Internet of Things Jadi Solusi Pelaku Industri, UMKM, Hingga Petani Saat Pandemi
Dengan diterapkannya social distancing, banyak terjadi pergesaran dalam gaya hidup, termasuk bisnis sehingga perlu adanya sebuah solusi untuk menanggapi hal ini.
JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai pentingnya pemanfaatan Internet of Things (IoT) dalam memajukan sektor industri, termasuk pada industri kecil menengah (IKM) dalam negeri.
Plt Direktur IKM, Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut Kemenperin Ratna Utarianingrum mengatakan, pandemi COVID-19 menjadi permasalahan dunia dengan adanya pembatasan sosial saat ini. Dengan diterapkannya social distancing, banyak terjadi pergeseran dalam gaya hidup, termasuk bisnis sehingga baginya perlu adanya sebuah solusi untuk menanggapi hal ini.
“Ini yang menjadi concern Kemenperin sehingga industri perlu langkah-langkah agar dapat menjaga proses menjaga bisnisnya,” ujarnya dalam Seminar Nasional Startup4industry “internet of Things for Making Indonesia 4.0” yang diselenggarakan secara virtual, Rabu 21 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurutnya, perkembangan teknologi informasi mendorong terciptanya banyak terobosan. Salah satunya adalah sistem IoT yang menghubungkan teknologi, informasi dan komunikasi dan sangat berguna bagi kehidupan termasuk kegiatan bisnis.
“Jadi, betul sekali kalau sentuhan teknologi ini akan membawa dampak yang besar bagi bisnis,” tuturnya.
Di sisi lain, Ratna bilang Indonesia akan segera memasuki era bonus demografi di mana sebagian besar penduduk diisi oleh kaum milenial yang dekat dengan aktivitas digital.
Oleh sebab itu, ia berharap ke depannya kaum pemuda dapat mengisi kegiatan bisnis dan usaha untuk menggerakkan ekonomi nasional dengan memanfaatkan IoT dan berdirinya perusahaan rintisan alias startup.
Implementasi
Senada dengan hal tersebut, Tim Penyelenggara Startup4industry Ditjen IKMA Kemenperin, Risma Fattahatin berharap pemanfaatan IoT dapat diimplementasikan dalam sektor industri manufaktur, terlebih dalam kondisi sekarang ini.
Ia menilai, teknologi IoT ini bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat perkotaan atau hanya untuk industri besar, namun juga untuk bisa diterapkan oleh IKM.
“Yang disoroti saat ini adalah kita masih memerlukan banyak provider teknologi IoT untuk menyelesaikan masalah industri manufaktur,” imbuhnya.
Melalui startup4industry sejak 2018 implementasi solusi startup di IKM telah mulai dilakukan melalui berbagai macam proyek. Startup4industry 2020 diharapkan dapat membentuk ekosistem solusi yang mampu menjembatani kebutuhan industri dan masyarakat.
Asosiasi IoT Indonesia
Sekretaris Jenderal Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Fita Indah Maulani mengungkapkan, berdasarkan studi yang dilakukan oleh pihaknya pada 2015 lalu, perkembangan IoT akan masih bertumbuh secara masif hingga 2022.
Bahkan, secara global Asioti memproyeksikan 400 juta sensor dengan sistem IoT akan diterapkan pada tahun 2022. Walaupun ia mengakui proyeksi tersebut sempat mengalami penurunan sebesar 20% akibat adanya pandemi.
“Terkait spending trend di dunia pada tahun 2020 masih terus berjalan walaupun sempat ada penurunan. Tapi secara keseluruhan masih akan terus naik dari tahun ke tahun sampai 2024,” ucap Fita.
Ia menyebut, sepanjang tahun 2020 industri di dunia yang paling tinggi mengalami kenaikan adalah di sektor health care, di ikuti dengan layanan e-commerce dan asuransi. Sedangkan sektor transportasi tidak mengalami kenaikan yang signifikan.
