<p>South Quarter adalah kawasan apartemen, komersial, dan apartemen milik emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) / Intiland.com</p>
Korporasi

Intiland Akuisisi PT Segajung Rp354,18 Miliar, Peluang Apa yang Dibidik?

  • Direktur DILD Archied Noto Pradono mengatakan transaksi bertujuan sebagai investasi jangka panjang. DILD juga akan mengakuisisi penuh Segajung serta mengaktifkan kembali izin usaha kawasan industri.

Korporasi
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Emiten properti swasta, PT Intiland Development Tbk (DILD), telah mengakuisisi PT Segajung dengan nilai transaksi sebesar Rp354,18 miliar. Akuisisi ini dilakukan lewat anak usaha DILD, PT Jateng Industri Intiland (JII), pada Rabu, 19 Mei 2021 lalu.

Direktur DILD Archied Noto Pradono mengatakan transaksi bertujuan sebagai investasi jangka panjang. DILD juga akan mengakuisisi penuh Segajung serta mengaktifkan kembali izin usaha kawasan industri.

“Pembelian saham dan pengaktifan kembali izin usaha kawasan industri yang telah memiliki komitmen, memberikan dampak positif bagi perkembangan usaha Perseroan karena akan memperkuat portofolio kawasan industri Perseroan,” ujarnya dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Senin, 24 Mei 2021.

Achied memastikan tidak terdapat hubungan afiliasi antara kedua pihak dalam transaksi. Transaksi ini juga bukan merupakan transaksi yang mengandung benturan kepentingan bagi perusahaan.

Dalam laporan keuangan tahunan, dua anak usaha DILD, JII dan PT Intiland Sejahtera tercatat telah membeli keseluruhan saham PT Perkebunan dan Industri Segajung. JII membeli 300.999 lembar saham atau 99,99% dari total saham dan Intiland Sejahtera membeli 1 lembar saham atau 0,01%.

Kawasan industri memang menjadi salah satu potensi pasar yang dikembangkan Intiland tahun ini. Perusahaan tersebut pun mulai memasarkan lahan industri di Batang, Jawa Tengah.

DILD tercatat sudah menguasai lahan sekitar 190 hektare (ha) dari total rencana 280 hektare di kawasan tersebut. Bahkan, Archied sempat mengatakan pihaknya memiliki hak untuk 500 ha lahan berdasarkan surat keputusan (SK) yang didapat.

Lokasi lahan industri ini tidak jauh dari kawasan industri terpadu (KIT) Batang yang digarap pemerintah. Archied mengatakan jarak antara keduanya hanya sekitar 30 menit. Meski begitu, Intiland mengaku menyasar pasar yang berbeda dibanding pemerintah.

“Pemerintah mungkin lebih ke heavy industry, kami lebih simpel saja,” ujarnya dalam konferensi virtual pada Februari lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Archied menyebutkan sudah ada satu peminat dari perusahaan multinasional yang bergerak di bidang makanan dan minuman untuk kawasan industri garapan DILD. Perusahaan tersebut berencana menggunakan 20 ha lahan.

Kinerja keuangan DILD

Tahun lalu, DILD mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 5,7% menjadi Rp2,89 triliun. Pendapatan ini lebih besar dari pendapatan tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,74 triliun.

Laba kotor perusahaan pun dapat naik tipis 4,33% menjadi Rp1,18 triliun. Pada tahun sebelumnya, DILD mencatatkan laba kotor sebesar Rp1,13 triliun.

Meski pendapatan dan laba kotor meningkat, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat melorot 69,5% menjadi Rp76,77 miliar. Padahal, DILD berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp251,43 miliar pada tahun sebelumnya.

Melorotnya laba bersih ini diakibatkan adanya dampak pendiskontoan aset dan liabilitas keuangan yang tercatat sebesar Rp316,34 miliar pada 2020. Dampak ini ada akibat dari implementasi PSAK 72 untuk laporan keuangan yang diterbitkan pada 2020.