Petugas PLN UID Lampung tengah melakukan layanan penyambungan listrik.
Industri

Investasi Pembangunan Listrik di 3 Wilayah Ini Capai Rp18,1 Miliar

  • JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 41.150 kilometer sirkuit (kms) di wilayah Sumater

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 41.150 kilometer sirkuit (kms) di wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu.

Selain itu, kelistrikan juga diperkuat melalui pembangunan jaringan tegangan rendah (JTR) 15.485 kms serta 700 kWA gardu dengan total investasi sebesar Rp18,199 miliar.Harga Emas Hari Ini: Antam dan Pegadaian Kompak Menguat di Akhir Pekan

Adapun pembangunan di ketiga wilayah tersebut menyasar tujuh desa dengan total tegangan sebesar 5.050 kVA.

 

Direktur Bisnis Regional Sumatera & Kalimantan  Muhammad Iqbal Nur mengatakan, dari total 4.419 potensi pelanggan, sebanyak 4.199 kepala keluarga kini dapat menikmati listrik.

Menurutnya, pengoperasian listrik di desa tersebut juga berkontribusi meningkatkan nilai rasio elektrifikasi Sumsel dari 98,01% menjadi 99%.

“Diharapkan, kehadiran listrik di wilayah ini dapat mendongkrak perekonomian daerah. Adapun potensi ekonomi yang dapat dikembangkan masyarakat dengan dukungan listrik bisa dari berbagai sektor, seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan,” tuturnya saat peresmian secara simbolis, beberapa waktu lalu.

Kebutuhan listrik meningkat 5 kali lipat pada 2060

Sebagai informasi, kebutuhan listrik diprediksi bakal mencapai 1.800 TWh pada 2060. Perkiraan tersebut diasumsikan dengan pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 4,6%.

Artinya, akan ada penambahan kapasitas sebesar 1.500 TWh pada tahun tersebut. Nilai ini setara lima kali lipat dari kapasitas listrik saat ini yang sebesar 300 TWh

Pada kesempatan lain, Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, pihaknya akan menutup selisih kebutuhan listrik tersebut melalui Energi Baru Terbarukan (EBT). Meskipun demikian, kata dia, bukan berarti PLN akan membangun pembangkit baru dan menutup pembangkit lama.

“Beberapa dari pembangkit yang sudah berjalan akan ikut dalam program co-firing. Selain itu, PLN akan memasifkan penggunaan kendaraan listrik, serta mengonversi pembangkit listrik primer tenaga diesel dan batu bara secara bertahap,” jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat, 30 Juli 2021.

Menurutnya, perseroan tetap harus mempertimbangkan kondisi supply dan demand agar kondisi oversupply yang saat ini terjadi, dapat membaik.

Ke depan, lanjut Darmawan, proyek penambahan pembangkit difokuskan pada EBT, salah satunya melalui dekarbonisasi. Di sisi lain, perusahaan pelat merah ini juga akan meningkatkan investasi EBT guna mendukung target nol emisi karbon atau net zero emission pada 2060.

Strategi yang diambil dengan mulai memensiunkan generasi pertama Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang subcritical pada 2030. Program ini nantinya akan dilanjutkan pada tahun berikutnya sehingga pada 2060 seluruh PLTU bisa digantikan pembangkit berbasis EBT.

Darmawan menegaskan, untuk pembangunan pembangkit EBT ke depan, PLN akan melakukannya dengan hati-hati. Dengan kata lain, apabila di suatu daerah suplai listriknya sudah melebihi kapasitas, maka pembangkit EBT tidak akan dibangun di wilayah tersebut.