Ilustrasi kredit online atau pinjaman online (pinjol), peer to peer (P2P) lending resmi / OJK
Fintech

Investasi Fintech Lending Diperkirakan Akan Tetap Positif pada Tahun 2023, Ini Alasannya

  • Steering Committee IFSoc Hendri Saparini mengatakan, pertumbuhan positif diprediksi akan tetap dialami oleh industri fintech lending walaupun ada potensi pelemahan ekonomi global di tahun depan.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Indonesia Fintech Society (IFSoc) memperkirakan investasi di platform peer-to-peer lending akan tetap positif pada tahun 2023.

Steering Committee IFSoc Hendri Saparini mengatakan, pertumbuhan positif diprediksi akan tetap dialami oleh industri fintech lending walaupun ada potensi pelemahan ekonomi global di tahun depan.

Hal itu diungkapkannya dalam acara Catatan Akhir Tahun 2022 Fintech dan Ekonomi Digital yang digelar secara virtual, Selasa, 27 Desember 2022.

"Mendung mungkin iya, tapi hujan deras itu belum akan terjadi sehingga kita akan cukup optimis untuk tahun 2023, termasuk juga untuk industri fintech," ujar Hendri.

Keyakinan IFSoc akan performa investasi di industri fintech lending dilatarbelakangi oleh kinerja yang cukup baik pada investasi portofolio asing (foreign portofolio investment/FPI) dan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI).

Hendri pun menyampaikan, sepanjang tahun 2022, ketidakpastian ekonomi global telah membuat para investor global lebih selektif dalam mendanai start up, termasuk yang bergerak di bidang fintech.

Walaupun pendanaan menyurut dan memicu penyesuaian operasional yang pada umumnya berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK), namun di sisi lain kondisi tersebut dinilai IFSoc mengandung dampak yang positif.

Dengan banyaknya perusahaan rintisan yang melakukan adaptasi dengan mengefisiensikan pengeluaran dan mengutamakan profitabilitas ketimbang pertumbuhan, iklim persaingan start up pun nantinya diprediksi dapat lebih sehat.

"Apa yang terjadi saat ini (pendanaan menyurut) justru bagus karena secara domestik, ini akan mendorong adanya perubahan arah dari investasi yang ada di start up Indonesia," kata Hendri.

Hendri pun menerangkan bahwa IFSoc memproyeksikan investasi pada tahun 2023 akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah konsumsi rumah tangga.

Namun, dibutuhkan adanya penyesuaian terhadap model bisnis secara komersial berdasarkan lini bisnis dengan unit ekonomi yang lebih baik.

Proyeksi IFSco akan potensi kinerja positif dari industri fintech lending di tahun 2023 pun didasari pula oleh peluang kolaborasi dengan perbankan.

Steering Committee IFSoc Dyah N.K Makhijani menyampaikan, kolaborasi penyaluran kredit perbankan via fintech lending masih terus mengalami peningkatan.

Proporsi outstanding pinjaman fintech lending kategori lender perbankan dalam negeri pun mencapai 46% pada catatan periode Oktober 2022. Persentase tersebut naik dari bulan sebelumnya di angka 44%.

Menurut Dyah, peningkatan tersebut didukung pula oleh ketentuan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 23/2021 tentang Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) yang mewajibkan bank untuk memenuhi RPIM minimal 20% pada tahun 2022.