Israel akan Batasi Muslim Akses Masjid Al-Aqsa Saat Ramadan
- Beberapa waktu terakhir, Israel sering menggunakan alasan keamanan untuk membatasi akses umat Muslim ke Masjid Al-Aqsa.
Dunia
JAKARTA - Israel akan membatasi akses umat Muslim ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem selama bulan suci Ramadan 2024. Hamas mengecam keputusan Israel.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan keputusan tersebut diambil karena pertimbangan keamanan. Pembatasan akses ke Masjid Al-Aqsa sering kali menjadi pemicu kerusuhan, terutama selama bulan Ramadhan yang dijadwalkan pada tanggal 10 Maret tahun ini.
“Perdana Menteri membuat keputusan seimbang sesuai dengan kebutuhan keamanan yang ditentukan oleh profesional,” kata kantor PM Israel, dikutip dari Al-Jazeera, pada Selasa, 20 Februari 2024.
- Mega Korupsi PT Timah (Part 2): Saat Pendapatan Capai Rekor di Tahun Politik, Laba Perusahaan Justru Tekor
- Ramai-ramai Desak Transparansi Penghitungan Suara Pemilu 2024
- Bawa 200 Ton Bantuan untuk Palestina, KRI Dr. Radjiman Wedyodiningrat Tiba di Mesir
Kantor PM Israel tidak mengungkap detail mengenai keputusan pembatasan tersebut.
Kelompok Hamas yang menguasai Gaza, menyerukan seluruh warga Palestina melawan pembatasan ke Al-Aqsa. Saat ini Israel sedang menyerang Hamas di Gaza.
“Kelanjutan kriminalitas Zionis dan perang agama dibawa oleh kelompok pendudukan ekstrem berada di bawah pemerintahan penjajah yang melawan rakyat Palestina,” kata Hamas.
Hamas meminta gerakan melawan pembatasan di Masjid Al-Aqsa, dilakukan di seluruh wilayah Palestina yaitu Gaza dan Tepi Barat.
Beberapa waktu terakhir, Israel sering menggunakan alasan keamanan untuk membatasi akses umat Muslim ke Masjid Al-Aqsa. Selain itu, Israel juga sering melakukan tindakan kekerasan terhadap warga Palestina setiap kali Ramadhan tiba.
Pada Ramadhan ini, Israel menyatakan akan melanjutkan serangan di Gaza. Sejak 7 Oktober 2023 operasi militer Israel di Gaza menewaskan 28 ribu orang, mayoritas di antaranya adalah warga sipil.
“Dunia harus tahu dan pemimpin Hamas harus tahu, jika saat Ramadhan sandera tidak pulang, maka pertempuran akan berlanjut di mana-mana termasuk di area Rafah,” ungkap Menteri Perang Israel Benny Gantz.
Tetap akan Serang Gaza
Sementara itu, Israel mengancam untuk melanjutkan serangan di Gaza, termasuk di wilayah Rafah bagian selatan, meskipun bulan suci Ramadhan telah tiba pada pertengahan Maret. Ancaman tersebut diutarakan karena Hamas belum membebaskan semua sandera.
Situasi ini meningkatkan kekhawatiran global karena 1,4 juta warga Palestina terdesak meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke Rafah, yang berbatasan dengan Mesir.
Di tempat pengungsian tersebut, mereka terus menghadapi ancaman bom dan serangan dari pasukan Israel. Selain itu, mereka juga harus mengatasi kekurangan pangan yang parah dan tingkat kepadatan yang tinggi di tenda pengungsian.
“Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, melepaskan sandera, dan warga sipil Gaza bisa merayakan hari raya Ramadan,” ujar Benny Gantz.
Gantz berjanji Israel akan mengizinkan evakuasi warga sipil Palestina dari Rafah. Namun, belum ada keputusan tentang tujuan evakuasi karena sebagian besar wilayah Gaza telah hancur sejak Oktober 2023.
Pada akhir pekan lalu, dalam sehari, serangan Israel telah mengakibatkan kematian 100 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Total korban tewas akibat serangan Israel telah mencapai lebih dari 29 ribu jiwa.
- Strategi BRI Menjelang Batas Waktu Restrukturisasi Kredit COVID-19
- Saham Sido Muncul (SIDO) Menguat Usai Rilis Kinerja Keuangan 2023
- Bulog Pastikan Ketersediaan Beras Hingga Lebaran
Angka ini belum termasuk jumlah warga Palestina yang masih tertimbun di bawah reruntuhan atau para pengungsi yang meninggal karena kelaparan.
Mesir mencurigai kebijakan Israel yang memperbolehkan warga Gaza melarikan diri melintasi perbatasan adalah upaya untuk mengosongkan wilayah tersebut dari penduduk Palestina, namun Israel telah menghentikan upaya tersebut.