Konferensi pers CEO Forum dengan tema ”Banking Beyond Growth: Powering a
 Sustainable and Inclusive Economy for 2025 Onward", Rabu, 22 Januari 2025.
Perbankan

Intip Strategi Perbanas untuk Dukung Program 3 Juta Rumah Prabowo

  • Sektor perbankan diharapkan memainkan peran kunci, terutama dalam menyesuaikan profil risiko kredit bagi MBR yang mayoritas bekerja di sektor informal.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Dalam upaya memperkuat perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mengusulkan sejumlah langkah strategis yang menempatkan program perumahan rakyat sebagai prioritas utama. 

Program Tiga Juta Rumah yang dirancang untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dianggap sebagai solusi efektif untuk mengatasi backlog perumahan di Indonesia, yang menurut data BPS 2022 mencapai 11,7 juta unit. 

Melalui acara CEO Forum di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2025, Perbanas mengungkapkan apresiasi terhadap program pemerintah yang menargetkan pembangunan tiga juta unit rumah bagi MBR dengan pendapatan bulanan Rp3–7 juta. Program ini diyakini mampu memberikan dampak signifikan dalam mengurangi kesenjangan perumahan, asalkan pelaksanaannya dilakukan dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat. 

Untuk memastikan keberhasilan program ini, Perbanas menekankan pentingnya menyediakan skema cicilan rumah yang terjangkau. Cicilan ideal berada di kisaran Rp1,1 juta per bulan, sesuai dengan kemampuan bayar MBR. 

Selain itu, sektor perbankan diharapkan memainkan peran kunci, terutama dalam menyesuaikan profil risiko kredit bagi MBR yang mayoritas bekerja di sektor informal. 

Dengan subsidi yang terarah dan dukungan penuh dari pengembang properti serta perbankan, program ini berpotensi menjadi solusi nyata bagi masalah perumahan di Indonesia. 

Tantangan di Sektor Perumahan 

Meskipun program ini menjanjikan, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dan akses terhadap kredit perumahan. 

Perbanas mengusulkan agar pemerintah memberikan insentif khusus bagi perbankan untuk mendukung pembiayaan sektor ini. Selain itu, diperlukan kolaborasi lintas sektor guna memastikan MBR mendapatkan akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau. 

Penguatan Ketahanan Pangan untuk Stabilitas Ekonomi 

Di luar sektor perumahan, Perbanas juga menyoroti pentingnya penguatan ketahanan pangan sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Mengurangi ketergantungan impor menjadi salah satu prioritas utama, terutama untuk komoditas strategis seperti padi, jagung, ikan, daging, dan kopi.

Perbanas merekomendasikan peningkatan produktivitas melalui pemberian insentif kredit kepada sektor pertanian serta pengembangan produk hilir yang bernilai tambah.

Selain itu, Perbanas menekankan pentingnya membangun sistem data pertanian yang terintegrasi untuk mempermudah akses informasi bagi para pelaku usaha dan lembaga keuangan. Dengan pendekatan ini, produktivitas pertanian diharapkan dapat meningkat, sehingga ketahanan pangan nasional menjadi lebih kuat. 

Meningkatkan Kualitas Lapangan Kerja 

Dalam kajian strategisnya, Perbanas mencatat bahwa meskipun jumlah lapangan kerja meningkat sebesar 3,3 juta per tahun selama periode 2015–2024, kualitas pekerjaan masih menjadi isu yang perlu perhatian. 

Pandemi COVID-19 turut memperburuk situasi ini, dengan pertumbuhan lapangan kerja formal yang lebih lambat dibandingkan pekerjaan informal. Akibatnya, ketimpangan kesejahteraan semakin melebar, di mana selisih pendapatan antara pekerja formal dan informal hampir dua kali lipat. 

Untuk mengatasi masalah ini, Perbanas merekomendasikan pengembangan keterampilan tenaga kerja melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih kompeten dan sesuai dengan kebutuhan pasar. 

Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global 

Ketua Umum Perbanas, Kartika Wirjoatmodjo, mengungkapkan bahwa perekonomian global pada 2025 diperkirakan melemah akibat eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. 

Dampaknya, perdagangan global dan nilai tukar akan terguncang, dengan Indonesia turut merasakan imbasnya berupa penurunan daya beli masyarakat dan fluktuasi nilai tukar. 

"Dalam menghadapi ketidakpastian ini, Indonesia perlu memperkuat kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan perbankan serta menguatkan fundamental ekonomi domestik untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional," ujar Kartiko. 

Kartiko menambahkan, pemerintah juga perlu memperkuat ekonomi domestik dengan mengoptimalkan berbagai sektor untuk menjaga daya tahan perekonomian dan perlu melakukan penyesuaian kebijakan fiskal yang tepat untuk mengurangi dampak negatif dari pelemahan ekonomi global, termasuk pengelolaan risiko inflasi dan proteksionisme.