Ilustrasi ekonomi digital.
Fintech

Investasi Digital Indonesia Terhambat, Penurunan Signifikan Terjadi Sejak 2022

  • Berbagai faktor mempengaruhi penurunan tersebut, meskipun ia tidak merinci lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang mendasari persepsi investor terhadap ekonomi digital Indonesia.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menghadapi sejumlah tantangan besar, salah satunya adalah penurunan signifikan dalam sektor investasi. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, dalam peluncuran ‘Indonesia Digital Economy Outlook 2025’ di Jakarta, Kamis, 19 Desember 2024. Nailul menjelaskan bahwa investasi di sektor ekonomi digital Indonesia mengalami penurunan drastis. Pada 2021, investasi digital mencapai Rp144 triliun, namun pada 2022 turun hampir setengahnya menjadi Rp68 triliun, dan penurunan terus berlanjut pada 2023.

Menurut Nailul, berbagai faktor mempengaruhi penurunan tersebut, meskipun ia tidak merinci lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang mendasari persepsi investor terhadap ekonomi digital Indonesia. 

Keadaan ini turut memperburuk iklim investasi yang semakin ketat di kawasan Asia Tenggara, dengan negara-negara seperti Vietnam dan Filipina semakin menarik minat investor berkat regulasi yang stabil dan pertumbuhan sektor digital yang pesat.

Kualitas SDM Digital Indonesia Tertinggal

Selain penurunan investasi, tantangan besar lainnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam menghadapi perubahan digital dan kemajuan teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI). 

Nailul Huda mengungkapkan bahwa nilai Human Capital Index (HCI) Indonesia masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan China. Meskipun ada peningkatan bertahap, Indonesia masih tertinggal dengan skor HCI yang relatif rendah dibandingkan negara seperti Singapura yang menempati posisi teratas.

Peneliti Ekonomi Digital Celios, Dyah Ayu, menambahkan bahwa stagnasi dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja di Indonesia menghambat daya saing di pasar global. 

Selain itu, kualitas modal manusia yang masih rendah juga berdampak pada rendahnya kemampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan ekonomi digital dan teknologi canggih lainnya, seperti AI.

Ketimpangan Infrastruktur Digital dan Literasi Keuangan

Sebaran infrastruktur digital yang tidak merata juga menjadi salah satu hambatan besar dalam pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. 

Ketimpangan ini terlihat jelas dari perbedaan penyaluran pinjaman digital antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Hingga Juli 2024, penyaluran pinjaman di Pulau Jawa tercatat mencapai Rp737,31 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Rp188,45 triliun di luar Pulau Jawa. 

Hal ini disebabkan oleh rendahnya literasi keuangan dan digital di daerah-daerah non-Jawa, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap informasi terkait teknologi finansial (fintech).

Selain itu, gaya hidup konsumtif dan urbanisasi yang pesat di Pulau Jawa turut memperburuk kesenjangan ini. Peningkatan akses internet dan kemudahan transaksi digital juga lebih mudah dirasakan oleh penduduk di kawasan urban, sementara masyarakat di daerah tertinggal masih kesulitan mengakses layanan finansial berbasis teknologi.

Keamanan Siber Indonesia Masih Rentan

Tantangan lainnya yang tak kalah penting adalah masalah keamanan siber. Indonesia saat ini masih berada di peringkat ke-48 dari 176 negara dalam hal keamanan siber, dengan skor 63,64, yang lebih rendah dari rata-rata global sebesar 67,08 poin. 

Walaupun telah ada pengesahan regulasi dan pembentukan badan pengawas keamanan siber, Indonesia masih menghadapi berbagai masalah terkait infrastruktur keamanan data yang belum merata.

Serangan siber yang terjadi pada media sosial, platform perdagangan daring, hingga institusi keuangan semakin memperburuk keadaan ini. 

Nailul Huda menyatakan bahwa meskipun ada adopsi teknologi baru seperti blockchain, serangan siber yang terus meningkat menunjukkan bahwa perlindungan data di Indonesia masih sangat rentan.