Sejumlah pengunjung tengah mengamati produk yang dipamerkan dalam pameran tekstil yang digelar dalam rangka memeriahkan Cotton Day ke 7 di Jakarta, Selasa 26 September 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Investasi Asing Sektor Tekstil Moncer, Tetapi Kenapa Banyak PHK?

  • Terdapat peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) atau investasi asing pada kuartal I 2024 sebesar 70%.

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA - Tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menimpa Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terus berlanjut akibat lesunya kinerja. Namun hal ini berbanding terbalik dengan investasi industri tersebut.

Berdasarkan laman National Single Window (NSWI) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Industri Tekstil dan Pakaian Jadi, terdapat peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) atau investasi asing pada kuartal I 2024 sebesar 70%. Peningkatan ini menjadikan investasi asing  menjadi US$194,28 juta, dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu US$114,16 juta.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (Apsyfi) Redma Gita Wiraswasta menggarisbawahi, investasi dilakukan oleh perusahaan besar terutama untuk investasi recycle product. Ini melanjutkan investasi di tahun 2022 sehingga tak heran trennya naik.

Alasan lain adalah perusahaan besar juga tengah gencar melakukan modernisasi mesin. Perusahaan ingin memaksimalkan keuntungan sehingga arus kas perusahaan dapat lebih stabil (diversifikasi).

"Tapi memang hanya dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan cashflow yg kuat,"katanya kepada TrenAsia.com pada Rabu, 26 Juni 2024.

Redma menjelaskan untuk perusahaan kelas menangah, dengan pemasukan yang telah habis tergerus mau tidak mau tetap melakukan rasionaliasi, bahkan terpaksa melakukan penutupan   pabriknya.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Danang Girindrawardana mengatakan kenaikan investasi asing tak mampu mencegah PHK di industri tekstil.

Sebab menurutnya, gelombang PHK di industri tekstil karena banjir produk impor di dalam negeri. Hal ini menyebabkan turunnya produksi tekstil dari sektor hulu ke hilir, mulai dari produsen serat sampai garmen.

"Sebenarnya tidak semua pabrik tekstil kolaps tetapi memang ada penurunan utilisasi pabrik-pabrik sekitar 40% artinya kalau banyak terjadi PHK ya sesuai dengan penurunan utilisasi tersebut,"katanya pada Selasa, 25 Juni 2024.

Investor China Mau Masuk

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengenai minat perusahaan tekstil asal China untuk menanamkan modal di Indonesia.

Terkait adanya rencana tersebut menurut Redma, dengan adanya investasi baru ini juga dapat memperkuat integrasi rantai nilai tekstil dan produk tekstil (TPT) hingga RI bisa mendapat manfaat dari nilai tambah yang dihasilkan.

Namun Redma menggarisbawahi meski ada investasi baru pemerintah juga harus bergerak dengan serius untuk benar-benar melindungi keseluruhan investasi TPT di Indonesia.

Termasuk pemain lokal juga harus dilindungi dari risiko investasi TPT di Indonesia. Dalam kaitan itu, perusahaan asing yang menanam kapital di Tanah Air harus dipastikan mengikuti peraturan yang telah diberlakukan di negara ini.

"Pada dasarnya tentu kami sangat senang jika ada investasi baru karena membuka lapangan kerja baru dan akan menggerakkan roda ekonomi," katanya kepada TrenAsia.com pada Selasa, 25 Juni 2024.