Nampak sejumlah pekerja melakukan pengecekan proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2A CP201 di kawasan Monas,Jakarta Kamis 23 Maret 2023. Pembangunan Stasiun Thamrin dan Monas pada konstruksi fase 2A MRT Jakarta saat ini telah mencapai 53,03 persen hingga 25 Februari 2023. Sementara itu mesin bor terowongan 1 (TBM-1) telah berhasil membangun terowongan northbound dari Stasiun Thamrin menuju Stasiun Bundaran HI sepanjang 400 meter, dari total 562 meter. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Investor LRT Bali Dapat Konsesi 50 Tahun, Berikut Rute Kereta Perdana di Pulau Dewata

  • Dalam proses kesepakatan tersebut BIP akan diberikan konsesi kepemilikan proyek minimal selama 50 tahun yang akan dikelola bersama antara pemerintah daerah dan investor. Setelah kontrak habis, kepemilikan akan sepenuhnya dikembalikan pada pemerintah Provinsi Bali.
Nasional
Muhammad Imam Hatami

Muhammad Imam Hatami

Author

JAKARTA - Bali dikenal sebagai destinasi wisata yang dikunjungi jutaan turis setiap tahunnya. Para turis sering kali menghadapi masalah kemacetan yang semakin hari makan padat layaknya kota Jakarta. Kemacetan ini terjadi  akibat kurangnya transportasi umum massal dan kepadatan lalu lintas yang dipicu oleh pariwisata. 

Berbeda dengan kota-kota pusat ekonomi dan wisata lainya seperti Jakarta, Singapura, dan Kuala Lumpur yang telah memiliki sistem transportasi massal yang memadai, Bali masih mempunyai sistem transportasi yang kurang layak. Kini pemerintah Bali berupaya mengatasi tantangan ini dengan pembangunan sistem transportasi massal berbasis kereta. 

Kemarin, Rabu, 4 September 2024, Pemerintah Provinsi Bali telah melaksanakan upacara adat hindu ngeruwak dalam rangka memulai pembangunan poyek kereta ini. Pemerinta Bali telah menunjuk PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ), badan usaha usaha milik Pemperov Bali sebagai inisiator poyek ini.

Cari Investor Nilai Kontrak Selama 50 Tahun

Uniknya, seluruh pembiayaan proyek ini akan sepenuhnya ditanggung oleh investor, tanpa melibatkan dana dari APBD atau APBN. Sebagai inisiator, PT Sarana Bali Dwipa Jaya juga diminta untuk mencari Investor sesuai kebutuhan Investasi.

Pada bulan Juli 2024, PT Bumi Indah Prima (BIP) terpilih sebagai investor utama setelah menyetujui konsep pembiayaan, dengan penandatanganan kerja sama yang dihadiri oleh Menteri PPN/Bappenas, Suharso Monoarfa.

Keseluruhan proses pembangunan proyek ini diperkirakan menelan biaya sekitar US$20 miliar atau sekitar Rp308,3 triliun (kurs Rp15.420).

Dalam proses kesepakatan tersebut BIP akan diberikan konsesi kepemilikan proyek minimal selama 50 tahun yang akan dikelola bersama antara pemerintah daerah dan investor. Setelah kontrak habis, kepemilikan akan sepenuhnya dikembalikan pada pemerintah Provinsi Bali.

Dibangun di Bawah Tanah

Proyek kereta ini sepenuhnya akan dibangun di bawah tanah untuk menghindari penggunaan lahan permukaan yang terbatas dan mengurangi dampak lingkungan. Kedalaman rel bawah tanah telah dikaji oleh tim ahli dari Korea Selatan, hasil uji kelayakan menunjukkan pembangunan ini tidak akan berdampak negatif pada pemukiman di atas jalur kereta.

Nantinya sistem kereta bawah tanah di Bali, akan mirip dengan sistem MRT Jakarta. Baik dari segi fasilitas, stasiun bawah tanah, kenyamanan kemungkinan akan sangat mirip dengan MRT Jakarta.

fase pertama, jalur kereta bawah tanah akan menghubungkan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dengan sejumlah titik wisata populer, Seperti Sentral Park Kuta, Seminyak, Berawa, dan Cemagi. 

“Untuk fase pertama kami proyeksi bisa beroperasi di awal 2028. Untuk fase dua di akhir 2028.” terang I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, atau lebih dikenal sebagai Ari Askhara, saat prosesi peletakan batu pertama, di Bali, dikutip, Kamis, 5 September 2024.

Fase ini diperkirakan akan menjadi proses pembangunan yang paling menantang karena jalur yang harus melewati tanah berbatu keras di beberapa bagian, dengan total panjang sekitar 16 kilometer.

"Kenapa? Kuta, Seminyak, Canggu, Cemagi itu berbatu sehingga mengakibatkan pekerjaan agak sedikit lambat dengan proses pengeboran 3 meter per hari. Kalau Nusa Dua itu tanah kapur, bisa habiskan proses 30 meter per hari sehingga lebih cepat," tambah Ari.

Fase kedua akan menghubungkan Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan wilayah Jimbaran, Universitas Udayana, dan kawasan Nusa Dua. Jalur sepanjang 13,5 kilometer diprediksi lebih mudah dikerjakan karena struktur tanah di daerah tersebut lebih didominasi oleh batuan kapur. Pembangunan fase pertama dan kedua dijadwalkan dimulai secara bersamaan.

"Sementara itu, untuk keseluruhan Fase 1 dan Fase 2 akan beroperasi penuh pada akhir 2031," Pungkas Ari.

Fase ketiga dari proyek ini akan menghubungkan Sentral Parkir Kuta dengan Sesetan, Renon, dan Sanur. Sementara fase terakhir akan memperluas jaringan hingga Renon, Sukawati, dan Ubud, menghubungkan wilayah pusat kota dengan destinasi wisata budaya terkenal di Bali.

Proyek ini diharapkan dapat menjadi terobosan besar dalam pembangunan infrastruktur transportasi Bali, mendukung mobilitas yang lebih baik bagi masyarakat dan meningkatkan daya tarik wisata pulau tersebut.