Investasi British Petroleum Indonesia di Papua Capai Rp56 Triliun
JAKARTA – Perusahaan minyak dan gas bumi, British Petroleum (BP) Indonesia menanamkan investasi untuk cadangan Tangguh di Papua sebesar US$4 miliar atau setara Rp56 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Diketahui, proyek yang menyasar Lapangan Ubadari ini akan mencari cadangan gas lewat teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS). Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha […]
Industri
JAKARTA – Perusahaan minyak dan gas bumi, British Petroleum (BP) Indonesia menanamkan investasi untuk cadangan Tangguh di Papua sebesar US$4 miliar atau setara Rp56 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS).
Diketahui, proyek yang menyasar Lapangan Ubadari ini akan mencari cadangan gas lewat teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menjelaskan, gas yang dihasilkan nanti akan dipakai untuk mendukung operasional kilang Liquefied Natural Gas (LNG) Tangguh 1, 2 dan 3.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Hal ini akan memperluas pasar di sektor energi,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang dikutip TrenAsia.com, Rabu, 24 Maret 2021.
Adapun CCUS sendiri merupakan teknologi yang digunakan untuk mengurangi emisi karbondioksida (CO2), dengan cara menangkap zat tersebut yang telah dilepas ke atmosfer. Dalam penerapannya, CCUS diprediksi mampu mengurangi emisi CO2 sebesar 45%.
Menurut Dwi, hal ini akan membantu target pemerintah dalam mengurangi emisi CO2 sebesar 29% hingga 41% pada 2030.
Selain itu, kegiatan ini juga dianggap mampu menjaga kilang LNG Tangguh tetap kompetitif, utamanya dalam menghadapi negara-negara pembeli yang sensitif terhadap isu lingkungan.
Ia berharap, langkah BP kali ini akan bisa diikuti oleh kontraktor lainnya. Apalagi, lanjut dia, harga minyak dunia telah membaik di rentang US$60 sampai US$70 per barel.
Situasi harga minyak dunia yang pulih lebih cepat ini, melebihi rata-rata harga minyak dunia pada 2019.
“Maka, diharapkan kerja sama ini dapat mendorong kontraktor lainnya dalam meningkatkan kegiatan eksplorasi,” ujarnya.