<p>Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif mengikuti rapat kerja dengan komisi VII DPR di komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 23 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Intip Fokus Kebijakan Transisi Energi Bersih

  • JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan sejumlah kebijakan transisi energi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan harus memastikan aksesibilitas, keterjangkauan, ketersediaan, kesetaraan, dan keandalan. Maka, implementasi kebijakan yang pertama adalah reformasi subsidi energi, sekaligus menjaga keterjangkauan dan keamanan pasokan energi. “Indonesia […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan sejumlah kebijakan transisi energi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Menurutnya, transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan harus memastikan aksesibilitas, keterjangkauan, ketersediaan, kesetaraan, dan keandalan.

Maka, implementasi kebijakan yang pertama adalah reformasi subsidi energi, sekaligus menjaga keterjangkauan dan keamanan pasokan energi.

“Indonesia telah bertransformasi dengan memanfaatkan lebih banyak sumber energi dalam negeri, terutama gas alam dan energi terbarukan untuk mengurangi masalah neraca perdagangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 16 Maret 2021.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2021 surplus US$2 miliar. Realisasi itu lebih tinggi dari surplus US$1,96 miliar pada Januari 2021.

Secara kumulatif, surplus pada neraca perdagangan Indonesia sudah mencapai US$3,96 miliar sepanjang Januari dan Februari 2021.

Surplus tersebut disebabkan oleh nilai ekspor Indonesia pada Februari 2021 yang mencapai US$15,27 milar, naik 8,56% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan Februari 2020.

Selain itu, nilai impor Indonesia pada Februari 2021 menyentuh angka US$13,26 miliar, naik 14,86% yoy dibandingkan periode yang sama 2020.

Program Mandatori Biodiesel

Adapun kebijakan kedua, Arifin melanjutkan, pemerintah juga menjalankan program mandatori biodiesel 30% atau B30 untuk mengurangi impor bahan bakar fosil. Arifin bilang, pihaknya tidak hanya memanfaatkan kelapa sawit sebagai sumber bahan bakar nabati, tetapi juga mencari peluang untuk pembangunan ekonomi yang lebih besar.

Saat ini, Indonesia diketahui tengah mengembangkan co-firing biomassa pada beberapa pembangkit listrik. Skala penggunaan teknologi ini juga diperluas dengan mengombinasi antara clean coal technology, co-firing biomassa, dan Carbon Capture, Utilization, and Storage atau CCS/CCUS.

Di samping itu, Arifin juga menyebut pengembangan kendaraan listrik dan industri energi sebagai lanjutan. Hal ini diklaim sebagai salah satu sumber daya industri teknologi bersih dan terbarukan.

Dalam meningkatkan industri ekstraktif yang memiliki nilai tambah, kata dia, pemerintah pun terbuka untuk melakukan kerja sama dan kemitraan konstruktif pada program industri ekstraktif hilir.