<p>Bank BTPN. / Btpn.com</p>
Korporasi

Intermediasi Melemah, Bank BTPN Masih Mampu Mengerek Laba Hingga 47 Persen

  • PT Bank BTPN Tbk (BTPN) membukukan kinerja positif pada semester I-2021. Meski sisi intermediasi Bank BTPN melemah, namun perseroan masih bisa menjaga profitabilitas.
Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) membukukan kinerja positif pada semester I-2021. Meski sisi intermediasi Bank BTPN melemah, namun perseroan masih bisa menjaga profitabilitas.

Hal ini tercermin dari pertumbuhan laba bersih hingga 47% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Semester I-2021. Padahal, baik dari aspek kredit mau pun penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Bank BTPN mengalami penurunan,

Laba bersih setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Bank BTPN merangkak naik dari Rp1,12 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp1,64 triliun pada semester I-2021. Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati mengatakan capain ini cukup impresif meski ada perlambatan ekonomi akibat restriksi mobilitas.

“Kami siap hadapi dampak perlambatan ekonomi. Hal ini tercermin dari kinerja keuangan yang jauh membaik di semester I-2021 dan BTPN siap mendukung pemulihan ekonomi di seluruh segmen usaha,” kata Ongki dalam paparan publik secara virtual, Jumat, 10 Agustus 2021.

Kinerja baik Bank BTPN selama Semester I-2021 juga terlihat dari sejumlah indikator lainnya. Pendapatan bunga bersih selamat enam bulan pertama 2021, sebanyak Rp5,59 triliun atau tumbuh 4% yoy dibandingkan semester I- 2020 yang sebesar Rp5,37 triliun.

“Pertumbuhan pendapatan bunga bersih Bank BTPN ditopang oleh penurunan beban bunga sebesar 40 persen yoy jadi Rp1,88 triliun pada enam bulan pertama 2021. Hal ini sejalan dengan tren suku bunga acuan Bank Indonesia yang juga menurun,” ujar Ongki.

Penurunan beban bunga juga tercermin dari meningkatnya saldo dan rasio Current Account Saving Account (CASA) atau dana murah yang tercatat berada di level sekitar Rp28,29 triliun pada akhir Juni 2021. Rasio tersebut naik 4% yoy dari Rp27,23 triliun, sementara time deposit turun 8% yoy menjadi sekitar Rp68,36 triliun.

Padahal, penghimpunan DPK Bank BTPN turun 5% yoy menjadi Rp96,64 triliun per semester I-2021 dari sebelumnya Rp101,40 triliun. Kondisi ini juga terjadi pada penyaluran kredit yang ambles hingga 10% yoy pada semester I-2021.

Total kredit yang disalurkan Bank BTPN menukik dari posisi awal Rp150,47 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp135,56 triliun pada semester I-2021.

Aspek profitabilitas yang meningkat, kata Ongki, turut disumbangkan dari pendapatan operasional yang stabil pada semester I-2021 ini. Kualitas aset yang ditinjau dari non performing loan (NPL) net Bank BTPN pun berada di l,46% atau berada di atas rata-rata industri yang hanya 1,06% pada paruh pertama tahun ini.

Melemahnya intermediasi ini membuat total aset BTPN rontok. Perseroan mencatat penurunan aset sebesar 5% yoy, dari Rp185,19 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp175,93 triliun pada semester I-2021.

Bank BTPN tercatat meraup Rp960 miliar dari pendapatan operasional atau tumbuh 5% yoy. Pertumbuhan tersebut, terutama berasal dari peningkatan fee based income. Bank BTPN juga berhasil menjaga efisiensi operasional usaha, sehingga beban biaya operasional relatif sama dengan tahun lalu.

Kendati demikian, Bank BTPN masih kokoh dari sisi permodalan. Hal ini ditunjukan melalui rasio kecukupan modal  (Capital adequacy ratio/CAR) yang bertengger di level 27,4%. Sementara itu,   Liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 237,8% dan  net stable funding ratio(NSFR) 116,1% per 30 Juni 2021.