Investasi Foxconn di RI Mandek Jadi PR Pemerintah
- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia berkeluh kesah terkait rencana investasi Hon Hai Precision Industry Co. Ltd atau Foxconn di Indonesia yang tak kunjung terealisasi.
Industri
JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia berkeluh kesah terkait rencana investasi Hon Hai Precision Industry Co. Ltd atau Foxconn di Indonesia yang tak kunjung terealisasi.
Bahkan menurut Bahlil, investasi Foxconn menjadi pekerjaan rumah atau PR yang berat selama ia menjabat sebagai Menteri Investasi dan Kepala BKPM. Namun ia memastikan negosiasi masih terus berjalan antara pemerintah dan Foxconn.
“Salah satu PR, pekerjaan, saya paling besar adalah terkait dengan Foxconn. Ini masih dalam negosiasi terus, rencana dalam waktu dekat kami akan berangkat dan saya tidak ingin PR ini menjadi hal yang tertunda,” katanya dalam konferensi pers Realisasi Investasi Kuartal I-2024 dilansir Selasa, 30 April 2024.
- Blusukan di Pasar Palmerah, Zulhas Sebut Harga Bahan Pokok Mulai Turun
- CEO Merapat, Simak 7 Kunci untuk Tetap Semangat dalam Menjalankan Bisnis
Bahlil menegaskan pemerintah terus melakukan negosiasi untuk mewujudkan investasi ini di mana rencananya pembangunan industri baterai dan kendaraan listrik akan Foxconn.
Bahlil sayangnya tidak mau merinci kendala realisasi investasi tersebut, hanya saja menyebutkan kaitannya dengan permintaan Foxconn yang belum cocok dengan pemerintah.
Menteri Investasi dan Kepala BKPM ini menambahkan investasi tersebut juga penting karena produk ekspor Foxconn mencatatkan pangsa 10% hingga 15% dari nilai ekspor China ke dunia.
Diberitakan sebelumnya, Kerja sama Foxconn dan Indonesia akan dilakukan dalam membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia itu disebut memiliki total investasi US$8 miliar setara Rp114 triliun.
Kerja sama ini diklaim untuk membangun ekosistem energi baru di Indonesia yang juga mencakup pengembangan industri pendukung, seperti sistem penyimpanan energi, hingga pembangunan stasiun pertukaran baterai dan daur ulang.
Ia sebelumnya menyalahkan masalah geopolitik yang terjadi di Laut China Selatan yang berimbas pada investasi dari Foxconn di Indonesia. Groundbreaking direncanakan pada Agustus 2022 namun meleset mundur hingga kuartal I-2023. Sayangnya belum terealisasi hingga kini.