“Sementara dari spending sendiri yang paling banyak di Indonesia adalah remote health care monitoring dan juga sektor pertanian,” jelasnya.
Lebih lanjut, Fita bilang bahwa adaptasi kebiasaan baru membuat perubahan dalam berbagai aspek. Mulai dari sisi sosial kegiatan yang mana saat ini sebagian besar proses komunikasi beralih ke virtual.
Selain itu, katanya, ada peningkatan data analisis dan literasi yang disebabkan perubahan cara pelaksanaan forum group discussion (FGD) yang biasanya dilakukan dengan offline, sekarang harus dilakukan dengan online.
“Otomatisasi juga mulai meningkat dalam memudahkan koordinasi dalam menjalankan pekerjaan,” tambahnya.
Sedangkan, dari sisi ekonomi masih ada perlambatan ekonomi global, dan itu berdampak di setiap sektor. Namun, bagi Fita, ini menjadi peluang di Indonesia untuk menemukan kanal digital untuk berinteraksi dengan pelanggan.
“Tentu ini akan mengurangi gap pertumbuhan ekonomi dengan yang melek digital dengan yang bisnis offline dan telat melakukan migrasi ke bisnis online. Jadi saat berbicara solusi pintar berbasis IoT sebenarnya ada banyak aspek yang bisa kita sentuh,” pungkasnya.
DycodeX
Co-Founder sekaligus CEO DycodeX Andri Yadi mengatakan, DycodeX adalah perusahaan teknologi yang menawarkan solusi melalui sistem IoT. Semua solusi yang dihadirkan pun dikerjakan di Indonesia dengan talenta dalam negeri.
“Solusi kami pendekatannya selalu dengan menggunakan IoT untuk data collector atau data supplier dan artificial intelligence (AI) untuk mengolah data yang telah di-collect,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, industri 4,0 pada dasarnya fokus pada emerging technology yang salah satunya adalah penggunaan IoT. Di samping itu terdapat AI, quantum computing, bio tech dan lain-lain.
Secara definisi, menurutnya IoT itu adalah infrastruktur global yang memungkinkan untuk mengembangkan layanan yang advance namun berbasis teknologi eksisting, seperti internet.
Berdasarkan Report IoT Analytics, dalam jangka pendek investasi untuk IoT sangat berkurang disertai dengan banyaknya penundaan proyek di bidang tersebut. Hal ini tentu disebabkan adanya pandemi COVID-19.
“Permintaan solusi IoT juga akan berkurang terutama pada konsumen yang lebih memilih menggunakan uangnya untuk bertahan hidup dibandingkan dengan membeli device yang menghadirkan solusi ini,” kata Andri.
Kendati demikian, ia optimistis IoT akan semakin bersinar ke depannya terutama dalam jangka menengah. Pasalnya, Andri melihat pemanfaatan IoT sangat relevan untuk diadaptasi dalam bisnis dan kehidupan.
Dampak Pandemi
Merujuk laporan Mircosoft IoT Signals, Andri menilai pandemi mempunyai dampak yang unik, di mana adopsi IoT akan berkurang secara umum. Tetapi satu dari tiga perusahaan akan tetap menambah investasi mereka ke IoT.
Di Indonesia sendiri, lanjut Andri, banyak proyek IoT DycodeX yang tertunda dan memengaruhi bisnis perusahaannya. Oleh karena itu, ia harus memutar otak agar usahanya dapat bertahan dengan melihat potensi yang dapat digarap pada masa pagebluk ini.
“Kita melihat kesempatan yang bisa kita selesaikan dengan IoT di masa ini yaitu di bidang logistic, contact tracing, screening, diagnosis medis, dan lain-lain,” ucapnya.
Ia menyebut bahwa pengembangan solusi IoT memang terbilang cukup mahal dan fungsinya juga sangat spesifik. Melihat kondisi ini, ia melihat kesempatan untuk menawarkan solusi IoT kaya fitur dengan harga yang terjangkau.
Salah satu solusi serupa yang pernah DycodeX jalani adalah pengecekan suhu tubuh yang memanfaatkan sistem IoT bernama HeatraX.
