<p>Suasana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jum&#8217;at, 17 Juli 2020. Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat koreksi 0,21 persen di akhir sesi pertama perdagangan Jumat 17 Juli 2020. Kekhawatiran terkait gelombang kedua penyebaran virus corona (Covid-19) dan aksi ambil untuk atau profit taking dinilai menjadi penyebab koreksi indeks. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Inilah Emiten LQ45 Yang Tumbuh dan Turun di Semester I 2020

  • JAKARTA – Sebanyak 32 emiten yang sahamnya merupakan anggota indeks LQ45, telah menyampaikan hasil kinerjanya sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Dari jumlah itu, hanya 10 emiten yang mencatatkan pertumbuhan kinerja. Berdasarkan rangkuman TrenAsia.com dari laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satu emiten dengan pertumbuhan kinerja positif adalah PT Indah Kiat […]

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA – Sebanyak 32 emiten yang sahamnya merupakan anggota indeks LQ45, telah menyampaikan hasil kinerjanya sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Dari jumlah itu, hanya 10 emiten yang mencatatkan pertumbuhan kinerja.

Berdasarkan rangkuman TrenAsia.com dari laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satu emiten dengan pertumbuhan kinerja positif adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP). Untuk sementara, Indah Kiat menjadi pemimpin pertumbuhan kinerja di antara emiten-emiten LQ45.

Dalam enam bulan tahun ini, Indah Kiat meraup laba US$203,23 juta atau setara Rp2,99 triliun (kurs tengah BI Rp14.713 per dollar AS). Catatan ini melesat 38,42% dari periode sama 2019 US$146,82 juta.

Sepanjang semester I 2020 ini, penjualan neto Indah Kiat memang mengalami penurunan 5,73% dari US$1,57 miliar menjadi US$1,48 miliar. Namun perseroan juga berhasil menekan beban pokok penjualan hingga 11,3% menjadi US$1,02 miliar dari periode sama 2019 US$1,15 miliar.

Sayangnya, kinerja keuangan Indah Kiat belum mampu mendorong saham INKP. Hingga 3 Agustus 2020, saham INKP turun 3,57% menjadi Rp7.425 dari posisi akhir 2019 Rp7.700.

Berada di bawah Indah Kiat, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. juga membukukan lompatan laba bersih dalam enam bulan tahun ini. Laba bersih emiten dengan kode saham TBIG mencapai Rp510,48 miliar atau naik 33,58% dari periode sama 2019 Rp382,14 miliar.

Peningkatan laba perseroan sejalan dengan pertumbuhan pendapatan yang naik 12,66% dari Rp2,28 triliun menjadi Rp2,58 triliun. Sementara itu, beban usaha perseroan justru turun dari Rp212,63 miliar menjadi Rp211,52 miliar.

Ada juga PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Emiten dengan kode saham ICBP ini meraup laba bersih Rp3,38 triliun atau melonjak 31,24% dari periode sama 2019 Rp2,57 triliun.

Namun Indofood CBP hanya mencatat pertumbuhan penjualan neto naik tipis 4% dari Rp22,13 triliun menjadi Rp23,05 triliun. Di sisi lain, laba inti Indofood CBP juga melesat 21% menjadi Rp3,16 triliun dari periode sama 2019 Rp2,62 triliun.

Adapun PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) jadi satu-satunya emiten anggota LQ45 yang berhasil membalikkan keadaan dari rugi menjadi laba. Pada semester I tahun ini, perseroan meraup laba bersih US$53,13 juta dari periode sama 2019 rugi US$26,18 juta.

Kerugian BSD

Sebanyak 22 emiten LQ45 dari 32 emiten yang telah sampaikan laporan keuangannya semester I-2020, mencatat penurunan kinerja. Salah satu yang paling para adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) atau BSD.

Jika Vale membalikkan posisi rugi jadi laba, BSD justru sebaliknya. Dalam enam bulan tahun ini, BSD rugi Rp89,3 miliar. Padahal, pada periode sama 2019, emiten properti milik Grup Sinarmas ini mencatat laba bersih Rp2,09 triliun.

Selain BSD, setidaknya ada empat emiten yang labanya anjlok lebih dari 80%. Seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dengan penurunan laba 80,18% dari Rp428 miliar menjadi Rp84,82 miliar, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) labanya turun 90,02% dari Rp1,06 triliun menjadi Rp105,73 miliar.

Ada juga PT Sumarecon Agung Tbk. (SMRA) dengan laba anjlok 93,16% dari Rp149,02 miliar menjadi Rp10,2 miliar. Serta PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) dengan laba anjlok 95,36% dari Rp343,72 miliar menjadi hanya Rp15,94 miliar.