<p>Menko Perekonomian Airlangga Hartarto / Facebook @PerekonomianRI</p>
Industri

Investasi Ekonomi Hijau Rp308 Triliun, Buka 4,4 Juta Lapangan Pekerjaan pada 2030

  • Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah membutuhkan investasi sebesar US$21,6 miliar setara Rp308 triliun untuk pengembangan ekonomi hijau.
Industri
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA - Pemerintah berkomitmen memperbesar perhatian pada transformasi ekonomi hijau di masa depan. Ekonomi hijau atau ekonomi sirkular menjadi penting bagi Indonesia karena akan membawa banyak dampak positif, baik bagi lingkungan serta pertumbuhan berbagai sektor pembangunan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah membutuhkan investasi sebesar US$21,6 miliar setara Rp308 triliun untuk pengembangan ekonomi hijau.

Sejauh ini, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyalurkan kredit dan pembiayaan kepada sektor ekonomi yang berorientasi hijau lebih dari Rp800 triliun.

Airlanggan mengklaim bahwa selain dapat meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia, penerapan konsep ekonomi hijau juga dapat berpotensi menghasilkan 4,4 juta tambahan lapangan pekerjaan, dimana tiga perempatnya memberdayakan perempuan dengan kesempatan yang lebih baik pada tahun 2030.

"Tentunya terdapat beberapa tantangan utama dalam melakukan transformasi ekonomi. Salah satu tantangan terbesar adalah kapasitas kelembagaan serta akses finansial dan teknologi yang diperlukan untuk pengembangan teknologi hijau. Diestimasi, investasi modal tahunan yang dibutuhkan untuk ekonomi sirkular berkisar Rp308 triliun atau US$21,6 miliar," ujar Airlangga dalam keterangan resmi, Sabtu, 25 September 2021.

Ekonomi hijau merupakan model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah. Model pengembangan ekonomi tersebut sangat potensial bagi Indonesia.

"Konsep ini  tentunya bukan hanya pengelolaan limbah tetapi juga selanjutnya menggunakan proses produksi dimana bahan baku dapat digunakan berulang-ulang sehingga tentu akan terjadi saving yang besar terutama untuk sumber daya alam," kata Airlangga.

Dia menambahkan, ekonomi hijau juga akan memberi kontribusi pada upaya pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

"Dimana kita berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2030 sebesar 29 persen dan apabila ada kerjasama internasional, ini dapat ditingkatkan menjadi 41 persen," ucapnya.

Airlangga menyebut bahwa pengarusutamaan konsep pembangunan rendah karbon telah tercantum dalam RPJMN 2020-2024 dan peta jalan pencapaian NDC Indonesia 2030.

Terdapat lima sektor yang menjadi prioritas utama dalam dua dokumen tersebut diantaranya adalah pembangunan energi berkelanjutan, pengelolaan limbah terpadu, pengembangan industri hijau, pemulihan lahan berkelanjutan, serta inventarisasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan kelautan.      

Dalam hal implementasi industri hijau, tercatat sejak tahun 2010 hingga 2019 terdapat 895 perusahaan yang telah meraih green industry awards.

Di sisi lain, sebanyak 1.707 industri juga telah mendapatkan sertifikasi blue dan gold dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER).

Hal itu berdampak pada pengurangan Gas Rumah Kaca kurang lebih sebesar 93,83 juta ton dan pengurangan polutan sebesar 50,59 juta ton.

Airlangga mengatakan, program strategis juga sudah dilakukan oleh pemerintah diantaranya melalui pengembangan Biofuel B30. 

Termasuk juga terobosan pengolahan limbah menjadi bahan bakar alternatif, salah satunya melalui teknologi Refuse Derived Fuel (RDF).

Dia mengatakan, pemerintah terus berupaya fokus pada upaya pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi Covid-19 termasuk melalui ekonomi hijau.

"Dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk tidak hanya untuk mengembalikan kondisi ekonomi sebagaimana sebelum krisis, namun juga ke kondisi yang jauh lebih baik (build back better). Salah satu upaya untuk memenuhi komitmen tersebut adalah dengan melakukan transformasi ekonomi ke arah yang lebih hijau' atau sering disebut dengan ekonomi sirkular," katanya.*