Andri mengklaim, solusi ini telah di gunakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Institut Teknik Bandung (ITB), serta beberapa perusahaan swasta.
“Device yang kami kembangkan ini 100 persen di Indonesia dan kita melakukan kombinasi AI dengan IoT,” tukasnya.
Karya Anak Negeri
PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB) merupakan sebuah startup penyedia teknologi pertanian masa kini dengan memanfaatkan IoT dan AI.
CMO MSBB, Ari Aji Cahyono mengatakan, perusahaan rintisan ini muncul dari permasalahan yang dihadapi sektor pertanian. Contohnya adalah perubahan iklim serta perubahan musim tanam yang membuat banyak petani bingung kapan waktu yang tepat untuk mulai menanam hasil budidaya.
Dari kondisi tersebut, lanjut Ari, MSBB akhirnya membuat beberapa produk teknologi untuk memecahkan masalah tersebut.
Yang pertama dengan drone pemetaan untuk profiling lahan serta perencanaan pertanian. Lalu yang kedua ada drone sprayer untuk pemupukan cair atau penyemprotan pestisida dan lain sebagainya yang dapat beroperasi secara otomatis.
Sedangkan produk yang paling populer yaitu farm monitoring system. Teknologi karya MSBB itu terdiri dari sensor tanah dan cuaca serta sensor debit air yang dapat diakses dengan smartphone android.
“Dengan adanya prediksi cuaca yang tepat dengan solusi MSBB tentu memudahkan petani,” kata Aji.
Menurutnya perubahan cuaca memang membuat para petani seluruh dunia bingung untuk menentutkan waktu yang tepat untuk menanam, memupuk, dan sebagainya.
Sedangkan, proses menanam yang tidak tepat dapat menjadi efek domino tersendiri bagi petani. Mulai dari gagal panen dan berujung pada volume dan kualitas penjualan yang menurun.
MSBB Dukung Agrobisnis
Tidak hanya fokus pada teknologi, MSMB juga melayani Agrobisnis mulai dari hulu hingga hilir. Dari pembiayaan, budidaya sampai penyerapan hasil panen.
Ari bilang, MSBB juga menghadirkan aplikasi RiTX yang diklaim dapat memudahkan berbagai macam permasalahan petani mulai dari perkiraan cuaca hingga pencatatan sistem bertani.
Tak hanya itu, melalui aplikasi ini, para petani juga bisa memilih pedoman budidaya serta penanganan dan pengolahan pertanian.
“Berbagai fitur menarik ditawarkan oleh aplikasi ini, salah satunya adalah identifikasi hama. Petani cukup mengambil foto tanaman lalu diunggah ke aplikasi dan AI akan menjawab apakah tanaman terkena hama atau tidak, hingga mengetahui jenis hama apa yang ada pada tanaman,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Ari, ada juga fitur forum diskusi petani sehingga mereka dapat saling bertanya tentang pertanian. Fitur ini memungkinkan penggunanya berinteraksi dengan seluruh petani yang ada di seluruh Indonesia serta expert dari tim MSBB yang juga dapat menjawab pertanyaan pengguna.
Dengan karyanya itu, MSBB telah dipercaya oleh banyak pihak sehingga digandeng oleh pemerintah maupun swasta untuk menyelesaikan permasalahan pertanian dalam negeri.
“Saat ini kami sedang bekerja sama dengan Bappenas, Asian Development Bank (ADB), dan Mercy Corps sebagai konsultan untuk 50.000 petani yang terlibat di Sukabumi dan Pasaman Barat. 40% persen dari program ini adalah wanita tani untuk penggarapan 25.000 ha khusus komoditas padi, jagung, dan cabai,” ucap Ari.
Dengan inovasinya tersebut, MSBB telah berhasil menjuarai kompetisi startup4industry sejak tahun 2018. Setelah itu, startup satu ini juga berhasil menyabet penghargaan bergengsi di dalam dan luar negeri. (SKO)