
Instrumen Investasi Pilihan di Tengah Volatilitas Pasar Saham Akibat Kebijakan Tarif Trump
- Pemerintah Indonesia menyiapkan strategi negosiasi dagang dengan AS di tengah kebijakan tarif era Trump. Stockbit Sekuritas merekomendasikan instrumen investasi rendah risiko seperti obligasi pemerintah dan reksa dana pasar uang di tengah volatilitas pasar saham.
Bursa Saham
JAKARTA - Pemerintah Indonesia resmi menyiapkan strategi negosiasi untuk merespons kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Hal ini berdampak pada pasar saham yang mengalami votalitas tinggi.
Bukan retaliasi atau tindakan pembalasan, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia akan menempuh jalur diplomatik, termasuk melalui upaya pembaruan perjanjian perdagangan dan investasi bilateral yang sudah tertunda sejak 1996.
Sebagai bagian dari pendekatan tersebut, pemerintah tengah menyusun paket kebijakan yang difokuskan pada tiga aspek utama: deregulasi hambatan non-tarif, peningkatan impor dari AS untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, serta penyediaan insentif fiskal guna menarik investasi asing.
- Harga Sembako di Jakarta: Minyak Goreng Kemasan Premium Naik, Kelapa Kupas Turun
- Trump Tunda Tarif Semua Negara, China Justru Dibogem Tarif 125 Persen
- GOTO Rajai Pembukaan LQ45 Hari Ini, Disusul MAPI dan MDKA
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa pemerintah akan menawarkan pelonggaran ketentuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk-produk teknologi dan komunikasi asal AS, penyederhanaan tata niaga impor, serta percepatan proses sertifikasi halal. Hal ini dilakukan sebagai respons atas kekhawatiran AS terhadap hambatan non-tarif, yang sebelumnya juga menjadi alasan penolakan terhadap proposal dagang Vietnam.
Di sisi lain, pemerintah berencana meningkatkan impor produk strategis dari AS seperti kedelai, gandum, peralatan teknik, dan liquefied petroleum gas (LPG), guna memperkecil surplus perdagangan Indonesia terhadap AS yang pada 2024 tercatat mencapai 19,3 miliar dolar AS.
Langkah ini diharapkan dapat menciptakan posisi tawar yang lebih seimbang dalam negosiasi dagang. Pemerintah juga menyiapkan insentif fiskal berupa penyederhanaan prosedur perpajakan dan penyesuaian tarif bea masuk serta bea keluar untuk sejumlah produk kunci.
Meski strategi ini dinilai dapat membuka peluang pasar ekspor baru bagi Indonesia, kebijakan deregulasi dan penyesuaian tarif berpotensi menekan industri manufaktur dalam negeri dan mengurangi pendapatan negara. Di tengah ketidakpastian ini, pasar saham nasional menunjukkan gejolak yang cukup signifikan sebagai respons atas kebijakan dagang AS yang lebih agresif.
Instrumen Investasi Pilihan
Menanggapi situasi tersebut, Stockbit Sekuritas menilai bahwa investor perlu tetap tenang dan menghindari aksi panic selling. Dalam riset terbarunya, Stockbit menekankan bahwa selama saham yang dimiliki memiliki fundamental yang kuat, volatilitas pasar cenderung bersifat sementara dan bisa dipulihkan.
“Situasi seperti ini pernah terjadi dan telah terbukti dalam krisis global tahun 2008 maupun pandemi 2020. Diversifikasi portofolio tetap menjadi strategi utama yang direkomendasikan,” jelasnya dalam riset dikutip pada Sabtu, 12 April 2025.
Stockbit juga menyarankan agar investor mempertimbangkan instrumen berisiko rendah untuk mengelola fluktuasi jangka pendek, seperti obligasi pemerintah jangka pendek (termasuk seri PBS003 dan ST014–T2) atau reksa dana pasar uang yang lebih stabil. Pendekatan ini dinilai mampu menjaga nilai investasi sekaligus memberikan fleksibilitas di tengah dinamika ekonomi global yang cepat berubah.
Sementara itu, kabar terbaru terkait keputusan Presiden Trump untuk menunda penerapan tarif selama 90 hari memberikan dampak signifikan terhadap pasar. Pada pembukaan perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat ke level 6.270. Kenaikan ini sejalan dengan prediksi analis setelah pengumuman penundaan tarif bea masuk oleh Presiden Trump, yang juga mendorong pasar saham di AS dan negara lainnya.
Dilansir dari RTI Business, IHSG mencatat pertumbuhan positif dari level 5.967,99 pada penutupan perdagangan hari Rabu, 9 April 2025, didorong oleh kenaikan harga pada 386 saham. Ini membalikkan koreksi yang terjadi pada 307 saham pada hari sebelumnya, setelah investor asing membukukan penjualan bersih senilai Rp1,05 triliun.