IPO GoTo Ratusan Triliun Bakal Jadi Momentum Pasar Modal RI Kian Kuat
Banyaknya perusahaan teknologi yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) dinilai positif bagi perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui IPO perusahaan teknologi di Indonesia dapat mengakses sumber permodalan sekaligus berbagi kepemilikan saham kepada investor domestik, baik ritel maupun institusi.
Fintech
JAKARTA – Banyaknya perusahaan teknologi yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) dinilai positif bagi perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui IPO, perusahaan teknologi di Indonesia dapat mengakses sumber permodalan sekaligus berbagi kepemilikan saham kepada investor domestik, baik ritel maupun institusi.
Inisiator dan Ketua Indonesia Fintech Society (IFSoc) Mirza Adityaswara mengatakan sejak dua tahun terakhir sampai dengan saat ini terjadi fenomena pasar modal negara maju digerakkan oleh saham teknologi. Hal serupa diyakini berpotensi terjadi di Indonesia sejalan dengan tingginya minat investor global untuk menyasar pasar Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang memiliki market besar.
“Karena itu, IPO perusahaan teknologi nasional memiliki arti strategis bagi arah ekonomi digital nasional termasuk membuka akses yang lebih luas dan likuid bagi investor global maupun nasional untuk menanamkan modal di perusahaan teknologi nasional,” ungkapnya saat Press Briefing secara virtual, Rabu, 9 Juni 2021.
- Ekonom Dukung Aturan Baru OJK Agar Perusahaan Teknologi Bisa Segera IPO
- Terbongkar! Bukalapak IPO Agustus 2021, Bidik Dana Rp11,4 Triliun
- Mengenal Fintech Cashwagon: Pinjaman Online Cepat Tanpa Repot
Mirza yang sebelumnya menjabat Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) melihat BEI saat ini terus berinisiatif mendorong perusahaan digital Indonesia go public. Hal tersebut merupakan langkah positif sambil terus melakukan inovasi terutama dari sisi regulasi supaya perusahaan teknologi berskala unicorn bahkan decacorn sahamnya bisa tercatat di Papan Utama Bursa saat melakukan IPO di BEI.
Steering Committee IFSoc Rudiantara menambahkan salah satu yang sedang ramai dibahas tentang perusahaan teknologi Indonesia yang akan IPO adalah GoTo. Skala perusahaan kolaborasi Gojek dan Tokopedia tersebut adalah decacorn, sehingga perlu menjadi perhatian bagi BEI dan termasuk kemampuan penyerapan pasar.
Perusahaan start up bergelar unicorn adalah perusahaan yang nilai valuasi sahamnya sudah mencapai US$1 miliar atau setara dengan Rp14,7 triliun (kurs Rp14.700 per dolar Amerika Serikat).
Start up decacorn mempunyai valuasi 10 kali lipat dari unicorn, yaitu sebesar US$10 miliar atau setara Rp147 triliun. Terakhir, prestasi paling tinggi yang pernah disematkan kepada perusahaan start up adalah hectocorn, dengan valuasi US$100 miliar atau sekitar Rp1,47 kuadriliun.
Dual Listing
Rudiantara mengatakan bila GoTo masuk ke pasar modal maka valuasinya akan mencapai US$20 miliar sampai dengan US$30 miliar. Seandainya saham yang dilepas kepada publik melalui IPO tersebut sebesar 10% saja dari valuasi maka nilainya mencapai US$2 miliar-US$3 miliar atau sekitar Rp28 triliun.
”Dengan angka sebesar itu akan sulit hanya IPO di Indonesia. Perlu dual listing supaya bisa terserap,” pikirnya.
Rudiantara yang merupakan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) periode 2014 – 2019 itu menyatakan dukungannya agar perusahaan Fintech dan perusahaan teknologi Indonesia bisa segera melakukan IPO di pasar modal Indonesia.
Meskipun, menurutnya, ada beberapa isu perusahaan teknologi yang masih memiliki bottom line yang belum mencatatkan laba dan tidak memiliki tangible assets bernilai besar, namun memiliki pertumbuhan bisnis yang sangat tinggi.
“Perlu adanya penyesuaian parameter bagi eligibilitas perusahaan teknologi untuk melakukan IPO terkait performa bisnis, keuangan, tangible assets dan lain sebagainya dengan tetap memperhatikan aspek fairness bagi perusahaan konvensional,” kata dia.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Pihaknya juga mendukung adanya multiple voting shares dengan memperhatikan kepentingan strategis dalam hal pengendalian perusahaan teknologi oleh para founders dan pemegang saham nasional. Semua penyesuaian kebijakan nantinya diharapkan dapat mengedepankan prinsip perlindungan investor publik.
Ekonom Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menjelaskan dengan adanya IPO perusahaan fintech dan perusahaan teknologi Indonesia maka dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan membantu mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Sebab dengan adanya penambahan modal dari pasar modal maka perusahaan dapat meningkatkan inovasinya dan pada akhirnya bermanfaat bagi perekonomian Indonesia. ”Investor Indonesia pun bisa punya kesempatan memperkaya aset yang dipunyai dengan tambahan aset perusahaan teknologi,” jelasnya.
Anggota IFSoc dan Rektor Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko, menambahkan kolaborasi Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo tak hanya bermanfaat bagi perusahaan tapi juga ke publik dengan adanya IPO. ”Nantinya bila mereka IPO juga berdampak positif bagi perekonomian,” ucapnya. (SKO)