Perwakilan dari Konsorsium terpilih pada CCE 2.0 dan Penggagas Sukla Olivia Padang menampilkan salah satu produk bahan bangungan ramah lingkungan dari Rebricks di acara GIF Innovation Day 2024, di Jakarta 1 Oktober 2024. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Tekno

Inilah Profil 8 Konsorsium Terpilih dalam Program CCE dari GoTo Impact Foundation

  • Konsorsium ini terbentuk melalui serangkaian proses, mulai dari penjaringan hingga inkubasi intensif, dengan tujuan utama menciptakan dampak sosial dan ekonomi berkelanjutan di sektor-sektor krusial.

Tekno

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0 kembali melahirkan delapan konsorsium yang berhasil lolos dan siap menghadirkan solusi inovatif bagi beragam masalah kompleks di beberapa wilayah Indonesia. 

Konsorsium ini terbentuk melalui serangkaian proses, mulai dari penjaringan hingga inkubasi intensif, dengan tujuan utama menciptakan dampak sosial dan ekonomi berkelanjutan di sektor-sektor krusial.

Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) ini diselenggarakan oleh  GoTo Impact Foundation (GIF), sebuah organisasi nirlaba independen yang didirikan dengan semangat inovasi dari Grup GoTo. 

Program  bertujuan mengajak berbagai pihak untuk mengevaluasi jenis inovasi yang benar-benar dibutuhkan di Indonesia. Tidak hanya fokus pada inovasi yang tepat guna, tetapi juga yang berkontribusi terhadap pembangunan inklusif di seluruh Nusantara.

Transformasi Kolong Bekas Tambang untuk Perikanan Lestari: Berikanesia Lestari 

Konsorsium Berikanesia Lestari menghadirkan solusi kreatif dalam menangani permasalahan limbah perikanan dan lubang bekas tambang di Pulau Belitung. 

Mereka memanfaatkan limbah ikan dari pasar dan pabrik untuk diolah menjadi pakan ikan yang akan digunakan di kolong-kolong bekas tambang. 

Solusi ini tidak hanya membantu mengurangi limbah dan stunting, tetapi juga meningkatkan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja baru. Target konsorsium ini adalah mengurangi limbah ikan hingga 30%, merehabilitasi 300 kolong tambang, dan meningkatkan produksi ikan.

Bekal Keterampilan untuk Difabel di Belitung: Belitong Berdaya Berkebutuhan Khusus

Konsorsium ini fokus pada inklusi sosial dan ekonomi bagi penyandang disabilitas di Pulau Belitung. Mereka berencana memberikan pelatihan keterampilan kepada difabel, memperkuat pendidikan inklusif, dan menciptakan akses pekerjaan bagi mereka. 

Kolaborasi dengan pemerintah setempat serta kelompok pendukung difabel menjadi kunci dalam mencapai misi ini. Dalam satu tahun pertama, program ini diharapkan bisa memberdayakan ribuan difabel, meningkatkan angka pendidikan inklusif hingga 30%, dan menciptakan peluang kerja bagi 25% peserta.

Agribisnis Berkelanjutan dan Digitalisasi di Magelang: Magelang Setories 

Magelang Setories membawa misi membangun agribisnis yang berkelanjutan melalui digitalisasi proses produksi dan pemasaran. 

Konsorsium ini memfokuskan diri pada pelatihan petani dalam penggunaan platform digital untuk akses pasar, serta pengembangan produk pertanian yang bernilai tambah. 

Solusi ini diharapkan dapat membantu mengatasi kemiskinan struktural di Magelang, di mana 34% masyarakat miskin bergantung pada sektor pertanian.

Ekonomi Sirkular di Pariwisata Borobudur: Konsorsium Desa (KonDe) 

KonDe bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah sampah melalui inovasi di TPS3R Desa Wisata Tuksongo, Borobudur. Mereka fokus pada pengembangan produk hasil olahan sampah menjadi barang yang bernilai tinggi dengan memanfaatkan riset material dan inovasi manufaktur. 

Kolaborasi dengan TPS3R setempat, pemerintah desa, dan universitas lokal akan membantu menciptakan siklus ekonomi berkelanjutan di kawasan wisata Borobudur.

