isral.jpg
Dunia

Intelijen Arab Saudi dan UEA Disebut Bantu Israel Lawan Iran

  • Data intelijen pra-serangan dan radar real-time dilaporkan menjadi kunci dalam pertahanan kuat yang dilakukan Israel dan sekutunya dalam menghadapi serangan gencar.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Beberapa negara Teluk, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dilaporkan ikut membantu melindungi Israel dari serangan rudal dan drone Iran. Negara-negara tersebut menyampaikan informasi intelijen penting tentang rencana serangan Teheran, serta data pelacakan real-time yang pada gilirannya membantu menggagalkan serangan. 

Mengutip para pejabat Mesir, Saudi, dan Amerika  Wall Street Journal melaporkan  intelijen yang diberikan oleh negara-negara Teluk  termasuk informasi pelacakan radar. Sesuatu yang sangat penting bagi keberhasilan pertahanan udara. 

Selain pertahanan udara Israel sendiri, militer Amerika juga terlibat dalam memerangi serangan Iran, dan aset Inggris, Prancis, dan Yordania juga ikut ambil bagian. Di pihak Israel, kini telah diumumkan bahwa operasi akhir pekan itu diberi nama Iron Shield.

Sebelumnya diketahui bahwa Yordania terlibat aktif dalam menumpulkan serangan Iran, F-16-nya mencegat ancaman ketika mereka melewati wilayah udaranya. 

Yang kemudian muncul adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab – dan mungkin negara-negara Arab lainnya di kawasan ini – juga memberikan bantuan. Arab Saudi tidak pernah memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel. Sedangkan hubungan antara Israel dan UEA tetap renggang meskipun hubungan telah dinormalisasi dalam beberapa tahun terakhir.

“Dua hari sebelum serangan itu, para pejabat Iran memberi pengarahan kepada rekan-rekan mereka dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya mengenai garis besar dan waktu rencana mereka untuk melakukan serangan besar-besaran terhadap Israel sehingga negara-negara tersebut dapat menjaga wilayah udara mereka,” kata para pejabat tersebut yang dikutip WSJ Selasa 16 April 2024. “Informasi tersebut diteruskan ke Amerika, memberikan peringatan awal yang penting kepada Washington dan Israel.”

Selain rencana serangan, intelijen juga menyertakan data real-time mengenai ancaman Iran terhadap Israel. Dengan cara ini, radar peringatan dini di berbagai negara di Teluk menyediakan jejak drone dan rudal ke Pusat Operasi Udara Gabungan (CAOC) yang dikelola AS di Pangkalan Udara Al Udeid, Qatar. Fasilitas ini pada gilirannya meneruskan informasi tersebut ke aset pertahanan udara di Teluk baik  di darat, di udara, dan di laut.

Kerja sama tersebut dilaporkan merupakan hasil dari  tujuan Amerika yang sudah berlangsung puluhan tahun.   Membentuk aliansi yang longgar ini merupakan tantangan tersendiri mengingat ketegangan yang semakin luas di Timur Tengah saat ini. Terlebih dengan  seiring dengan berlanjutnya perang Israel di Gaza.

“Tantangannya adalah untuk menyatukan semua negara tersebut dengan Israel pada saat Israel terisolasi di wilayah tersebut,” kata   sumber yang digambarkan sebagai pejabat senior Israel. “Itu adalah masalah diplomatik.”

Akan tetapi, sudah ada langkah-langkah ke arah ini sebelumnya. Terutama upaya menuju pembentukan koalisi pertahanan udara terpadu di kawasan. Secara khusus, inisiatif ini muncul dari kebutuhan untuk berkoordinasi melawan perluasan kemampuan drone dan rudal Iran. Namun  inisiatif ini belum pernah menghasilkan pembagian data pelacakan ancaman Iran secara real-time.

Yang jelas adalah intelijen membantu pertahanan udara menghancurkan apa yang diklaim Israel sebagai 99 persen drone dan rudal yang masuk. Sejumlah besar senjata Iran gagal sebelum mencapai titik di mana mereka bisa digunakan.

Pada satu titik dilaporkan ada  100 rudal balistik Iran di udara secara bersamaan menuju Israel. Rudal-rudal ini adalah bagian dari total sekitar 120 rudal balistik, 30 rudal jelajah, dan 170 drone yang diluncurkan oleh Iran. 

Pencegatan Rudal

Menurut Komando Pusat Amerika (CENTCOM), pasukannya  yang didukung  kapal destroyer Komando Eropa berhasil menyerang dan menghancurkan lebih dari 80 drone serang satu arah. Selain itu mencegat setidaknya enam rudal balistik yang diluncurkan ke Israel dari Iran dan Yaman.

Sementara  pesawat Amerika dilaporkan telah menghancurkan lebih dari 70 drone. Sementra  dua kapal perusak kelas Arleigh Burke Angkatan Laut Amerika di Mediterania timur mencegat sebanyak enam rudal. 

Kapal-kapal perang tersebut menggunakan  pencegat anti-rudal Standard Missile-3 (SM-3)  dalam operasi tersebut. Ini  menandai penggunaan tempur pertama dari senjata-senjata canggih tersebut. Angkatan Laut AS mengatakan kepada USNI News bahwa dua kapal destroyer yakni USS Arleigh Burke  (DDG-51) dan USS  Carney  (DDG-64)  menembakkan antara empat dan tujuh rudal SM-3.

Sejumlah laporan  menyebutkan yang juga bertanggung jawab atas jatuhnya rudal balistik Iran dalam perjalanannya ke Israel adalah sistem pertahanan udara Patriot yang dioperasikan Amerika yang terletak di dekat Erbil, Irak.

Meskipun ada beberapa laporan bahwa serangan Iran hanya mengakibatkan kerusakan kecil, laporan dari pejabat senior pertahanan Amerika  yang pertama kali diterbitkan oleh ABC News  menunjukkan bahwa lima rudal balistik memang menghantam Pangkalan Udara Nevatim. Pejabat tersebut mengatakan bahwa satu pesawat angkut C-130 Angkatan Udara Israel rusak, bersama dengan landasan pacu yang tidak digunakan, dan fasilitas penyimpanan yang kosong. 

Pada titik ini, masih belum jelas respons seperti apa yang diharapkan dari Israel terhadap serangan Iran. Namun, para pejabat telah mendiskusikan langkah selanjutnya. Dan  kabinet perang Israel  telah bertemu untuk menentukan tindakan mereka.

Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa negaranya akan melakukan segala cara untuk menghindari eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah. “Kami akan melakukan segalanya untuk menghindari kebakaran besar – artinya eskalasi,” kata Macron dikutip  AFP . 

Di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden telah memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Washington tidak akan mengambil bagian dalam serangan balasan terhadap Iran.

Teheran juga mengklaim ingin melihat ketegangan berkurang. Namun  Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan kepada timpalannya dari Inggris  bahwa negaranya akan merespons dengan segera dan lebih kuat dibandingkan sebelumnya jika Israel melakukan pembalasan.