Inilah Penyakit yang Bikin Anak Muda Gagal dalam Perencanaan Keuangan
- Generasi muda perlu memiliki sifat yang tangguh, kuat, dan inovatif agar dapat terus memberikan manfaat yang luas bagi orang lain. Di samping itu, banyak sekali tuntutan mereka seperti jodoh, karier hingga perencanaan keuangan.
Rumah & Keluarga
JAKARTA – Generasi muda perlu memiliki sifat yang tangguh, kuat, dan inovatif agar dapat terus memberikan manfaat yang luas bagi orang lain. Di samping itu, banyak sekali tuntutan mereka seperti jodoh, karier hingga perencanaan keuangan.
Rasanya memang berat. Apalagi jika anak muda itu punya penyakit keuangan yang disebabkan oleh bebrapa faktor seperti karena masih muda jadi isinya senang-senang menikmati hidup.
Saat menerima gaji, seringkali langsung tergoda untuk membeli berbagai barang dan membayar tagihan. Pada akhirnya, jika seseorang tidak menyadari penyakitnya, mereka tidak hanya gagal membuat perencanaan keuangan yang baik, tetapi hidup mereka juga hanya berputar dari gaji ke gaji tanpa kemajuan.
- Ada Potensi Pelanggaran Konstitusi dan HAKI dalam Kebijakan Kemasan Polos untuk Rokok
- Profil Iwan Budi Buana, Bos Kompor Quantum yang Perusahaannya Dinyatakan Pailit
- Inkonstitusional dan Rugikan Negara, DPR Kritik Kebijakan Kemasan Polos Tanpa Merek untuk Produk Tembakau
Belum sempat menyisihkan uang untuk tabungan, sisa gaji yang semakin menipis harus mencukupi kebutuhan sehari-hari hingga bulan berikutnya. Lantas, penyakit seperti apa yang bikin anak muda gagal dalam perencanaan keuangan?
Penyakit yang Bikin Anak Muda Gagal dalam Perencanaan Keuangan
Berikut penyakit anak muda yang biking agal dalam perencanaan keuangan:
Kebiasaan Lapar Mata
Lihat barang yang menarik langsung beli. Lihat barang yang lagi diskon langsung beli. Berbelanja secara impulsif, mengikuti keinginan sesaat tanpa pertimbangan matang.
Orang yang punya kebiasaan ini, bukannya merencanakan keuangan dengan baik, malah sering mengganggu tabungan sendiri. Uang yang awalnya ditabung untuk tujuan tertentu, akhirnya habis untuk hal lain. Niatnya ingin membeli skincare, tapi pulang membawa baju, sepatu, hingga tas.
Latte Factor
Latte factor adalah pengeluaran kecil yang dilakukan setiap hari, bahkan beberapa kali dalam sehari, namun tanpa disadari, jika diakumulasikan jumlahnya bisa sangat besar.
Contohnya seperti biaya untuk membeli kopi setiap pagi dalam perjalanan ke kantor, memesan makanan secara online terus-menerus, biaya administrasi bank, parkir, dan lain-lain. Sebenarnya, pengeluaran-pengeluaran ini bisa dikurangi jika kita mau, tetapi sering kali tidak dilakukan karena berbagai alasan.
FOMO
Fear of Missing Out atau tak ingin ketinggalan tren. Salah satu dampak FOMO adalah meningkatnya sifat konsumtif, karena terus membeli barang yang dimiliki orang lain. Anda akan merasa cemas jika ada barang populer yang belum Anda miliki, sehingga langsung membelinya.
Tujuan melakukan hal ini yaitu agar terlihat keren dan mendapat pujian. Namun, seringkali hal tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Ketika ditanya alasannya, Anda mungkin akan beralasan membeli barang tersebut agar tidak terlihat ketinggalan zaman, meskipun sebenarnya barang itu belum tentu kamu butuhkan.
Dampak FOMO bisa sangat merugikan. Alih-alih mendapatkan keuntungan, justru bisa berakhir merugi, karena tidak menyadari risiko yang diambil. Bahkan, bisa terjebak dalam utang karena orang yang terkena FOMO cenderung tidak menyadari batas kemampuan dirinya sendiri.
YOLO
You Only Live Once (YOLO) sering dikaitkan dengan menikmati hidup secara maksimal dan bebas, dengan pemikiran bahwa kita hanya hidup sekali. Seseorang yang mengikuti gaya hidup YOLO biasanya tidak memiliki pengelolaan keuangan yang baik. Hal ini karena prinsipnya lebih fokus pada kebahagiaan saat ini, tanpa mempertimbangkan masalah finansial yang timbul di kemudian hari.
Tidak Memiliki Financial Goals
Banyak anak muda yang fokus pada kesenangan sesaat dan kurang memikirkan kebutuhan jangka panjang. Tujuan finansial sering dianggap sebanding dengan tujuan hidup. Setiap orang memiliki tujuan hidup untuk memberikan arah dan struktur dalam hidup mereka, sehingga mereka memiliki motivasi untuk menjalani hari.
Begitu pula dengan tujuan finansial, memiliki sasaran akhir membuat seseorang tanpa sadar berusaha mengatur pengeluaran dan menabung untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Terlalu Banyak yang Diinginkan
Banyak anak muda yang sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Padahal, keinginan adalah hal yang tidak mendesak dan sebaiknya dikesampingkan. Prioritaskan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan utama. Sayangnya, anak muda sering kali menginginkan banyak hal tanpa mempertimbangkan kondisi finansial mereka.
Semua keinginan ingin diwujudkan, yang membuat anggaran untuk kebutuhan sering dipakai untuk memenuhi keinginan. Ini dapat mengakibatkan keuangan mereka menjadi kacau.
Maka dari itu, penting untuk mulai mengenali perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Jika memiliki keinginan, fokuslah pada satu keinginan terlebih dahulu, dan baru lanjutkan ke keinginan berikutnya jika memang benar-benar dibutuhkan.
Tersaingi Kondisi Finansial Orang Lain yang Lebih Baik
Setiap orang tentu menginginkan kondisi keuangan yang stabil. Jika keuangan teman-temanmu terlihat lebih baik, jangan merasa baper atau cemburu.
Pelajari mengapa mereka bisa memiliki keuangan yang baik. Mungkin karena mereka hidup hemat, memiliki penghasilan tambahan, atau mungkin ada yang perlu diperbaiki dalam cara kamu mengelola keuangan selama ini. Fokuslah pada penataan keuangan sendiri. Jangan terlalu memperhatikan keuangan orang lain. Ambil pelajaran dari yang baik dan hindari yang buruk.
Selalu Merasa Kekurangan
Tak peduli seberapa besar gaji yang diterima setiap bulan, banyak anak muda merasa selalu kekurangan. Hal ini sering disebabkan oleh gengsi dan gaya hidup yang tinggi, yang mendorong mereka untuk tampil lebih dari kemampuan finansial mereka. Tak heran jika sering mengeluh kekurangan uang.
- Harga Sembako di DKI Jakarta Hari Ini: Beras Naik, Garam Dapur Turun
- Dukung Lifestyle Connected UOB Indonesia dan Telkomsel Luncurkan Kartu Kredit Co-Branded
- Harga Emas Antam Lompat Rp12.000
Masalahnya bukan terletak pada besaran gaji atau pendapatan, tetapi pada kebiasaan konsumtif atau boros. Akibatnya, pengeluaran sering kali melebihi pendapatan, membuat mereka merasa kekurangan. Untuk itu, mulailah kurangi gaya hidup konsumtif. Fokuslah pada penghematan, kurangi pengeluaran yang tidak penting, dan alihkan dana tersebut untuk tabungan, dana darurat, atau investasi.
Itu dia beberapa penyakit anak muda yang biking agal dalam perencanaan keuangan. Semoga bermanfaat!