Screenshot_2.png
Dunia

Inpex Hendak Kebut Proyek LNG Abadi Indonesia Senilai US$20 M

  • Perusahaan pengeboran minyak dan gas terkemuka Jepang, berencana mempercepat pengembangan proyek gas alam cair (LNG) Indonesia bernilai US$20 miliar, yaitu Proyek Abadi. Proyek itu diharapkan mulai beroperasi pada akhir dekade ini.
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Perusahaan pengeboran minyak dan gas terkemuka Jepang, berencana mempercepat pengembangan proyek gas alam cair (LNG) Indonesia bernilai US$20 miliar, yaitu Proyek Abadi. Proyek itu diharapkan mulai beroperasi pada akhir dekade ini.

Waktu peluncuran ini sedikit lebih cepat dari target sebelumnya untuk membuat keputusan investasi final pada paruh kedua dekade ini dan memulai produksi pada awal tahun 2030-an.

“Pemerintah Indonesia telah menyatakan harapan yang sangat kuat untuk mempercepat proyek ini,” kata CEO Inpex Takayuki Ueda kepada Reuters dalam sebuah wawancara. Ueda mengatakan, Inpex, yang memiliki 65% saham dalam proyek tersebut, dapat memulai desain rekayasa front-end (FEED) pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.

“Dari situ akan menjadi 2 tahun ditambah 4 tahun untuk engineering, procurement and construction (EPC),” ujarnya seraya menambahkan produksi bisa dimulai pada akhir 2020-an atau awal 2030-an. “Belum ada yang difinalisasi, tapi kami ingin melakukan ini dengan jadwal yang dipercepat sebanyak mungkin,” ungkapnya.

Abadi LNG, yang dipimpin oleh Inpex, akan menggunakan gas dari blok Masela untuk memproduksi 9,5 juta metrik ton LNG per tahun pada puncaknya, yang akan dikirim dari terminal yang diusulkan untuk industri domestik dan pelanggan luar negeri.

Proyek ini telah menghadapi penundaan bertahun-tahun setelah berbagai perubahan dalam perencanaan, dan baru-baru ini, penarikan diri dari Shell. Tahun lalu, Pertamina Indonesia dan Petronas Malaysia menjadi mitra baru Inpex setelah mengambil alih 35% kepemilikan Shell.

Saat memulai pekerjaan desain awal, Inpex, yang sekitar 20% dimiliki oleh kementerian perindustrian Jepang, berencana untuk mulai menandatangani kontrak yang mengikat dengan pembeli bahan bakar super dingin di Asia, termasuk pembeli Jepang.

“Kami percaya bahwa LNG sangat penting sebagai sumber energi transisi dan akan ada permintaan yang cukup hingga sekitar tahun 2050, terutama di Asia,” kata Ueda, dikutip dari Reuters, pada Jumat, 19 Januari 2024.

Proyek ini akan dibangun dengan carbon capture and storage (CCS), dan dapat digunakan untuk memproduksi hidrogen biru dan amonia di masa mendatang. Abadi akan menjadi proyek LNG pilar kedua Inpex setelah proyek Ichthys di Australia, yang diharapkan mencapai target produksi LNG sebesar 9,3 juta metrik ton tahun ini.

Pada akhir 2022, Inpex menandatangani perjanjian 20 tahun dengan Venture Global yang berbasis di AS untuk membeli 1 juta ton per tahun (MTPA) LNG dari CP2 LNG, yang sedang menunggu persetujuan dari Federal Energy Regulatory Commission (FERC) AS.

Mengenai kemungkinan menambah kontrak LNG AS lainnya, Ueda mengatakan ada ruang untuk mempertimbangkannya, karena hal itu akan menawarkan keuntungan seperti risiko geopolitik yang rendah, kontrak fleksibel tanpa klausul tujuan, dan penetapan harga yang terhubung dengan Henry Hub.