IPO di Bursa Efek Hong Kong, JD Logistics Berpotensi Raup Dana Hingga Rp48,59 Triliun
Dunia

IPO di Bursa Efek Hong Kong, JD Logistics Berpotensi Raup Dana Hingga Rp48,59 Triliun

  • JD Logistics akan menjual 609,1 juta lembar saham atau setara 10% dari total saham perusahaan. Perusahaan mematok harga dari 39,36 dolar Hong Kong hingga 43,36 dolar Hong Kong.

Dunia

Reza Pahlevi

JAKARTA – JD Logistics, anak usaha logistik raksasa e-commerce JD.com, Inc., telah melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).

Lewat IPO yang dilakukan, JD Logistics berpotensi meraup dana US$3,4 miliar atau setara Rp48,59 triliun (asumsi kurs Rp14.198 per dolar AS).

Melansir Reuters pada Senin, 17 Mei 2021, JD Logistics akan menjual 609,1 juta lembar saham atau setara 10% dari total saham perusahaan. Perusahaan mematok harga dari 39,36 dolar Hong Kong hingga 43,36 dolar Hong Kong.

Opsi greenshoe atau saham tambahan juga tersedia sebanyak 91 juta lembar saham yang dapat meningkatkan dana hasil IPO sebesar US$510 juta (Rp7,29 triliun).

Penawaran JD Logistics ini digadang-gadang sebagai IPO miliaran dolar kedua di Bursa Efek Hong Kong tahun ini. Sebelumnya, platform video pendek Kuaishou Technology menggalang dana US$6,2 miliar atau setara Rp88,65 triliun dari IPO-nya. Penawaran perusahaan yang didukung Tencent ini menjadi IPO terbesar di dunia tahun ini.

Delapan investor sudah berkomitmen untuk membeli saham JD Logistics senilai US$1,5 miliar atau sekitar 39% dari total saham yang ditawarkan ke publik jika menggunakan harga tertinggi.

8 investor ini adalah Softbank, Temasek Holdings, China Structural Reform Fund, serta perusahaan manajer aset seperti Blackstone, Tiger Global Management, dan lainnya.

Penawaran saham JD Logistics akan dilakukan mulai Senin hingga Jumat, 21 Mei 2021. Sementara itu, sahamnya akan mulai diperdagangkan di bursa Hong Kong pada 28 Mei 2021.

BofA Securities, Goldman Sachs, dan Haitong Internationals akan bertindak sebagai sponsor transaksi ini sementara UBS bertindak sebagai penasihat finansial.

Masih merugi dari 2018 sampai 2020

Dalam prospektusnya, perusahaan memperkirakan kerugian lebih besar tahun ini. Sebelumnya, perusahaan mencatat rugi 2,8 miliar yuan atau sekitar Rp6,2 triliun pada 2018, 2,2 miliar yuan setara Rp4,84 triliun), dan 4 miliar yuan atau sekitar Rp8,88 triliun.

“Saat ini kami masih memprioritaskan pertumbuhan bisnis kami dan ekspansi pangsa pasar daripada profitabilitas, akan ada fluktuasi signifikan dalam profil profitabilitas kami dalam jangka pendek hingga menengah,” ujar perusahaan seperti dilansir dari South China Morning Post.

JD Logistics mencoba diferensiasi identitas mereka dengan mendapuk diri sebagai perusahaan logistik ekspres yang berbasis teknologi robotik. Perusahaan logistik di Cina lainnya seperti SF Express, ZTO, YTO, STO, dan Yunda Holding tercatat belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi ini.

Menurut analis China Renaissance, Charlie Chen, pendapatan per paket perusahaan logistik di Cina turun 50%-60% karena ketatnya kompetisi pasar yang memaksa perusahaan-perusahaan di atas memangkas harga jasanya untuk menggaet pangsa pasar.

Saat ini, Cina merupakan pasar logistik terbesar di dunia dalam hal pengeluaran dengan total pengeluaran 14,9 triliun yuan pada 2020. Mengutip data China Insights Consultancy, pengeluaran ini dapat meningkat hingga 19,3 triliun yuan pada 2025. (RCS)