Investor Kabur ke Malaysia, RI Perlu Agresif Garap Industri Hijau
- Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan investor asing lebih memilih menanamkan modalnya di di Malaysia karena Indonesia kurang industri hijau.
Energi
JAKARTA - Energi Baru dan Terbarukan (EBT) telah menjadi fokus global untuk menuju Net Zero Emission 2060, ternyata sudah menyasar ke industri saat ini atau industri hijau. Namun Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan investor asing lebih memilih menanamkan modalnya di di Malaysia karena Indonesia kurang industri hijau.
Rosan menjelaskan, saat ini industri-industri di Indonesia masih ditenagai energi fosil atau kotor. Padahal investor asing tengah mencari tempat penanaman modal dengan basis industri hijau sebagai syarat utama.
“Banyak investasi yang mau masuk ke Indonesia contohnya Data Center tapi investor melihat dan beralih ke negara lain misalnya Malaysia karena ingin adanya tenaga dari energi hijau,” kata Rosan dalam konferensi pers Realisasi Investasi Kuartal III-2024 di Kementerian BKPM, Selasa, 15 Oktober 2024.
- Harga Emas 16 Oktober 2024 Naik Rp3.000
- Harga Sembako di Jakarta 16 Oktober 2024: Garam Dapur Naik, Gas Elpiji 3 Kg Turun
- PGEO dan AMMN Topang Penguatan Saham LQ45 di Pembukaan 16 Oktober 2024
Oleh sebab itu, Rosan yang pernah memiliki posisi tinggi di sejumlah perusahaan batu bara seperti PT Berau Coal Energy dan PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) itu, mengaku akan terus mendorong agar pemerintah fokus membangun industri-industri hijau. Jika tidak maka ke depan investor asing akan semakin sulit berinvestasi ke Indonesia.
Rosan mengakui investor meminta pemerintah menciptakan ekosistem usaha yang nyaman di Indonesia, seperti penyediaan energi bersih untuk tenagai pabrik-pabrik atau manufaktur.
5 Tahun Hilirisasi
Sisi realisasi investasi di bidang hilirisasi atau proses pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai selama tahun 2020 hingga September 2024 mencapai Rp1,245 triliun. Rosan mengatakan realisasi investasi di bidang hilirisasi ini memberikan porsi 22,18%.
Lebih lanjut, realisasi investasi di bidang hilirisasi terbesar diperoleh dari sektor mineral yaitu smelter dengan total Rp759,8 triliun. Di mana nikel di angka Rp514,8 triliun, tembaga diangka Rp46,77 triliun. Sedangkan bauksit Rp194,2 triliun dan timah Rp4,02 triliun.
Lalu untuk hilirisasi sektor kehutanan atau Pupl dan paper diangka Rp196,9 triliun, sektor pertanian CPO atau oleochemical di angka Rp130,23 triliun. Dari sektor minyak dan gas terutama di petrochemical realisasi investasinya sendiri mencapai Rp139,6 triliun dan ekosistem kendaraan listrik dalam hal ini baterai mencapai Rp19,14 triliun.