<p>Karyawan memberikan salam sambut peserta BP Jamsostek yang datang untuk melakukan klaim melalui Layanan Tanpa Kontak Fisik (Lapak Asik) di kantor Cabang Jakarta Menara Jamsostek, Jakarta, Jum&#8217;at, 10 Juli 2020. Seiring dengan meningkatnya gelombang pemutusan hubungan kerja di tengah pandemi Covid-19, klaim BPJS Ketenagakerjaan turut melonjak. Pencairan tabungan di BP Jamsostek menjadi alternatif untuk mendukung daya beli pekerja yang tergerus. Sementara dalam rangka adaptasi kebiasaan baru dan untuk memutus penyebaran virus corona, BP Jamsostek telah menerapkan protokol pelayanan secara daring dan tanpa pertemuan secara fisik. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Investasi Saham Jamsostek Boncos Rp32,8 Triliun

  • Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Jamsostek) di pasar modal telah menyentuh Rp32,8 triliun.  Deputi Komisioner Pengawas Industri Non-Ban
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan unrealized loss Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Jamsostek) di pasar modal telah menyentuh Rp32,8 triliun.  Deputi Komisioner Pengawas Industri Non-Bank (IKNB) OJK Mochammad Ihsanuddin mengatakan pihaknya masih belum melakukan settlement menyeluruh terhadap portofolio investasi Jamsostek.

“Statusnya masih unrealized loss karena belum dilakukan settlement. Bisa jadi ada juga unrealized gain dari portofolionya,” kata Ihsan dalam rapat bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rabu, 15 September 2021.

Padahal, Jamsostek telah melakukan aksi taking profit melalui penjualan saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan POT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Namun, nyatanya aksi tersebut masih belum bisa menutupi unrealized loss dari portofolio lainnya.

Dari transaksi tersebut, Jamsostek mengantongi capital gain sebesar Rp14,8 miliar. Direktur Jamsostek Edwin Michael Ridwan mengatakan pencairan dana hasil transaksi masih dalam proses.

Edwin juga mengabarkan akan menambah kepemilikan saham Jamsostek di emiten yang dinilai memiliki prospek cerah. Sebagai informasi, portofolio saham dan reksa dana BPJS Ketenagakerjaan mencapai 17% dan 8% dari keseluruhan dana investasi Rp486,38 triliun.

Dengan kata lain, dana yang ditempatkan BPJS Ketenagakerjaan di saham dan reksadana tercatat sebesar Rp82,68 triliun dan Rp38,9 triliun. Emiten yang dipilih Edwin itu antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

“Kami melihat prospek CPO masih jauh lebih baik, kami akan kaji rekomendasi cut loss untuk portofolio lain” papar Edwin.

Adapun portofolio Jamsostek terdiri dari PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebanyak 150 juta unit, Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebanyak 86,9 juta unit. Kemudian ada PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) masing-masing sebanyak 46,9 juta, 46,6 juta, dan 46,5 juta unit.

Adapun portofolio saham BPJS Ketenagakerjaan lainnya ditempatkan di PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebanyak 60 juta unit, hingga PT Astra International Tbk (ASII) 26 juta unit.

Lalu PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masing-masing mencapai 25 juta dan 23 juta unit. 

Kerugian yang tidak disadari ini juga terjadi pada investasi reksadana. Pada instrumen tersebut, Jamsostek dikabarkan merugi Rp8,1 triliun.