Nasional

Inilah Sanksi Keras yang Disiapkan Amerika untuk Rusia Jika Menyerang Ukraina

  • Pemerintahan Amerika dan sekutunya sedang menyusun serangkaian sanksi keuangan, teknologi, dan militer terhadap Rusia yang mereka katakan akan mulai berlaku dalam beberapa jam setelah invasi ke Ukraina
Nasional
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

WASHINGTON-Pemerintahan Amerika dan sekutunya sedang menyusun serangkaian sanksi keuangan, teknologi, dan militer terhadap Rusia yang mereka katakan akan mulai berlaku dalam beberapa jam setelah invasi ke Ukraina. Ini diharapkan dapat menjelaskan kepada Presiden Vladimir Putin biaya tinggi akan dia bayar jika dia mengirim pasukan melintasi perbatasan.

New Yorks Times melaporkan Minggu 9 Januari 2022, para pejabat menjelaskan rincian rencana tersebut sebelum serangkaian negosiasi diplomatik untuk meredakan krisis dengan Moskow. Salah satu momen paling berbahaya di Eropa sejak berakhirnya Perang Dingin. Pembicaraan dimulai pada hari Senin 10 Januari 2022 di Jenewa dan kemudian bergerak ke seluruh Eropa.

Rencana yang telah didiskusikan Amerika Serikat dengan sekutunya dalam beberapa hari terakhir termasuk memotong lembaga keuangan terbesar Rusia dari transaksi global, memberlakukan embargo pada teknologi buatan Amerika atau yang dirancang Amerika yang dibutuhkan untuk industri terkait pertahanan dan konsumen, dan untuk mempersenjatai Ukraina.

Gerakan seperti itu jarang diungkap terlebih dahulu. Presiden Amerika Joe Biden mengatakan mereka mencoba memberi sinyal kepada Putin apa yang akan dia hadapi, di dalam dan luar negeri, dengan harapan dapat mempengaruhi keputusannya dalam beberapa minggu mendatang.

Pembicaraan pada hari Senin akan dipimpin oleh wakil menteri luar negeri, Wendy R. Sherman. Seorang diplomat berpengalaman yang merundingkan perjanjian nuklir 2015 dengan Iran. Pejabat Rusia diperkirakan akan menekan tuntutan mereka pada "jaminan keamanan," termasuk melarang penyebaran rudal di Eropa yang dapat menyerang Rusia dan penempatan persenjataan atau pasukan di negara-negara bekas Soviet yang bergabung dengan NATO setelah runtuhnya Tembok Berlin.

Putin juga menuntut diakhirinya ekspansi NATO, termasuk janji bahwa Ukraina tidak akan pernah bisa bergabung dengan aliansi atlantik utara. Sementara pemerintahan Biden mengatakan pihaknya bersedia untuk membahas semua masalah keamanan Rusia dan juga memiliki daftar tuntutannya sendiri.

Pertemuan NATO

Pada hari Rabu 13 Januari 2021, anggota aliansi NATO akan bertemu dengan Rusia di Brussels. Hari berikutnya di Wina, para pejabat Ukraina juga akan berada di perundingan  untuk pembicaraan di Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa. Tetapi dengan 57 anggota, kelompok itu sangat besar sehingga hanya sedikit yang kemungkinan akan melakukan negosiasi serius.

Peringatan yang disampaikan Amerika itu secara langsung juga menjadi pengakuan tak terucapkan bahwa tanggapan pemerintahan Obama pada tahun 2014, ketika terjadi Krisis Ukraina terlalu tentatif dan ringan.  Tinjauan internal yang dilakukan oleh Gedung Putih dalam beberapa pekan terakhir, menyimpulkan bahwa meski sanksi era Obama merusak ekonomi Rusia dan menyebabkan merosotnya mata uangnya, sanksi tersebut gagal pada tujuan strategis utama mereka untuk menyebabkan banyak penderitaan guna memaksa Putin  mundur dari upayanya.

Terbukti hampir delapan tahun setelahnya, Rusia masih menguasai Krimea dan telah mengabaikan sebagian besar komitmen diplomatik yang dibuatnya dalam negosiasi berikutnya, yang dikenal sebagai kesepakatan Minsk.

Sanksi tersebut dimulai dengan tindakan terhadap beberapa bank Rusia yang lebih kecil dan individu yang terlibat langsung dalam invasi. Hampir semua sanksi tetap berlaku. Tetapi ada sedikit bukti bahwa mereka telah menghalangi Putin yang mulai membangun pasukan di dekat perbatasan Ukraina.

Kini sanksi baru akan diarahkan untuk memotong lembaga keuangan terbesar Rusia yang bergantung pada transfer keuangan global. Rencana tersebut digambarkan oleh seorang pejabat sebagai “respons cepat dan berdampak tinggi yang tidak mereka kejar pada tahun 2014.”