Optimalisasi Agribisnis Kopi di Malang: Agribisnis Kopi Berkelanjutan 

Konsorsium ini bertujuan untuk mengoptimalkan agribisnis kopi robusta di Desa Ketindan, Kabupaten Malang. Mereka memperkenalkan teknologi budidaya kopi yang berkelanjutan, peningkatan kapasitas pemuda desa, dan pengolahan limbah kopi. 

Dengan memanfaatkan potensi lokal, mereka berharap bisa meningkatkan produktivitas kopi dan regenerasi petani muda, yang menjadi kunci keberlangsungan industri kopi di masa depan.

Digitalisasi Desa Wisata di Malang Raya: Desa Wisata Indonesia 

Desa Wisata Indonesia berfokus pada pengembangan pariwisata melalui digitalisasi. Konsorsium ini akan melatih pengelola desa wisata dalam pemasaran digital, serta menciptakan aplikasi agregator yang menghubungkan wisatawan dengan layanan lokal. 

Program ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing desa wisata di Malang dan menarik lebih banyak kunjungan wisatawan ke daerah tersebut.

Pengelolaan Sampah Pesisir di Lombok Tengah: Sealand Hub 

Sealand Hub berfokus pada pengelolaan sampah pesisir melalui ekonomi sirkular. Konsorsium ini akan memperkuat unit pengelolaan sampah di Desa Tumpak dan Selong Belanak, yang merupakan desa penyangga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. 

Mereka akan menyediakan edukasi pengelolaan sampah dan sistem pengumpulan sampah terpilah untuk menjaga lingkungan pesisir tetap sehat.

Pemberdayaan Pengrajin Lokal di Lombok Tengah: Lombok Eco-Craft Project 

Lombok Eco-Craft Project hadir untuk memberdayakan pengrajin lokal di Lombok Tengah dengan memanfaatkan limbah pariwisata. 

Mereka akan mengembangkan produk kerajinan daur ulang yang bernilai ekonomi tinggi, sambil meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap praktik bisnis hijau. 

Konsorsium ini diharapkan mampu memperkuat ekonomi sirkular di sektor pariwisata Lombok Tengah dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja hijau.

Program CCE 3.0 ini tidak hanya memberi dukungan dana dan pendampingan bagi konsorsium terpilih, tetapi juga mengarahkan mereka untuk berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, komunitas lokal, dan sektor swasta. 

Dengan berbagai inovasi dan solusi berkelanjutan yang diusung, delapan konsorsium ini diharapkan mampu menciptakan dampak positif jangka panjang di masing-masing wilayahnya.

Peran Tiga Tahun GIF dalam Mengatasi Tantangan Sosial dan Lingkungan

Selama tiga tahun terakhir, GIF telah aktif berperan dalam menangani berbagai tantangan, seperti ketimpangan di sektor pendidikan, kesenjangan akses digital, ketahanan terhadap bencana, serta isu-isu terkait lingkungan dan perubahan iklim di Indonesia. 

Ketua GoTo Impact Foundation, Monica Oudang, menyatakan, dari berbagai pengalaman yang kami pelajari, kami menyadari bahwa percepatan inovasi lokal adalah kunci dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

“Salah satu upaya kami adalah melalui program unggulan CCE,” ujar Monica dalam konferensi pers GIF Innovation Day 2024 di Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2024.

Program Catalyst Changemakers Ecosystem pertama kali diluncurkan pada 2021 dan telah menyelesaikan tiga gelombang program. Hingga saat ini, GIF telah mendukung 136 penggerak perubahan yang terdiri dari start up, organisasi nirlaba, hingga akademisi di sepuluh wilayah Indonesia. 

"Melalui kolaborasi dengan para changemakers dan pengamatan langsung di lapangan, kami melihat kebutuhan untuk membangun budaya inovasi yang kuat. Ini bisa diwujudkan dengan menggabungkan teknologi modern dan kearifan lokal melalui kerja sama multisektor, agar solusi yang dihasilkan lebih tepat guna dan berkelanjutan," tambah Monica.