Investasi Jumbo Pabrik Baterai Senilai Rp135 Triliun di Bantaeng, Para Konsorsium Belum berkomentar
- Raksasa pertambangan asal Inggris, Glencore (GLEN.L) akan menginvestasikan sekitar US$9 miliar atau setara dengan Rp135 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS) untuk pertambangan baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.
Nasional
jAKARTA - Glencore (GLEN.L) akan menginvestasikan sekitar US$9 miliar atau setara dengan Rp135 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS) untuk pertambangan baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Namun hingga kini raksasa pertambangan asal Inggris itu tidak mengomentari rumor tersebut.
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa investasi akan masuk ke kawasan industri pada wilayah Bantaeng di pulau Sulawesi yang ditenagai oleh energi angin, dengan target penyelesaian September 2023.
Bahlil menegaskan konsorsium Inggris termasuk perusahaan seperti Glencore (GLEN.L), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), perusahaan material Umicore dan perusahaan energi Envision Group akan menggarap pembangunan pabrik ini.
"Investasinya sekitar US$9 miliar kalau sesuai rencana. Kalau bisa dipercepat akan kita lakukan," kata Bahlil kepada wartawan beberapa waktu lalu.
- Gara-Gara Unit Link, Pendapatan Premi Asuransi Terkontraksi 1,67 Persen pada April 2023
- Sejumlah Sentimen Global Penting bagi Investor Pasar Modal Pekan Ini
- MPX Logistics (MPXL) Gandeng Perusahaan China Garap Pulp Project di Kaltara
Melansir Reuters, Senin, 5 Juni 2023, hingga saat ini pihak Envision dan PT Antam (ANTM) belum mengonfirmasi hal tersebut. Seorang juru bicara Glencore mengatakan perusahaan tidak mengomentari rumor tersebut, bahkan Umicore menolak berkomentar.
Tambahan informasi, Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sangat ingin mengembangkan industri hilir dengan tujuan akhir memproduksi baterai dan kendaraan bagi produsen mobil listrik terbesar dunia.
Sedangkan Direktur Utama Indonesia Battery Corporation Toto Nugroho mengatakan investasi tersebut diharapkan dapat membantu Indonesia memasuki pasar Inggris dan Eropa.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel yang belum diproses sejak tahun 2020 untuk memastikan pasokan bagi investor yang ada dan calon investor sementara itu juga mencoba memikat pembuat EV global seperti Tesla dan Grup BYD China. Namun hingga kini belum ada kepastian yang jelas.