<p>Ilustrasi</p>
Industri

Inklusi Keuangan Indonesia Masih Terbesar di Asia Tenggara

  • JAKARTA – Inklusi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah mengingatnya banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah yang tidak terlayani perbankan. Padahal akses ke layanan …

Industri

Acep Saepudin

JAKARTA – Inklusi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah mengingatnya banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah yang tidak terlayani perbankan. Padahal akses ke layanan keuangan sangat penting agar masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya.

Data riset Google, Temasek dan Bain & Company 2019 pada September 2019 lalu menunjukkan 92 juta jiwa penduduk dewasa Indonesia belum terlayani jasa keuangan (unbanked). Angka ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

Masih menurut riset tersebut, baru 42 juta jiwa masyarakat Indonesia yang sudah terlayani perbankan secara penuh (banked). Sementara masyarakat Indonesia yang memiliki rekening bank namum belum memiliki akses layanan finansial (underbanked) sebanyak 47 jiwa.

Baru-baru ini lembaga riset Bisnis Indonesia Inteligence Unit (BIIU) memaparkan kajian tentang inklusi dan literasi keuangan.

Kepala Riset BIIU Donil Beywiyarno mengatakan bahwa berdasarkan studi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 akhir, indeks pemahaman (literasi) tentang keuangan di perkotaan mencapai 41,41 persen. Sedangkan akses terhadap produk dan jasa (inklusi) keuangan mencapai 83,60 persen.

“Sementara indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat di pedesaan adalah 34,53 persen dan 68,49 persen. Artinya data tersebut menunjukkan masih banyak masyarakat kita yang unbanked,” papar Donil dikutip dari Antara.

Dilansir dari situs OJK, Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan OJK pada akhir 2019 menunjukkan secara umum indeks literasi keuangan mencapai 38,03%. Kemudian indeks inklusi keuangan mencapai 76,19%. Angka tersebut meningkat dibanding hasil survei OJK 2016 yaitu indeks literasi keuangan 29,7% dan indeks inklusi keuangan 67,8%.

Dengan demikian dalam 3 tahun terakhir terdapat peningkatan literasi keuangan masyarakat sebesar 8,33%. Kemudian peningkatan inklusi keuangan sebesar 8,39%.

“Peningkatan tersebut merupakan hasil kerja keras bersama antara Pemerintah, OJK, Kementerian/lembaga terkait, Industri Jasa Keuangan dan berbagai pihak lain. Di mana kami terus berusaha secara berkesinambungan. Ini adalah untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat,” kata Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara.

Menurutnya, diharapkan target indeks inklusi keuangan sebesar 75% yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai. Target tersebut tercantum dalam Perpres Nomor 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI.