<p>The Tower adalah salah satu properti milik PT Alam Sutera Realty Tbk. / Alam-sutera.com </p>
Industri

Inilah 7 Raja Properti Beraset Paling Jumbo Milik Konglomerat RI Tahun 2020

  • Berikut tujuh emiten properti kelas kakap yang memiliki aset jumbo: PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR), PT Ciputra Development Tbk. (CTRA), PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN), PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON), PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), dan PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI).

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

JAKARTA – Properti masih menjadi instrumen investasi yang sangat menarik. Investasi di bidang properti dinilai paling aman dan menjanjikan. Maka tak heran banyak konglomerat Indonesia yang menyasar industri properti karena potensi dan daya tariknya itu.

Analis properti Yayat Supriatna mengatakan dengan kondisi perekonomian yang dinamis, investasi properti saat ini menjadi paling aman. Fasilitas dan lokasi strategis sangat diperlukan untuk mendukung kenaikan nilai investasi di masa depan.

“Kalau melihat harga kan, harga naik terus. Tanah juga itu-itu saja, rumahnya bisa langsung dimanfaatkan atau dipakai atau digunakan. Jadi, dibandingkan jenis investasi lain, bisnis properti dalam bentuk kepemilikan aset itu menjadi sebuah nilai tambah,” kata Yayat belum lama ini.

Berdasarkan riset TrenAsia.com, Senin, 24 Agustus 2020, jumlah perusahaan properti di Indonesia cukup banyak, baik yang listing di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), maupun tidak. Namun, ada tujuh emiten properti kelas kakap yang memiliki aset jumbo seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) dan PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR).

Kemudian emiten properti beraset jumbo lainnya yaitu PT Ciputra Development Tbk. (CTRA), PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN), PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON), PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), dan PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI).

Berikut ini tujuh deretan konglomerat di belakang perusahaan properti kelas kakap tersebut:

Bumi Serpong Damai. / Bsdcity.com

1. Bumi Serpong Damai

Menurut laporan keuangan perseroan pada semester I-2020, perusahaan properti bersandi saham BSDE ini membukukan total aset terbesar yakni mencapai Rp60,41 triliun. Emiten ini pun memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp16,09 triliun di pasar modal.

Perusahaan pengembang BSD City ini milik keluarga konglomerat Eka Tjipta Widjaja dari Grup Sinar Mas. Induk usaha perseroan yakni Sinar Mas Land Limited yang terdaftar di Bursa Singapura memiliki dua perusahaan properti yaitu BSDE dan PT Duta Pertiwi Tbk. (DUTI).

Lippo Mall Puri. / Dok. Perseroan

2. Lippo Karawaci

Emiten properti beraset jumbo kedua disematkan untuk PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR). Perusahaan dari Grup Lippo ini mengantongi total aset sebesar Rp59,77 triliun di paruh pertama tahun ini. Perusahaan properti ini merupakan kelolaan konglomerat Mochtar Riady.

Mochtar Riady adalah konglomerat terkaya ke-12 di Indonesia versi majalah Forbes 2019. Kekayaannya ditaksir mencapai US$2,1 miliar setara Rp33,6 triliun dari properti, ritel, kesehatan, media, dan pendidikan.

Melalui penggabungan delapan perusahaan properti terkait pada tahun 2004, perseroan telah memperluas portofolio bisnisnya untuk mencakup pembangunan perkotaan, skala perkembangan besar yang terintegrasi, mal ritel, kesehatan, hotel dan rekreasi, serta portofolio fee based income.

Kawasan superblok Ciputra World milik Grup Ciputra. / Ciputraworldjakarta.com

3. Ciputra

Dengan total aset sebesar Rp37,88 triliun di semester pertama 2020, PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) juga termasuk deretan emiten properti kelas kakap. Perusahaan milik mendiang konglomerat Ciputra atau Tjie Tjin Hoan ini didirikan pada 22 Oktober 1981.

Pada tahun 1994, perseroan resmi melantai di BEI dan kemudian disusul oleh dua anak usaha perusahaan yaitu PT Ciputra Surya Tbk. (CTRS) pada 1999 dan PT Ciputra Property Tbk. (CTRP) pada 2007.

Tampak Logo APL di area komplek Agung Podomoro Land, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

4. Agung Podomoro

Perusahaan properti kelas kakap lainnya yaitu PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN). Perusahaan milik konglomerat Trihatma Kusuma Haliman ini memiliki total aset sebesar Rp30,63 triliun dan kapitalisasi pasar sebesar Rp2,52 triliun.

Perusahaan berkode saham APLN ini berdiri pada 1969 sebagai anak usaha dari perusahaan real estat PT Sunter Agung. Sejak awal 1990, Agung Podomoro Grup telah memperluas portofolio bisnisnya ke daerah Jakarta, Bandung, Bogor, Kerawang, Balikpapan, dan Bali.

Kota Kasablanka adalah salah satu properti milik PT Pakuwon Jati Tbk. / Pakuwonjati.com

5. Pakuwon Jati

PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) juga termasuk dalam deretan perusahaan properti beraset jumbo. Dalam laporan keuangannya tercatat jumlah aset perseroan mencapai Rp26,49 triliun di semester I-2020. Perusahaan ini memiliki kapitalisasi pasar di BEI mencapai Rp20,03 triliun.

Pakuwon Jati merupakan perusahaan properti milik seorang taipan yakni Alexander Tedja. Konon, total kekayaan konglomerat itu mencapai US$1,45 miliar.

Kawasan Sumarecon Bekasi milik PT Sumarecon Agung Tbk. / Sumarecon.com

6. Summarecon Agung

Berikutnya adalah PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA). Perusahaan dengan kapitalisasi pasar Rp8,51 triliun ini juga termasuk dalam kelompok emiten properti beraset jumbo. Jumlah asetnya tercatat sebesar Rp25,75 triliun per 30 Juni 2020. Emiten properti ini didirikan oleh konglomerat Soetjipto Nagaria pada 1975.

The Tower adalah salah satu properti milik PT Alam Sutera Realty Tbk. / Alam-sutera.com

7. Alam Sutera

Perusahaan properti kelas kakap berikutnya yakni PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI). Perusahaan milik konglomerat Harjanto Tirtohadiguno ini membukukan aset sebesar Rp22,85 triliun di semester pertama tahun ini. Di BEI, perusahaan properti ini tercatat memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp2,34 triliun.

ASRI didirikan pada 3 Nopember 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga. Perusahaan mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk pada 19 September 2007.

Perseroan resmi menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di BEI alias initial public offering (IPO) pada 18 desember 2007. (SKO)