Inilah Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Nilai Kurs Rupiah
- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) telah berdampak terhadap nilai tukar atau kurs rupiah.
Pasar Modal
JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) telah memberikan dampak terhadap nilai tukar atau kurs rupiah terhadap mata uang lain.
Menurut data perdagangan Bloomberg, pada perdagangan Senin, 5 September 2022, nilai kurs rupiah ditutup melemah 12 poin di level Rp14.907 perdolar Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, pada perdagangan Selasa, 6 September 2022, nilai kurs rupiah dibuka menguat 20,5 poin. Namun, pada peninjauan pukul 11.20 WIB, nilai kurs rupiah terus bergerak melemah hingga Rp14.888,5 per dolar AS.
- Cek Program-Program ESG dari Tjiwi Kimia (TKIM) untuk Upayakan Bisnis Berkelanjutan
- Melesat 283,1 Persen, Laba Bersih MNC Kapital (BCAP) Capai Rp61,2 Miliar pada Semester I-2022
- Daftar Harga Jual BBM Paling Murah hingga Termahal, Ada Vivo juga Shell
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, kenaikan BBM telah berdampak kepada nilai kurs rupiah.
"Katalis kenaikan harga BBM bersubsidi akan menjadi salah satu penggerak utama di pasar finansial Indonesia. Dari naiknya harga BBM bersubsidi akan berdampak terhadap kenaikan inflasi, yang membuat mata uang garuda kembali menjadi korban," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Selasa, 6 September 2022.
Untuk diketahui, kenaikan harga BBM didorong oleh krisis pasokan minyak dan gas alam yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Rusia pun menyatakan bahwa salah satu pipa pasokan gas ke Uni Eropa akan ditutup untuk batas waktu yang belum ditentukan.
- APPSI: Jika Harga BBM Naik, Bapok Bakal Ikut Melejit hingga 30 Persen
- Sudah Hidup Selama 91 Tahun, Warren Buffett Benci Hari Ulang Tahunnya
- Panen Emas, Emiten Tambang Grup Bakrie Bumi Resources Minerals Kantongi Laba Rp58 Miliar
Hal tersebut meningkatkan ekspetasi bahwa bank sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) akan mengetatkan kebijakan moneternya secara agresif karena potensi kenaikan inflasi yang terjadi.
Ekspetasi itu pada akhirnya memicu para investor untuk berinvestasi di mata uang dolar AS yang dianggap sebagai safe haven.
Dampaknya, nilai tukar mata uang negara lainnya, termasuk rupiah, bergerak melemah terhadap dolar AS yang terus mengalami penguatan.