logo
gaza.jpeg
Dunia

Israel Kembali Gempur Gaza, 400 Meninggal

  • Langkah Israel untuk menggunakan kekuatan militer lebih besar hanya akan menambah penderitaan bagi penduduk Palestina yang sudah menderita dalam kondisi yang sangat buruk.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA-Serangan udara Israel menghantam Gaza pada Selasa 18 Maret 2025. Serangan  mengakibakan lebih dari 400 orang meninggal dunia dan mengancam runtuhnya total gencatan senjata dua bulan.

Serangan menghantam rumah-rumah dan perkemahan tenda dari utara ke selatan Jalur Gaza. Sementara tank-tank Israel menembaki garis perbatasan ke timur dan selatan daerah kantong tersebut.

Di rumah sakit yang kewalahan akibat pemboman selama 15 bulan mayat terlihat menumpuk saat para korban dibawa masuk. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas sebagaimana dikutip Reuters mengatakan 404 orang meninggal. Sementara 562 orang terluka. Banyak di antaranya anak-anak,

Militer Israel mengatakan mereka menyerang puluhan target. Dan serangan itu akan terus berlanjut selama diperlukan dan melampaui serangan udara. Sehingga meningkatkan kemungkinan pasukan darat Israel dapat melanjutkan pertempuran.

Kelompok militan Palestina menuduh Israel melanggar gencatan senjata. Sekaligus membahayakan upaya mediator untuk mengamankan gencatan senjata permanen. Hamas saat ini dikabarkan masih menahan 59 dari 250 atau lebih sandera. 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk mengambil tindakan keras terhadap Hamas. “Langkah ini sebagai tanggapan atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan sandera yang tersisa. Dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata,” katanya.

Mesir, salah satu mediator dalam kesepakatan gencatan senjata yang disepakati pada bulan Januari, menyerukan pengendalian diri. Mereka juga mendesak semua pihak untuk bekerja menuju kesepakatan yang langgeng.

Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk mengatakan dia merasa ngeri dengan pemboman Israel. "Ini akan menambah tragedi demi tragedi," katanya dalam sebuah pernyataan. "Langkah Israel untuk menggunakan kekuatan militer lebih besar hanya akan menambah penderitaan bagi penduduk Palestina yang sudah menderita dalam kondisi yang sangat buruk."

Israel telah menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza selama lebih dari dua minggu. Langkah yang  memperburuk krisis kemanusiaan.

Media Israel mengatakan Israel membuka tempat perlindungan di beberapa area di pusat komersial Tel Aviv. Hal ini  untuk mempersiapkan kemungkinan pembalasan dari Hamas atau Yaman.

Tekanan intens Israel yang diperbarui terhadap Hamas terjadi saat ketegangan berkobar di tempat lain di Timur Tengah. Situasi  yang telah menyebabkan perang Gaza menyebar ke Lebanon, Yaman, dan Irak.

Serangan itu jauh lebih luas skalanya daripada serangan pesawat tak berawak biasa yang menurut Israel telah dilakukan baru-baru ini terhadap tersangka militant. Serangan ini menyusul upaya selama berminggu-minggu yang gagal untuk menyetujui perpanjangan gencatan senjata yang disepakati pada 19 Januari.

Saksi mata di Gaza yang dihubungi oleh Reuters mengatakan tank-tank Israel menembaki wilayah di Rafah di Jalur Gaza selatan. Hal ini memaksa banyak keluarga yang telah kembali setelah gencatan senjata untuk meninggalkan rumah mereka lagi dan menuju utara ke Khan Younis.

Di antara mereka yang meninggal adalah Mohammad Al-Jmasi. Seorang anggota senior kantor politik Hamas, dan anggota keluarganya, termasuk cucu-cucunya. Menurut sumber dan kerabat Hamas, mereka berada di rumahnya di Kota Gaza ketika terkena serangan udara, kata. Secara keseluruhan, sedikitnya lima pejabat senior Hamas meninggal bersama dengan anggota keluarga mereka.

Di Washington, juru bicara Gedung Putih mengatakan Israel telah berkonsultasi dengan pemerintah Amerika  sebelum melakukan serangan. 

"Hamas bisa saja membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata tetapi sebaliknya memilih penolakan dan perang," kata juru bicara Gedung Putih Brian Hughes.

Sementara Kremlin mengatakan pihaknya prihatin dengan laporan banyaknya korban di antara penduduk sipil.

Kebuntuan

Tim perunding dari Israel dan Hamas telah berada di Doha. Mediator dari Mesir dan Qatar berupaya menjembatani kesenjangan antara kedua belah pihak setelah berakhirnya fase awal gencatan senjata, yang mengakibatkan 33 sandera Israel dan lima warga Thailand dibebaskan dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina.

Dengan dukungan Amerika Serikat, Israel telah mendesak agar para sandera yang tersisa dipulangkan dengan imbalan gencatan senjata jangka panjang. Ini  untuk menghentikan pertempuran hingga setelah bulan puasa Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi di bulan April.

Namun Hamas bersikeras untuk beralih ke negosiasi guna mengakhiri perang secara permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Ini sesuai dengan ketentuan perjanjian gencatan senjata semula.

Pada hari Selasa, juru bicara Hamas Abdel-Latif Al-Qanoua mengatakan bahwa komunikasi dengan mediator sedang berlangsung. Dia menyebut kelompok itu ingin menyelesaikan penerapan kesepakatan gencatan senjata Gaza.