Iran Minta AS Tunjukkan Niat Baik Soal Perjanjian Nuklir
- Presiden Iran Ebrahim Raisi meminta Amerika Serikat (AS) membuktikan niat baik dan tekadnya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Teheran yang disepakati tahun 2015. Hal ini setelah berbulan-bulan pembicaraan tidak langsung yang tidak membuahkan hasil.
Dunia
JAKARTA - Presiden Iran Ebrahim Raisi meminta Amerika Serikat (AS) membuktikan niat baik dan tekadnya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Teheran yang disepakati tahun 2015. Hal ini setelah berbulan-bulan pembicaraan tidak langsung yang tidak membuahkan hasil.
“Dengan keluar dari JCPOA, Amerika Serikat melanggar perjanjian dan prinsip itikad baik. Amerika harus menunjukkan niat baik dan tekadnya,” kata Raisi dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, mengacu pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama antara Teheran dan enam kekuatan dunia, dikutip dari Reuters, Rabu 20 September 2023.
Mantan Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan tersebut pada tahun 2018, dengan alasan bahwa kesepakatan tersebut terlalu menguntungkan bagi Teheran. Trump kemudian mengembalikan sanksi keras Amerika Serikat terhadap Iran. Hal itu mendorong Teheran secara bertahap melanggar batasan nuklir dalam perjanjian tersebut.
Setelah menjabat pada Januari 2021, Presiden AS Joe Biden mencoba untuk bernegosiasi guna menghidupkan kembali perjanjian nuklir, di mana Iran telah membatasi program nuklirnya sebagai imbalan untuk penghapusan sanksi dari AS, Uni Eropa, dan PBB.
- UOB FinLab Indonesia Resmi Diluncurkan, Siap Jadi Akselerator Bisnis bagi UKM Dalam Negeri
- Profil Budi Said, Crazy Rich Surabaya yang Menang Gugatan Emas 1,1 Ton
- Tokocrypto Berencana Hadirkan Fitur Earn dan Staking dalam Waktu Dekat
Namun, sejak September tahun lalu, pembicaraan nuklir selama beberapa bulan telah terhenti. Kedua belah pihak saling menuduh meminta konsesi yang berlebihan. “Amerika harus membangun kepercayaan untuk menunjukkan niat baiknya dan kesungguhan yang tulus untuk memenuhi komitmennya dan menyelesaikan jalur ini,” ujar Raisi.
Pejabat AS dan Eropa telah mencari cara untuk mengendalikan aktivitas nuklir Tehran sejak gagalnya pembicaraan tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran setahun yang lalu. Untuk meredakan ketegangan, Teheran dan Washington mencapai kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar bulan lalu.
Kesepakatan itu menghasilkan pertukaran lima tahanan masing-masing dan melibatkan pelepasan dana sebesar US$6 miliar dari Teheran yang ada di Korea Selatan. AS dan sekutunya di Barat telah memberlakukan sanksi terhadap Iran karena penanganannya terhadap protes yang dipicu kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi Iran muda yang meninggal dalam tahanan.
Segera setelah Raisi dari Iran mulai menyampaikan pidatonya, utusan Israel untuk PBB, Gilad Erdan, keluar dari aula Sidang Umum sambil mengibarkan gambar Amini. “Saya meninggalkan pidato itu untuk menegaskan bahwa Negara Israel mendukung rakyat Iran,” kata Erdan.
Iran dan Israel telah terkunci dalam perang bayangan selama beberapa dekade, dengan saling tuduh melakukan sabotase dan rencana pembunuhan.