IPO Awal 2022, Investasi Pra-IPO Dorong Valuasi GoTo Sentuh Rp426 Triliun
- ADIA akan menjadi investor terbaru yang masuk ke dalam daftar investor global di GoTo saat ini, menyusul Alibaba Group, Astra International, Facebook, Global Digital Niaga (GDN), Google, KKR, PayPal, Sequoia Capital India, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent dan Warburg Pincus.
Fintech
JAKARTA - Keputusan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) terlibat dalam penggalangan dana pra-penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) GoTo dinilai akan memberikan keuntungan besar bagi ekosistem digital terbesar di Indonesia itu.
Dengan investasi sebesar US$400 juta setara Rp5,68 triliun (kurs Rp14.200 per dolar AS), masuknya ADIA juga akan meningkatkan valuasi bisnis GoTo. Saat ini valuasi GoTo ditaksir mencapai US$30 miliar setara Rp426 triliun.
Ekonom dan Ahli Keuangan Universitas Prasetiya Mulya, Agus Salim mengatakan, suntikan investasi ADIA melalui pra IPO-nya GoTo menjadi salah satu tolok ukur keyakinan investor terhadap rencana IPO GoTo.
"Ini menunjukkan adanya confidence investor atas valuasi dan rencana IPO GoTo, sehingga mereka berani untuk menyuntikan investasinya. Yang kedua, keyakinan bahwa IPO itu akan sukses,” ujar Agus, Kamis, 21 Oktober 2021.
- Tidak hanya Aplikasi PeduliLindungi, Mulai 26 Oktober Beli Tiket KAI Wajib Pakai NIK
- Sambut Ajang MotoGP, 300 Hunian Pariwisata Dibangun di Mandalika NTB
- Wuidiih... Bukan Cuma WSBK dan MotoGP, Mandalika Juga Bisa Gelar Konser Musik
Melalui penggalangan dana pra-IPO, GoTo dikabarkan membidik jumlah investasi sekitar US$1,5 miliar hingga US$2 miliar. Dengan dana sebesar itu, GoTo bakal memiliki likuiditas yang sangat besar pasca IPO yang rencananya dilakukan awal tahun depan.
Menurut Agus, keberhasilan pra-IPO GoTo akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan teknologi itu di pasar modal. Pasalnya, GoTo sebagai ekosistem digital memiliki model bisnis yang berbeda dibandingkan emiten yang sudah ada. Apalagi GoTo didukung oleh jutaan pelaku usaha yang menciptakan transaksi ekonomi ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
“Secara umum kalau dilihat dari sisi ekonomi IPO GoTo akan menguntungkan. Akan banyak investor yang berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi dengan model bisnis yang kuat seperti GoTo. Yang terpenting dengan GoTo menjadi perusahaan publik hal itu akan menjadikan perusahaan lebih transparan dan proses bisnisnya semakin baik,” tambah Agus.
Sementara Reuters BreakingViews memperkirakan valuasi GoTo sudah mencapai US$32 miliar. Valuasi tersebut merupakan lompatan besar mengingat saat melakukan kolaborasi bisnis Mei 2021, valuasi Gojek dan Tokopedia ini baru sekitar US$18 miliar. Reuters menilai masuknya sovereign wealth fund (SWF) sekelas ADIA akan sangat strategis bagi IPO GoTo.
Keberhasilan GoTo menarik investasi ADIA terjadi di saat kompetitornya seperti Grab, perusahaan asal Singapura, masih kesulitan melakukan IPO. Sementara kinerja saham Bukalapak juga terus mengalami koreksi dan sudah berada di bawah harga IPO.
Pimpin Investasi Teknologi
Sebelumnya GoTo Group menyatakan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian dengan anak usaha Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), yang menjadikan ADIA memimpin penggalangan dana pra-IPO GoTo dengan investasi sebesar US$400 juta.
Transaksi tersebut menjadi investasi pertama oleh Departemen Private Equities ADIA ke dalam perusahaan teknologi Asia Tenggara, dan sekaligus investasi terbesarnya di Indonesia.
CEO GoTo Group, Andre Soelistyo mengatakan bahwa dukungan dengan skala seperti ini menegaskan keyakinannya bahwa Indonesia dan Asia Tenggara akan menjadi tujuan besar selanjutnya untuk investasi teknologi.
“Kami bangga menyambut ADIA sebagai investor terbaru di perusahaan dan yang pertama dalam penggalangan dana pra-IPO kami, selagi kami menyiapkan bisnis untuk pertumbuhan eksponensial untuk tahun-tahun mendatang," tuturnya.
- Bantah Dual Listing di AS, Bos Bukalapak Ungkap Alasannya
- 400 Makam Ruang Batu Penuh Lukisan dan Harta Karun Ditemukan di Turki
- Sudah Tayang, Ini Link Nonton Drakor My Name Tanpa di Drakorindo atau Dramaqu
Ia juga meyakini bahwa kesuksesan datang selama perusahaan tetap berkomitmen dalam menjalankan misi memberdayakan kemajuan, dengan fokus meningkatkan taraf hidup dan membantu untuk membangun mata pencaharian di negara-negara tempat GoTo beroperasi.
"Sangat menyenangkan bagi kami untuk melihat ADIA dan investor global lainnya yang telah menjadi bagian dari gerakan GoTo menyadari pentingnya misi ini dan mampu melihat nilai yang dibawa oleh misi tersebut," tambah dia.
Direktur Eksekutif Departemen Private Equities ADIA, Hamad Shahwan Al Dhaheri menyatakan ivestasi di GoTo sejalan dengan berbagai tema investasi utama ADIA, termasuk pertumbuhan ekonomi digital di negara-negara Asia Tenggara yang berkembang pesat.
"Kami melihat potensi yang kuat di wilayah ini, terutama di Indonesia, di mana latar belakang ekonomi yang dinamis mendorong ADIA untuk terus memperkuat kehadirannya di negara ini," ucap dia.
Ia bilang, telah mengikuti dengan cermat berbagai pekerjaan yang telah dilakukan oleh Gojek dan Tokopedia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi di kawasan ini, bahkan sebelum kedua perusahaan ini melakukan penggabungan usaha.
"Kami sangat senang bisa bermitra dengan GoTo dan tim manajemennya di fase perkembangan selanjutnya,” tambahnya lagi.
ADIA akan menjadi investor terbaru yang masuk ke dalam daftar investor global di GoTo saat ini, menyusul Alibaba Group, Astra International, Facebook, Global Digital Niaga (GDN), Google, KKR, PayPal, Sequoia Capital India, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent dan Warburg Pincus.
GoTo memiliki tiga pilar bisnis yaitu layanan on-demand (Gojek), e-commerce (Tokopedia) dan jasa keuangan/finansial (GoTo Finansial). Layanan yang disediakan GoTo mencakup transportasi on-demand, e-commerce, pengantaran makanan dan kebutuhan sehari-hari, logistik dan pergudangan, serta layanan keuangan. GoTo Group menghasilkan lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020 dengan total nilai transaksi bruto (GTV) sebesar lebih dari US$22 miliar.