Investor Domestik Menanggung Asa di Tengah Tren Capital Outflow
- Investor domestik diperkirakan akan terus mendukung ketahanan pasar saham Indonesia di tengah tren dana asing yang keluar (capital outflow) sepanjang tahun 2023.
Bursa Saham
JAKARTA – Investor domestik diperkirakan akan terus mendukung ketahanan pasar saham Indonesia di tengah tren dana asing yang keluar (capital outflow) sepanjang tahun 2023.
Berdasarkan data yang dihimpun TrenAsia.com, hingga akhir Desember 2023, tercatat dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia sekitar Rp6 triliun. Berbanding terbalik dari tahun 2022, di mana dana asing yang masuk (capital inflow) mencapai Rp61 triliun.
Baru-baru ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mengklaim telah terjadi penurunan rata-rata nilai transaksi harian (RTNH) di pasar regular yang signifikan, yaitu mencapai 27% year-on-year (yoy) menjadi hanya Rp9 triliun dari Rp12 triliun pada periode tahun lalu.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy justru melihat kondisi tersebut sebagai sebuah optimisme. Dia merujuk pada kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus melanjutkan reli pada awal tahun ini, meskipun terjadi capital outflow.
- Singapura Larang Penggalangan Dana untuk Pengaruhi Pilpres Indonesia
- CEO McDonald's Akui Dampak Boikot Ganggu Kinerja Perusahaan
- Dampak Kecelakaan KA Turangga, Daop 1 Jakarta Beri Kompensasi Tiket 100 Persen
“Ini menunjukkan bahwa ke depannya, kekuatan terus menerus dari investor domestik diharapkan akan mendukung indeks, berpotensi menghasilkan kinerja yang lebih positif,” ujarnya ketika dikonfirmasi, Jumat, 5 Januari 2024.
Size Kecil jadi Keuntungan
Menurutnya, ukuran pasar saham Indonesia yang lebih kecil dibandingkan dengan pasar lainnya di regional dapat dianggap sebagai peluang pertumbuhan eksponensial.
Jika diamati lebih dalam, lima perusahaan tercatat di BEI dengan kapitalisasi pasar terbesar memang hanya bernilai US$273 miliar. Jauh dibandingkan dengan emiten top five lainnya di Korea Selatan, Jepang, dan India, yang masing-masing mencapai US$628 miliar, US$672 miliar, dan US$691 miliar.
“Di satu sisi, hal ini bisa dianggap sebagai pertimbangan bagi investor asing yang masih lebih memilih untuk berinvestasi di bursa saham beberapa negara Asia lain dengan ukuran yang lebih besar,” jelas Robertus.
- Pemerintah Subsidi 264 Rute Penerbangan Penumpang dan 44 Rute Kargo Perintis
- TikTok Masih Lakukan Transaksi Jual Beli di Platform, Zulhas : Dalam Pengecualian
- Penumpang Bandara Soetta Naik 13 Persen Selama Libur Akhir Tahun 2023
Sisi lainnya lagi, kata dia, hal ini juga bisa dianggap sebagai peluang bagi investor asing untuk menjadi pelaku awal di pasar yang menjanjikan dengan potensi pertumbuhan eksponensial dalam jangka panjang dibandingkan dengan negara-negara yang lebih maju.
Jaga Optimisme di Tahun Politik
Robertus melihat bahwa reli pada IHSG, yang telah berlangsung sejak awal November, memerlukan konsolidasi yang sehat agar dapat mempertahankan keuntungan jangka Panjang lebih lanjut.
Dia tetap mempertahankan ekspektasi bahwa The Fed dan Bank Indonesia (BI) masih memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga menuju semester kedua tahun ini, mengingat tingkat inflasi yang masih terkendali.
“Oleh karena itu, kami mempertahankan target IHSG kami pada 8.100 untuk tahun ini,” paparnya.
Secara teknis, Robertus memaparkan bahwa target tersebut mengimplikasikan rasio P/E sekitar 14-15x dengan pertumbuhan EPS sekitar 5% - 6% yoy dari trailing EPS saat ini.
Rekomendasi Saham
Dengan analisis itu, ia melakukan pemilihan saham pada beberapa sektor dan perusahaan yang diyakini masih memiliki neraca yang solid dan prospek kinerja operasional untuk menahan potensi hambatan sepanjang semester pertama tahun ini.
- 3 Rekomendasi Film Netflix untuk Ditonton Saat Akhir Tahun
- 5 Rekomendasi Wisata Menarik di Magetan Selain Sarangan
- Perdagangan Pertama Tahun Ini, Saham EMTK hingga SCMA Layak Dicermati
Pada sektor perbankan, Robertus merekomendasikan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Sedangkan sektor untuk konsumen non-siklikal terdapat saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) serta PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).
Sementara itu, untuk saham-saham pada sektor konsumen siklikal dirinya menjagokan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dilanjut sektor telekomunikasi di antaranya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT).
“Adapun untuk sektor industri sendiri terdapat PT Astra International Tbk (ASII),” pungkasnya.