Sanksi teknologi akan menargetkan beberapa industri favorit Putin—terutama kedirgantaraan dan senjata, yang merupakan penghasil pendapatan utama bagi pemerintah Rusia. Fokusnya adalah pada pesawat tempur buatan Rusia, sistem antipesawat, sistem antisatelit, sistem ruang angkasa, dan teknologi baru di mana Rusia berharap dapat memperoleh keuntungan, seperti kecerdasan buatan dan komputasi kuantum.

Kontrol ekspor serupa dinilai secara mengejutkan efektif terhadap produsen ponsel terkemuka China, Huawei. Sejumlah bagian dari bisnisnya telah runtuh pada tahun 2021 lalu karena tidak dapat memperoleh chip canggih. Tetapi ekonomi Rusia memiliki sedikit kemiripan dengan China, dan tidak jelas apakah embargo semikonduktor dan mikroelektronika lain juga akan berdampak pada Rusia

Menurut pejabat Amerika, ada pilihan lain yang sedang dipertimbangkan yang lebih dari sekadar melarang penjualan chip komputer. Dalam satu langkah tambahan, menurut pejabat Amerika, Departemen Perdagangan dapat mengeluarkan keputusan yang pada dasarnya akan melarang ekspor barang konsumsi apa pun ke Rusia. 

Ini dari ponsel dan komputer laptop hingga lemari es dan mesin cuci yang berisi barang-barang buatan Amerika atau yang dirancang Amerika. Larangan itu akan berlaku tidak hanya untuk pembuat Amerika, tetapi juga untuk Eropa, Korea Selatan, dan pabrikan asing lainnya yang menggunakan chip atau perangkat lunak Amerika. Tidak seperti China, Rusia tidak membuat banyak dari produk ini — dan efeknya pada konsumen bisa luas.

Perang Proksi

Di sisi lain Pentagon sedang mengembangkan rencana yang menggemakan perang proksi tahun 1960-an dan 70-an. Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark A. Milley, berbicara dengan mitranya dari Rusia dua minggu lalu dan menyampaikan pesan yang gamblang.

“Ya katanya, Anda bisa menyerang Ukraina dan mungkin menang  atas militer Ukraina yang memiliki sedikit peluang untuk memukul mundur pasukan Rusia yang jauh lebih besar dan bersenjata lebih baik,” kata Milley.

Tetapi kemudian Milley mengancam kemenangana cepat itu  akan diikuti oleh pemberontakan berdarah. Ini  mirip dengan yang menyebabkan mundurnya Soviet dari Afghanistan lebih dari tiga dekade lalu.

Jenderal Milley tidak merinci kepada Jenderal Gerasimov tentang perencanaan yang sedang berlangsung di Washington untuk mendukung pemberontakan, yang disebut "strategi landak". Itu termasuk memasok  senjata  untuk pemberontak Ukraina, mungkin termasuk rudal antipesawat Stinger, yang dapat digunakan melawan pasukan Rusia.

Pejabat intelijen baru-baru ini mengatakan bahwa kemungkinan paling kecil adalah invasi skala penuh di mana Rusia mencoba untuk mengambil alih ibukota, Kyiv. Banyak dari penilaian mengarah Rusia kemungkinan merebut sedikit lebih banyak tanah di wilayah Donbas, di mana perang telah menjadi jalan buntu, atau jembatan darat ke Krimea.

Beberapa pejabat mengatakan bahwa pemerintah Amerika sedang mencari negara-negara Eropa yang dapat memberikan lebih banyak bantuan untuk mendukung pasukan Ukraina sebelum konflik apa pun, serta pada tahap awal invasi Rusia.

Letnan Kolonel Anton Semelroth, juru bicara Departemen Pertahanan, mencatat pada bulan Desember 2021 bahwa Amerika Serikat telah memberikan lebih dari $2,5 miliar bantuan keamanan ke Ukraina sejak 2014, termasuk $450 juta pada tahun 2021 saja. Selama tiga bulan terakhir, AS telah mengirimkan 180 rudal Javelin, dua kapal patroli, amunisi untuk peluncur granat, senapan mesin, radio, peralatan medis, dan barang-barang lainnya yang menurut pejabat AS bersifat defensif.

Salah satu opsi yang kemungkinan akan dibahas di NATO minggu mendatang adalah rencana untuk meningkatkan, mungkin beberapa ribu, jumlah pasukan yang ditempatkan di Baltik dan di Eropa Tenggara. Ini senada dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken  yang memperingatkan jika Rusia menyerang, NATO akan mengerahkan lebih banyak pasukan di sepanjang perbatasan antara negara-negara NATO dan wilayah yang dikuasai Rusia.