<p>Harita Nickel merogoh kocek Rp14 triliun untuk investasi pabrik baterai mobil listrik ini. / Harita Nickel</p>
Industri

Investor AS dan Jepang Hengkang Dari China, RI Gelar Karpet Merah

  • JAKARTA – Sejumlah negara produsen seperti Amerika Serikat dan Jepang berencana merelokasi investasinya dari China ke negara lainnya di Asia Tenggara. Menyambut peluang ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) untuk memfasilitasi calon investor. Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan Satgas khusus ini ditujukan untuk ‘menjemput bola’ perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi […]

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

JAKARTA – Sejumlah negara produsen seperti Amerika Serikat dan Jepang berencana merelokasi investasinya dari China ke negara lainnya di Asia Tenggara. Menyambut peluang ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) untuk memfasilitasi calon investor.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan Satgas khusus ini ditujukan untuk ‘menjemput bola’ perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi investasi agar tertarik masuk ke Indonesia.

“Tim Satgas tersebut memiliki tiga tugas khusus. Pertama, mendeteksi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan relokasi. Kedua, mengecek kemudahan-kemudahan yang diberikan negara-negara lain. Ketiga, memberi kewenangan kepada mereka untuk membuat keputusan dalam bernegosiasi,” jelas Bahlil di Jakarta, Senin, 22 Juni 2020.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyambut baik upaya yang dilakukan BKPM ini. Pria yang akrab disapa Kang Emil ini juga menegaskan Jawa Barat siap menampung relokasi investasi dari China maupun berbagai investasi baru.

Saat ini Jawa Barat menjadi salah satu jantung industri nasional. Provinsi ini dipadati oleh kawasan industri. Setidaknya, terdapat lebih dari 20 kawasan industri yang berlokasi di Jawa Barat dengan luas lahan yang tergolong besar dibandingkan kawasan industri di daerah lain. Bahkan, kawasan industri yang tergolong terbesar di Asia Tenggara berada di Jawa Barat, yakni kawasan industri Karawang, Bekasi, dan Cikarang.

Jabar Gaet Investor

Sejak tahun lalu, Provinsi Jawa Barat sudah mengincar peluang investasi dengan maraknya relokasi investasi dari China. Pada acara West Java Investment Summit 2019 pada Oktober tahun lalu, misalnya, sebanyak 26 memoramdum of understanding (MoU) diteken antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek investasi di Jawa Barat.

Dalam beberapa tahun terakhir, realisasi investasi di Jawa Barat beberapa kali menduduki peringkat pertama di Indonesia. Sepanjang 2019, misalnya, realisasi investasi di Jawa Barat mencapai Rp137,5 triliun.

Beberapa investasi besar yang masuk ke Jawa barat pada tahun lalu antara lain Amazon dengan investasi sebesar Rp40 triliun dan Hyundai yang menggelontorkan investasi sebesar Rp100 triliun. Namun, dengan adanya COVID-19, industri di Jawa Barat mengalami penurunan.

“Sektor jasa mengalami penurunan mencapai 4,8 persen, dan sektor industri manufaktur menurun 4,2 persen, akibat pandemi COVID-19,” kata Ridwan, Senin, 22 Juni 2020.

Itu sebabnya, Jawa Barat harus terus menarik investasi yang lebih besar untuk mengembalikan kondisi perekonomian pasca COVID-10. Ridwan mengatakan pihaknya siap untuk menyambut peluang investasi yang masuk di kawasannya.

“Jawa Barat akan terus meningkatkan kemudahan birokrasi dan proaktif menjemput investasi. Kami optimis, investasi ke Jawa Barat akan mulai pulih seiring baiknya penanganan dan pengendalian COVID-19 di provinsi tersebut,” katanya.

Berebut Investor

Namun, menarik relokasi investasi dari China tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Maklum, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain seperti Vietnam maupun Thailand yang menyiapkan berbagai daya tarik untuk menampung relokasi investasi dari China.

Dalam kesempatan terpisah, Partner Fiscal Research DDTC Bawono Kristiaji menyampaikan salah satu hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri pasca pandemi COVID-19 adalah dengan memberikan insentif fiskal yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing industri.

Menurut Bawono, pemerintah sebetulnya sudah memberikan beragam insentif pajak bagi perusahaan-perusahaan yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Namun pemanfaatannya belum maksimal.

“Jadi, perlu evaluasi bersama untuk menentukan bentuk insentif yang lebih tepat sasaran,” ujar Bawono.

Diharapkan dengan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, termasuk insentif yang menarik dari Kementerian Keuangan dan fasilitasi realisasi investasi yang cepat dari BKPM, maka tidak mustahil Indonesia, khususnya Jawa Barat dapat menarik lebih banyak investasi di masa paska COVID-19 ini dan meningkatkan daya saing bangsa di pasar global. (SKO)