesar 31,93% secara tahunan pada Januari–Maret 2024. Pada periode yang sama di tahun 2023, GOTO harus menanggung beban sebesar Rp7,37 triliun. Perbaikan ini setelah GOTO melepas unit bisnis perniagaan elektronik, yakni PT Tokopedia kepada TikTok Pte Ltd.
Dengan begitu, segmen Service on Demand (SOD) kini berada di tengah persaingan yang lebih longgar dibandingkan dengan segmen e-commerce. Bisnis SOD juga memiliki peluang ekspansi yang sangat besar di masa depan.
“GOTO memang tak memiliki dukungan pendanaan sehebat Grab yang ditopang Sea grup. GOTO memang kalah jauh dengan nilai kapitalisasi Grab yang tercatat di NASDAQ. Tapi, saya tidak melihat alasan GOTO tidak mampu bersaing dalam perebutan pasar di kandang sendiri,” terangnya.
Faktor Teknis
Ia menambahkan bahwa Indonesia, dengan wilayah yang luas dan jumlah penduduk besar, merupakan pasar paling menarik untuk bisnis SOD di ASEAN. Di samping itu kata, Husein Zein, penurunan harga GOTO, hanyalah faktor teknis.
“Alibaba (Taobao) menjual lebih dari 16 miliar saham GOTO, Subco juga menjual hampir 100 juta saham, dan beberapa pendiri, terutama yang berasal dari Tokopedia, telah pergi dan menjual sebagian sahamnya," terangnya.
Di sisi lain, penurunan harga saham GOTO dalam beberapa pekan ini juga dipicu aksi guyur cadangan Employee Stock Ownership Program (ESOP) dengan harga pelaksanaan Rp2 per saham. ESOP adalah sebuah program kepemilikan saham untuk karyawan di perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja.
“Tanpa kehadiran pembeli besar, butuh waktu lama untuk menciptakan permintaan dan penawaran saham GOTO kembali ke titik ekuilibrium. Melihat fakta tersebut, saya aktif menyisihkan jatah ‘angkringan’ saya untuk membeli 100 lot saham GOTO setiap minggu, bila harganya masih di gocap atau lebih rendah. Nabung saham!” terangnya.
Berdasarkan data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 2 Juli 2024, saham GOTO kembali ditutup di level Rp50 per saham. Namun, sepanjang tiga hari terakhir, investor asing mencatatkan net foreign buy (NFB) saham GOTO sebesar Rp15,59 miliar.
Profil Hasan Zein Mahmud
Hasan Zein Mahmud lahir pada tahun 1953, merupakan sosok yang berperan penting dalam perkembangan pasar modal Indonesia pada tahun 1990-an. Ia memimpin Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) pada masa di mana pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Di bawah pimpinannya, Bursa Efek Jakarta berhasil menarik 197 perusahaan baru dan mengimplementasikan sistem komputerisasi, menjadikannya sebanding dengan bursa efek ternama di Asia. Pada masa itu, pengetahuan masyarakat hanya sebatas investasi deposito di bank, sehingga kampanye investasi saham dianggap saling menguntungkan bagi semua pihak.
Selain menjabat sebagai Direktur Utama Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein yang merupakan Universitas Katolik Leuven, Belgia, serta Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta ini juga aktif sebagai pengajar di beberapa universitas dan menjadi kolomnis di harian Tempo pada periode 1990-an.
Setelah meninggalkan Bursa Efek Jakarta pada 1996, Hasan Zein tetap aktif dalam dunia keuangan. Dia menjadi anggota dewan komisaris di PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI), Presiden Komisaris PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), dan anggota Dewan Penasihat Pacific Basin Capital Market Research Center.