Investasi Sektor Properti Asia Pasifik Tumbuh Positif di Tengah Tekanan Suku Bunga
- JLL Indonesia memprediksi industri properti khususnya sektor real estate Asia Pasifik mampu bertahan dari tekanan suku bunga.
Industri
JAKARTA - Konsultan Properti JLL Indonesia memprediksi industri properti khususnya sektor real estate Asia Pasifik mampu bertahan dari tekanan suku bunga dan meningkatnya ketidakpastian global.
Hal itu didasari dengan terlihatnya persaingan ketat untuk sejumlah aset dan investasi langsung bisa mencapai lebih dari US$200 miliar di wilayah Asia Pasifik sepanjang 2022.
Berdasarkan laporan JLL Capital Tracker Q1 2022, dikutip Senin, 30 Mei 2022, investor terus mendiversifikasi penanaman modal di Asia Pasifik. Hal tersebut ditandai dengan laju investasi pada aset ritel, perkantoran, dan pertumbuhan investasi yang ada di Singapura, Korea Selatan, dan Australia.
- Mantap! 4 Gerbang Ikonik Candi Borobudur Sudah Rampung Dibangun
- Asteroid Berdiameter 1,8 Km Mendekati Bumi
- Pasti Legal Link Nonton Film KKN Desa Penari Full Movie, Bukan Telegram, LK21, dan IndoXXI
Pertumbuhan investasi di sektor real estate Asia Pasifik juga mengalami keberlanjutan pada kuartal I-2022 dengan kenaikan sebesar 20% secara year-on-year (yoy).
Transaksi investasi langsung di sektor properrti sendiri bisa mencapai US$40,8 miliar sepanjang awal tahun 2022 di tiga negara tersebut. Sedangkan secara sektoral, investasi di sektor ritel dan perkantoran mengalami penguatan serta sektor logistik dan industri mengalami pertumbuhan tipis 3,5% secara tahunan.
Investasi di Real Estate
Pertumbuhan investasi di real estate dialami oleh Singapura pada kuartal I-2022 dengan kenaikan sebesar 134% yoy menjadi US$5,7 miliar didorong dengan transaksi di sektor perkantoran dan ritel.
Di Korea Selatan, tercatat kenaikan kinerja positif pada kuartal I-2022 sebesar 89% yoy menjadi US$8,2 miliar yang didukung oleh diversifikasi pada sektor perkantoran, ritel, serta logistik dan industri.
Untuk Australia, pertumbuhan investasi pada kuartal pertama ini sebesar 49% seiring dengan suntikan modal investor US$4,7 miliar, baik ke properti ataupun sektor perkantoran.
Kemudian, Jepang masih menempati posisi sebagai negara dengan pasar investasi terbesar di kawasan Asia Pasifik dengan pangsa pasar US$8,5 miliar. Meski begitu, Jepang mengalami penurunan secara yoy sebesar 26%. Sementara, China masih stagnan pada kuartal ini dengan total volume investasi US$8,3 Miliar.
Investasi Sektor Ritel
Investasi di sektor ritel juga mengalami pertumbuhan terbesar pada kuartal I-2022 sebesar 39% yoy. Sepanjang periode tersebut ada sebanyak US$8 miliar nilai yang mengalir ke aset ritel. Kenaikan tersebut didorong seiring melonggarnya pembatasan mobilitas masyakarat.
Selanjutnya, imbal hasil yang menarik dan diversifikasi protofolio mendorong kepercayaan diri investor terhadap prospek ruang ritel. Hal ini bisa dilihat pada transaksi Tanglin Shopping Center sebesar US$642 juta di Singapura, di Korea tepatnya Seongsoo E-mart sebesar US$552 juta, dan Casuarina Square di Asutralia sebesar US$288 juta.
Investasi Sektor Perkantoran
Transaksi di sektor perkantoran masih paling populer di Asi Pasifik dengan volume instansi tumbuh 9% menjadi US$17,3 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
Perolehan tersebut didorong oleh bisnis penyawaan dan permintaan tinggi dengan transaksi yang terjadi antara lain di AlphaDom City Alpharium Tower US$846 juta di Korea Selatan, Cross Street Exchange US$600 juta di Singapura, dan Darling Quarter US$453 juta untuk 50% saham di Australia.
Investasi Sektor Logistik dan Industri
Aktivitas sektor logistik dan industri naik tipis 3,5% dengan perolehan dana sebesar US$8,3 miliar. Sedangkan pada sektor perhotelan mencapai US$3,1 miliar seiring banyaknya hotel yang berpindah tangan dan sejumlah investor mengubah sejumlah aset hotel yang tidak menghasilkan keuntungan.
JLL Indonesia memperkirakan sektor ini akan rebound lebih jauh di 2022 dengan prediksi transaksi sebesar US$10,7 miliar atau naik 15% dibandingkan dengan 2021.