Investree Akui Adaptasi Cloud Computing di P2P Lending Masih Menantang
- Sebagai industri yang ‘menjual’ teknologi, rupanya adaptasi teknologi komputasi awan atau (cloud computing) di kalangan penyelenggara fintech peer to peer (P2P) lending masih cukup menantang
Fintech
JAKARTA – Sebagai industri yang ‘menjual’ teknologi, rupanya adaptasi teknologi komputasi awan atau (cloud computing) di kalangan penyelenggara fintech peer to peer (P2P) lending masih cukup menantang.
Chief Information Officer (CIO) PT Investree Radhika Jaya (Investree), Dickie Widjaja tak menampik industri fintech punya beban berat karena namanya financial technology. Sehingga, ekspektasi masyarakat terhadap industri ini tinggi.
“Pada kenyataannya, teknologi ini kan baru jadi perlu waktu. Kita semua perlu penyesuaian untuk menyerap teknologi komputasi awan,” kata Dickie dalam Fintech Talk, Senin 6 Desember 2021.
- BEI Terapkan Aturan dan Fitur Baru, Perdagangan di Pasar Negosiasi Kian Longgar
- Kenapa Tank T-54 Soviet Sangat Laris?
- Tok! BEI Resmi Tutup Kode Broker Selama Sesi Perdagangan
Beruntung, saat ini sudah banyak perusahaan global yang menawarkan layanan komputasi awan bagi perusahaan di seluruh dunia. Sehingga, perusahaan punya pilihan antara membangun data center sendiri atau berlangganan layanan komputasi awan.
Selain mampu mengadopsi teknologi ini, lanjut Dickie, pelaku start up fintech juga harus paham kebutuhan perusahaan. Pasalnya, sejumlah perusahaan penyedia komputasi awan seperti Amazon Web Service memiliki banyak fitur yang belum tentu semuanya sesuai dengan kondisi perusahaan.
“Misalnya, buat apa kita naik mobil Ferrari dari titik A ke B yang jaraknya sangat dekat. Naik Ferrari tentunya nilai plus, tapi kalau kebutuhannya tidak sesuai jadinya nggak efisien, jadi harus pilih yang punya nilai dan dampak positif ke customer experience” sambung dia.
Dengan kemampuan memilih fitur yang sesuai, perusahaan fintech bisa mengoptimalisasi layanan dan pada akhirnya berkembang besar sehingga bisa memanfaatkan semua fitur yang ada.
“Saya yakin kalau kita bisa memanfaatkan semua fitur dari teknologi ini, maka perusahaan Indonesia akan jauh lebih inovatif lagi.”
Risiko Berlangganan Cloud Computing
Kendati meyakini bahwa menggunakan jasa cloud computing dari pihak penyedia sangat bermanfaat, namun Dickie juga mengungkapkan teknologi ini juga memiliki sejumlah risiko.
“Bukan berarti perusahaan yang membeli layanan cloud computing jadi bebas risiko. Hanya saja, risikonya lebih rendah karena ada penyedia teknologi yang bertanggung jawab.”
Dengan menggunakan layanan komputasi awan, perusahaan bisa meminimalisasi risiko keamanan serta menghemat ongkos.
“Kalau kita punya data center sendiri tentu biayanya akan sangat mahal. Kedua, risiko keamanan sepenuhnya jadi tanggung jawab kita, dan pengelolaannya perlu SDM yang mumpuni. Berbeda kalau kita hanya berlangganan, kalau sudah tidak cocok bisa berhenti dan ganti perusahaan."