Inilah Alasan Mengapa Pacitan Disebut Kota 1001 Gua
- Jargon Kota 1001 Gua melekat erat pada Kabupaten Pacitan. Jargon ini bahkan diabadikan pada sebuah landmark kabupaten.
Nasional & Dunia
JAKARTA - Jargon Kota 1001 Gua melekat erat pada Kabupaten Pacitan. Jargon ini bahkan diabadikan pada sebuah landmark kabupaten.
Dikutip dari berbagai sumber, sebutan ini pertama kali diperkenalkan antara tahun 1999 hingga 2000. Pencetusnya adalah almarhum S.Endro Waluyo, seorang pejabat senior di lingkup Pemerintah Kabupaten Pacitan.
Ide ini ditanggapi positif oleh Sekda Sudjiman kala itu. Meski secara hukum masih belum baku, jargon ini terus dipopulerkan di setiap kesempatan dan mulai dikenal oleh masyarakat luas.
Geografis Pacitan
Kabupaten Pacitan memiliki luas 138,99 ribu Ha. Luas tersebut sebagian besar berupa perbukitan yaitu kurang lebih 85% dengan sekitar 300 gunung-gunung kecil yang menyebar.
Daerah ini memiliki banyak gua sebagai salah satu ciri khas daerah karst (batuan kapur) yang memenuhi mayoritas wilayahnya. Ciri pegunungan karst ialah berupa bukit-bukit berbentuk kerucut dan setengah bulatan.
Dikutip dari laman BPK Jatim, kondisi geografis yang sebagian besar berbukit tandus menyebabkan daerah Pacitan kurang cocok jika digunakan untuk bercocok tanam padi. Alhasil potensi yang cukup besar dari kabupaten ini adalah perikanan, pertambangan, dan pariwisata.
Gua Paling Terkenal di Pacitan
Kabupaten Pacitan memiliki banyak objek wisata alam, salah satunya adalah gua. Sehingga tak heran apabila daerah ini mendapat julukan 1001 gua.
Gua yang paling terkenal di Pacitan adalah gua Gong. Gua Gong terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung. Gua yang digadang-gadang sebagai gua terindah se-Asia Tenggara ini berada di antara gunung-gunung berapi non aktif seperti Gunung Gede di sisi timur, Gunung Manyar di sisi utara, Gunung Grugah di sisi barat dan Gunung Karang Pulut di sisi selatan.
Keindahan Gua Gong terbentuk dari keberadaan dan warna-warni pada stalaktit (batu yang terbentuk di atap gua dan meruncing ke bawah) dan stalakmit (batu yang terbentuk di dasar gua dan bentuknya meruncing ke atas.
Di dalam gua ini, terdapat sejumlah ruangan seperti ruang batu gong, ruang sendang Bidadari, ruang pertapaan, ruang kristal dan ruang Marmer. Selain itu, terdapat pula beberapa mata air (sendang) seperti Sendang Relung Nisto, Sendang Jampi Rogo, Sendang Kamulyan, Sendang Panguripan dan Sendang Relung Jiwo.