PT Bank Net Syariah Tbk (BANK) atau Bank Aladin / Dok. Perseroan
Pasar Modal

Investor Asing Lego Saham Bank Aladin Rp5,8 Triliun di Harga Rp2.920 Selembar, Ada Apa?

  • Transaksi tersebut terjadi di pasar nego dengan harga saham yang disepakati adalah Rp2.920 atau lebih rendah dibandingkan dengan harga saham BANK di bursa pada penutupan perdagangan kemarin yang menyentuh Rp2.950 per lembar.
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramaikan dengan aksi crossing bernilai jumbo atas saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) pada Kamis, 30 September 2021. Menghimpun data dari RTI Infokom, terdapat transaksi jual oleh investor asing di pasar negosiasi senilai Rp5,8 triliun dengan transaksi terbesar dicatatkan oleh sekuritas berkode XA.

Perusahaan sekuritas berkode XA tersebut diketahui adalah NH Korindo Sekuritas Indonesia. Transaksi tersebut terjadi di pasar nego dengan harga saham yang disepakati adalah Rp2.920 atau lebih rendah dibandingkan dengan harga saham BANK di bursa pada penutupan perdagangan kemarin yang menyentuh Rp2.950 per lembar.

Adapun sekuritas yang menampung penjualan 2 miliar saham tersebut adalah BNC Sekuritas. Namun, manajemen Bank Aladin belum mengumumkan keterbukaan informasi terkait transaksi tersebut. Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Komposisi kepemilikan BANK dikuasai oleh PT Aladin Global Ventures, yakni 60% atau setara 7,98 miliar saham. 

Lalu, disusul oleh Bortolo International Ltd sebanyak 2,64 miliar saham atau 19,97%, dan Kasa Universal Inc dengan porsi 6,16% atau 2,64 miliar saham. Adapun 13,44 % atau 1,77 miliar saham lain dimiliki oleh investor publik.

Pada semester I-2021, BANK mencatatkan kinerja yang negatif. Hal ini tercermin dari rugi bersih senilai Rp3,13 miliar, padahal, pada periode yang sama tahun lalu, Bank Aladin mampu meraup laba sebesar Rp60,41 miliar.

Penyebab kerugian perseroan adalah bengkaknya beban usaha sebesar 57%. Hingga Juni 2021, beban usaha Bank Aladin tercatat Rp37,88 miliar, dari periode tahun lalu Rp24,12 miliar.

Usut punya usut, lonjakan terbesar beban usaha berasal dari pos gaji dan kesejahteraan karyawan. Di laporan keuangan tertulis, gaji dan kesejahteraan senilai Rp22,72 miliar, terbang 140,24% dari semula Rp9,45 triliun pada Juni 2020.

Meski membukukan rugi, perseroan justru mencatat kenaikan pendapatan sebesar 10,23% menjadi Rp 18,46 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp16,75 miliar.

Adapun, aset perusahaan tercatat senilai Rp1,20 triliun, melesat 67,24% dari Rp721,39 miliar pada Desember 2020.

Sementara itu, liabilitas perusahaan tercatat turun 55,72% menjadi Rp17,69 miliar dari posisi akhir 2020 sebesar Rp39,96 miliar. Alhasil ekuitas perusahaan tercatat naik 59,50% menjadi Rp1,15 triliun dari semula Rp641,27 miliar pada Desember 2020.