Investor Asing Mulai Serbu Saham Telkom (TLKM), Bagaimana Prospeknya di Tahun 2025?
- Sejumlah investor asing tampak mulai mengakumulasi saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Lalu, bagaimana prospek saham ini di tahun 2025 di tengah target dividen yang lumayan oleh Kementerian BUMN.
Korporasi
JAKARTA – Sejumlah investor asing tampak mulai mengakumulasi saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Hal ini terpantau dari net foreign buy saham pada perdagangan kemarin, Senin, 13 Januari 2025.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham TLKM pada perdagangan kemarin terpantau diborong oleh investor asing dengan transaksi mencapai Rp106 miliar. Akumulasi net buy ini menandakan katalis positif bagi saham ini.
Diketahui, broker berkodekan KZ yakni PT CLSA Sekuritas Indonesia menjadi yang atraktif memburu saham ini dengan transaksi Rp37,7 miliar. Ini diikuti oleh OCBC Sekuritas Indonesia dengan transaksi Rp27,1 miliar, dan Macquarie Sekuritas dengan transaksi Rp19,9 miliar.
- Banjir Impor Hancurkan Industri Tekstil, RI Rugi Rp235 Triliun
- Apa Itu Koin Jagat, Game Viral yang Picu Kerusakan Fasilitas Umum
- Ini Simulasi Hitungan PPN 12 Persen Untuk Hunian Mewah 2025
Sementara itu, hingga pukul 10.56 WIB pada perdagangan Selasa, 14 Januari 2025, saham TLKM tercatat melemah 1,50% ke level Rp2.630 per saham, sehingga menurun sekitar 2,95% secara year-to-date. Lantas, berapa target harga saham emiten telekomunikasi ini pada tahun 2025?
Asal tahu saja, saham emiten telekomunikasi pelat merah ini memang mengalami tekanan sepanjang tahun lalu. Sebagai gambaran, saham TLKM turun 32,13% dalam setahun terakhir. Konsensus analis yang dihimpun Bloomberg menetapkan target harga saham TLKM sebesar Rp3.617,50 per lembar untuk 12 bulan ke depan.
Sebelumnya, manajemen TLKM pada akhir 2024 lalu mengungkapkan alasan di balik tekanan harga saham perseroan. Salah satunya adalah mayoritas saham publik TLKM dimiliki oleh investor asing yang sejauh ini lebih memilih untuk mengalihkan portofolionya.
Selain itu, faktor potensi disrupsi dari kehadiran Starlink dan ketatnya persaingan di industri telekomunikasi nasional turut mempengaruhi kinerja saham TLKM. Pesaing TLKM mulai mengembangkan ekspansi ke luar Pulau Jawa, yang sedikit banyak menggoyahkan pangsa pasar perseroan.
Di sisi fundamental, meskipun menghadapi tantangan, manajemen TLKM tetap optimistis dengan sejumlah strategi yang diterapkan, seperti mempertahankan pangsa pasar seluler, mengembangkan layanan IndiHome, serta memperluas bisnis data center. "Dengan ini, kami percaya bahwa dalam jangka menengah, perusahaan ini berada di jalur yang tepat," kata Heri Supriadi, Direktur Keuangan TLKM, pada November 2024.
- Deretan Layanan E-commerce yang Tutup di Indonesia
- BUMI, PTBA dan ITMG Masih Diandalkan Di Tengah Bayang-bayang Transisi Energi
- Ditetapkan Jokowi, Ini Sederet Kontroversi PSN PIK 2
Dinamika TLKM 2025
Pada tahun 2025, TLKM menghadapi sejumlah tantangan di industri telekomunikasi, seperti potensi merger dan persaingan yang semakin ketat. Selain itu, TLKM juga memiliki agenda penting, termasuk tuntutan peningkatan dividen dan rencana bergabung dengan BPI Danantara.
Pemerintah Indonesia menaikkan target dividen BUMN pada 2025 menjadi Rp90 triliun, yang meningkat sekitar 4,85% dibandingkan dengan target setoran 2024 yang sebesar Rp85,84 triliun. TLKM, sebagai salah satu BUMN terbesar, diperkirakan akan berkontribusi besar terhadap pencapaian target dividen ini.
Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa kenaikan target dividen ini menjadi suntikan positif bagi pemerintahan yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang berencana untuk meningkatkan pemasukan negara. Ia yakin bahwa kinerja dividen akan semakin baik seiring dengan upaya transformasi yang terus dilakukan perusahaan BUMN. Erick juga menginstruksikan BUMN untuk melakukan efisiensi agar target dividen tersebut tercapai.
TLKM sendiri sebelumnya menyatakan akan tetap konsisten membagikan dividen, dengan rasio antara 70%-80% dari laba bersih, termasuk untuk tahun buku 2024. Heri Supriadi, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, menambahkan bahwa perusahaan selalu mengacu pada pedoman dividen yang ada, dengan fokus pada peningkatan dividen per saha