Menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Korporasi

ISAT Setor Cuan Paling Banyak, Laba Bersih TBIG Capai Rp730 Miliar

  • Pendapatan TBIG berasal dari pelanggan pihak ketiga, di antaranya dari PT Indosat Tbk (ISAT) yang menjadi kontribusi terbesar, yaitu senilai Rp603,4 miliar.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sebuah emiten persewaan menara telekomunikasi Grup Saratoga sukses menorehkan kinerja positif pada semester I-2024, dengan laba bersih dan pendapatan yang bertumbuh. 

Berdasarkan laporan keuangan interim yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, TBIG sukses memacu pendapatan ke level Rp3,41 triliun, yang menadakan peningkatan 4,1% secara tahunan dari raihan tahun lalu sebesar Rp3,27 triliun. 

Pendapatan TBIG berasal dari pelanggan pihak ketiga, di antaranya dari PT Indosat Tbk (ISAT) yang menjadi kontribusi terbesar, yaitu senilai Rp603,4 miliar, disusul PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) sebesar Rp297,8 miliar, PT XL Axiata Tbk (EXCL) sebesar Rp209,02 miliar, dan PT Smart Telecom yang menyumbang Rp147,7 miliar.

Dengan demikian, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk TBIG mengalami peningkatan sebesar 6,09% secara tahunan mencapai Rp730,79 miliar pada semester I-2024, dibandingkan dengan Rp688,79 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

CEO TBIG Hardi Wijaya Liong mengungkapkan bahwa per 30 Juni 2024, perusahaan memiliki 42.177 penyewaan dan 23.327 situs telekomunikasi. Dari total situs tersebut, TBIG mengelola 23.211 menara telekomunikasi dan 116 jaringan DAS. 

Dengan total penyewaan menara telekomunikasi mencapai 42.061, rasio kolokasi TBIG kini berada di angka 1,81 kali. Selain itu, katanya, TBIG juga mencatatkan EBITDA Rp2,93 triliun untuk periode 6 bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024.

"Kami fokus pada eksekusi pesanan yang tepat waktu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan telekomunikasi kami. Pada semester pertama, kami berhasil menambah 1.325 penyewaan bruto, yang terdiri dari 902 situs telekomunikasi dan 423 kolokasi," ujar Hardi dalam keterangan resminya, Kamis, 1 Agustus 2024.

Manajemen TBIG juga melaporkan bahwa pada 30 Juni 2024, total pinjaman bruto TBIG mencapai Rp27,95 triliun, termasuk pinjaman dalam mata uang dolar AS yang telah dilindung nilai. 

Dengan saldo kas sebesar Rp775 miliar, total pinjaman bersih menjadi Rp27,18 triliun. Berdasarkan EBITDA kuartal II-2024 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,6 kali. 

Sementara itu, CFO TBIG, Helmy Yusman Santoso, menambahkan, "Kami terus memperkuat hubungan dengan bank dalam mata uang rupiah dan pasar obligasi, dengan 44% dari total pinjaman kami dalam mata uang rupiah." 

Helmy juga mencatat bahwa pada akhir kuartal II/2024, TBIG memiliki posisi likuiditas yang solid dengan fasilitas pinjaman yang belum digunakan lebih dari Rp10 triliun, baik dalam rupiah maupun dolar AS.  

"Likuiditas ini, bersama dengan arus kas yang kuat dan sumber pendanaan yang terdiversifikasi, memberikan kami keyakinan dalam mengelola utang yang akan jatuh tempo," tambahnya.